Lisa telah selesai dengan acara mandinya. Tubuhnya masih setengah basah dengan handuk yang melilit tubuhnya. Gadis itu baru ingat kalau hari ini ia tak membawa baju ganti. Alhasil...
" Mas...aku lupa bawa baju ganti!"
Teriaknya dari dalam kamar Jimin. Sedangkan sang pemilik kamar yang sibuk menonton TV harus mendongak malas karena teriakan tersebut.
" Ya gimana donk? mas gak ada baju cewek!!" Balasnya setengah teriak.
" Ya udah aku pinjem baju mas aja ya?!"
Jimin yang sudah lelah benar - benar malas menanggapi hal itu. Ia melirik jam yang menunjukan pukul setengah 7. Itu artinya sebentar lagi Lisa akan pulang.
" Yaudah ambil aja di lemari!" Jawabnya.
Di dalam kamar Lisa mengikuti perkataan pria itu. Ia membuka almari yang ada di kamar Jimin. Rata - rata pakaian di sana hanyalah kaos. Mungkin ada beberapa swetter namun tak sebanyak kaos berlengan pendek yang mendominasi. Lisa tak mau ambil pusing. Ia memilih mengambil kaos itu dan juga sebuah celana boxer pendek selutut.
Di depan pantulan kaca, ia tersenyum menyaksikan sosok dirinya yang memakai pakaian orang lain. Baju Jimin benar - benar kebesaran untuknya. Namun semua itu telah melekat sempurna pada tubuhnya. Lisa meraih sisir yang ada di atas meja untuk membenarkan letak poni kebesarannya yang acak - acakan.
Setelahnya Lisa mendudukan diri di samping ranjang. Hidungnya menghirup aroma yang maskulin dari sana. Tanpa sadar ia meraih benda dimana aroma itu berasal. Sebuah bantal kotak. Ia hirup dalam - dalam aromanya yang memanjakan hidung. Tidak terlalu harum, namun cukup untuk membuatnya penasaran.
Tanpa sadar jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Entah mengapa ia merasakan sesuatu berdenyut di bawah sana. Mungkinkah ini saatnya ia mendapat semburan kedewasaan? Ya mungkin. Bahkan sekarang pikirannya sudah keliling tak tentu arah. Bisa - bisanya ia berimajinasi kalau bantal itu adalah Jimin.
Lisa menghela nafas sambil terus memeluk bantal itu. Tanpa sadar ia terhanyut dalam suasana yang damai.
Jimin yang berada di ruang TV terkejut ketika bel berbunyi. Ia membuka pintu dan menemukan seorang pengirim makanan cepat saji pesanaannya. Tak menunggu waktu, Jimin membayar makanannya dan lekas masuk.
Di dapur ia membuka semua bingkisan itu. Seperti biasa, isinya adalah makanan favoritnya. Mie. Setelah memasukan semua mie itu ke dalam mangkuk, ia lalu memanaskan kuahnya di dalam panci.
Sementara menunggu, Jimin pun berjalan menuju kamarnya. Jujur saja ia bingung kenapa sejak tadi tidak ada suara yang dihasilkan Lisa. Dengan hati - hati ia mengetuk pintu. Tak ada jawaban.
" Lisa!"
Panggilannya masih tetap tak direspon. Jimin sedikit panik. Takut sesuatu terjadi pada gadis itu. Dengan hati - hati ia menekan knop pintu kamarnya lalu melangkah masuk. Dan alangkah terkejutnya ketika ia menemukan, Lisa telah tertidur pulas sambil mengenakan pakaiannya. Ia memeluk sebuah bantal yang biasa Jimin gunakan untuk tidur.
Jimin menelan ludahnya. Tubuh Lisa tanpa dibalut seragam sungguh jauh berbeda. Pinggang menyamping itu melekuk sempurna dengan paha yang diangkat hingga pertengahan perut. Lipatan pinggangnya sedikit terekspos karena kaos yang tersingkap. Kaki mulus itu benar - benar memanjakan kedua matanya.
Belum lagi wajah Lisa yang terlelap sungguh membuatnya terpaku. Matanya terpejam lembut dengan mulut yang sedikit terbuka. Dadanya naik turun dengan teratur. Astaga! Inikah cobaan? pikirnya.
Jimin tersadar dari lamunannya setelah mencium aroma gosong dari arah dapur. Sontak saja ia berlari meninggalkan mahakarya ciptaan Tuhan yang begitu indah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Courier (Lismin) COMPLETE ✅
FanficJimin adalah seorang pemuda yang harus kuliah sambil kerja part time sebagai seorang kurir, demi mewujudkan keinginannya untuk menikahi gadis yang sudah ia cintai selama bertahun - tahun. Berakhir diputuskan dengan alasan yang tragis, Tuhan malah me...