16🐰

20.7K 6.2K 2.4K
                                    


16. Rencana Ical








Ical dan Ale duduk berdua di balkon kamar Ical dengan banyak sekali box dan roti, mereka selama 1 jam ini tak lepas dari hp untuk memeriksa pesanan dessert yang masuk dari anak-anak Alega.

Sejak empat bulan lalu pesanan mereka jadi melunjak sampai Ical memperkejakan orang untuk penjadi pengirim dessert karena sebelumya dia yang mondar-mandir ke rumah teman-temannya atau mengajak ketemuan di sekolah.

"Itu punyanya Amar sama Cantika dijadiin satu, udah bayar kemaren." ucap Ical tidur tengkurap sambil mencentangi nama-nama yang dessertnya sudah disiapkan.

"Cal, temennya abang lu ini kan pesen yang mangga keju sama red velvet sama satunya apaan dah?"

"Lah tadi abang gue yang bilang ama elu," balas Ical masih fokus pada kertas di depannya.

"Anjir lupa gue," Ale menggaruk dahinya. "Chat coba abang lu chat sekarang, ini nggak bisa ditotal jumlahnya."

"Dia mana mau bales chat, lagi nyamperin ceweknya." balas Ical cuek.

"Lah ini terus gimana dodol??" tanya Ale gemas sendiri. "Anjir, ini kenapa yang pesen banyak banget dah ahh."

Ical menyerngit. "Orang mah seneng dapet orderan banyak, elu malah stres."

"Cal, ini lama-lama kita bisa sukses anjir kalo begini," Ale menggeleng heran. "Kok mulus banget sih masa depan gue. Duh, males deh."

"Tai," Ical tertawa. "Sombong sombongggg."

"Serius dah," Ale menabok lantai. "Sekarang lu itung dah duit kita dari dessert udah berapa banyak???"

Ical diam sesaat. "Mau sepuluh ada kali ya?"

"Lebihhh ego, kemaren udah dipake buat modif mobil." balas Ale. "Kita juga ngapain sih anjir nyari duit?"

"Gue nggak tau duit gue buat apa sekarang," balas Ical jadi kepikiran. "Iya ya Le, buat apa anjir duit kita?"

Ical berhenti mencatat, ia kemudian berbaring terlentang sambil memandang langit. Ale yang sedang membungkus dessert jadi ikut-ikutan berbaring.

"Le, kalo suatu saat nanti kita nggak bareng gimana?" tanya Ical tiba-tiba, kadang pertanyaan ini suka muncul di benaknya.

Ale yang sedang bengong jadi melirik. "Lo nggak usah kayak gitu bego ngomongnya, creepy banget."

Ical tertawa. "Gue kadang suka mikir, nanti gimana kalo bunda, Luna, Zia, Nathan, Gibran, Dilla, elo atau gue punya kehidupan masing-masing. Kayak, kita udah nggak bareng lagi."

"Anjir gue langsung ngebayangin," gumam Ale merinding sendiri.

"Sekarang aja udah pada punya pacar ya Le, nggak kayak dulu apa-apa bareng." gumam Ical karena kelima sahabatnya sudah mempunyai gandengan. "Pulang sekolah bareng, nonton bareng, belajar bareng."

Hanya sisa Ale, Ical dan Dilla. Yang jelas lebih memprioritaskan diri mereka sendiri ketimbang menjalin hubungan.

"Iya anjir, dulu kita balik sekolah langsung ngacir ke cilok ya, terus berantem dulu sama Luna gegara godaiin Mang Udin," balas Ale.

I'm Into You ( AS 6 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang