#26

37 11 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya ^^

*****

Tangan Ari secara perlahan melepas bingkai lukisan Candi Bima yang menjerat kanvas. Lalu, perlahan menguliti gambar Candi Bima serupa mengelupas stiker pada pintu. Dan, sebingkai melamin nampak di sana. Ari membalik bingkai itu dan mengambil selembar kertas putih yang melekat.

Sinar UV telah dinyalakan di ruang tengah kediaman Raymond dengan pijaran lampu meremang. Ari meletakkan kertas kosong itu pada lampu UV dan terbentuklah gambar peta yang berpendar.

Winter mengamati. Suzy terlihat takjub. Raymond tersenyum puas.

"Selangkah lagi kita akan sampai pada ibu dari metafisikawan." Ujar Raymond sembari merentangkan kedua tangannya.

"Peta apa itu, Pak?" tanya Suzy.

Tangan Raymond merogoh tasnya. Mengambil sebuah buku jurnal yang berisikan informasi tentang Tombak Ayaskara yang ia susun.

"Kalian bisa membaca bagian ini." Raymond menyerahkan jurnalnya seraya memberikan foto Prasasti Kepuncak dan Prasasti Leksono.

Winter mengamati aksara jawa kuno yang tersusun epik. Juga beberapa gambar dari prasasti-prasasti yang menyisakan Hanacaraka yang ia pun tak mengerti maknanya.

Jurnal Raymond menyediakan rangkuman cerita dari kedua petunjuk yang ia dapatkan. Petunjuk-petunjuk yang saling mendukung penyelidikan.

Mata Winter dan Suzy lantas tersita pada cerita yang telah disusun oleh Raymond dalam terjemahan yang lebih mudah dipahami.

TOMBAK BINTANG DARI ANGKASA

Alkisah di alam fana, para asura berkuasa sebagai raja-raja. Mereka tamak dan pemakan manusia. Berbuat kerusuhan, kerusakan, dan kehancuran. Kepada Batara Guru, Prabu Sanjaya bertapa di kedalaman Alas Purana. Memohon pertolongan untuk menyudahi penderitaan.

Batara Guru yang tersentuh akan pengabdian Prabu Sanjaya, meminta Batara Indra memberantas para asura. Hujan dan petir diturunkan, saling menyambar bersama anak panah pasukan Batara Indra. Membinasakan asura selama tujuh purnama.

Akan tetapi, sebagian asura bersembunyi dari penglihatan Batara Indra. Mereka yang masih tersisa menyusun rencana.

Raja-raja dari golongan manusia dicengkram resah akan kembalinya asura merebut kuasa. Lantas, atas nasihat Mpu Daksasana, raja-raja mengirim manusia untuk bertirakat di Alas Purana. Memohon kepada Batara Indra untuk membekali mereka dengan kemahiran perlindungan diri dari asura.

Batara Indra mendengar doa-doa dari dunia fana, kemudian memetik satu bintang paling terang di khayangan. Menurunkannya ke alam fana sebagai pengampu ilmu perlindungan bagi manusia. Menjadikannya sebagai insan paling rupawan di alam fana. Kelak, bintang itu dijuluki Dewi Ayaskara.

Dewi Ayaskara berkeliling ke setiap wilayah, mengabulkan doa-doa para manusia yang bertirakat. Setia. Mengabdi. Berambisi. Dan dijadikanlah mereka anak-anak bagi Dewi Ayaskara.

Karena waktu mengizinkan Dewi Ayskara dan Prabu Sanjaya berjumpa, maka menyuburlah kekaguman di antara keduanya. Dewi Ayaskara dinikahi oleh Prabu Sanjaya dengan janji kesetiaan. Akan tetapi, Batara Indra yang mengetahui, meluapkan murka. Dewi Ayaskara tak menjalankan tugasnya malah bekemelut dengan makhluk fana.

Batara Indra mengutuk Dewi Ayaskara. Menyirnakan sinarnya, menjadikannya batu yang tak bersuara. Prabu Sanjaya merintih dalam sedih. Pada titik kelemahan, para asura kembali menyerang.

Dalam bisikan ghaib, Dewi Ayaskara bersedia berkorban. Dengan tangis akan pengorbanan Sang Dewi, Prabu Sanjaya mengizinkan Mpu Daksasana mengikis tubuh Dewi Ayaskara. Terbentuklah sebuah tombak sakti mandra guna. Tombak Ayaskara digunakan oleh Prabu Sanjaya untuk membinasakan para asura.

MetafisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang