Chapter 30 ⚠

299 40 15
                                    

⚠⚠⚠
Warning!!!
Contained a little bit sexual harrasement conten!

----
🌷🌷🌷

Menekan pintu knop dengan hati - hati, Jimin pun berhasil membuka pintu itu tanpa diketahui sang empu. Ia merangkak mengamati sekitarnya dengan seksama. Di dalam sana ada Jihoon yang sudah terbaring tak berdaya di atas sebuah ranjang berbentuk bulat. Tubuhnya dibalut sebuah piyama warna biru muda dengan kondisi yang terbuka bagian atasnya. Terdapat beberapa luka cakaran pada lengan dan kakinya. Juga beberapa hickey di sekujur leher hingga dadanya.

Sedangkan di ranjang lain, ada Haechan yang sedang digerayangi ibunya sendiri. Jimin sesekali merinding hebat ketika mendengar suara rintihan Haechan. Ia yakin bocah itu pasti merasa amat tersiksa dengan perilaku Mirai padanya.

Jimin harus menolong mereka berdua dari sang ibu yang biadab. Bagaimanapun, ia sudah berhutang banyak pada keduanya. Jika bukan karena Jihoon dan Haechan, Jimin pasti belum bisa keluar dari sel tahanan dengan cepat saat itu. Dengan hati - hati ia meraih ponselnya untuk mengambil video.

Jimin menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tak kuat mendengar suara rintihan dan tangisan Haechan yang begitu menyakitkan. Bersamaan dengan suara becek yang membuatnya jijik.

" Ma tolong lepasin Haechan...!" ucap bocah itu dengan suara yang lemas.

Mirai tak menghiraukan permintaan Haechan dan melanjutkan kegiatannya. Jimin yang kini telah berada di balik sofa pun kembali merangkak untuk mendekat pada Jihoon.

" Jihoon.." Bisiknya pelan.

Jihoon membuka matanya dan cukup terkejut menemukan kehadiran Jimin di sana. Namun tubuhnya yang lemas tak bisa membuatnya sekedar teriak bahkan bicara. Dari sorot matanya, Jimin tahu kalau Jihoon sedang tertekan menahan rasa sakitnya.

" Bisa bangun gak?"

Jihoon menggeleng lemah.

" S-sakit..." rintihnya dengan suara yang parau dan kering. Hal itu menunjukkan bahwa sebelumnya Jihoon habis berteriak dan menangis dengan hebat.

" Tahan dulu ya...bentar lagi bakal ada bantuan ke sini!"

Jihoon tersenyum lemah dan mengangguk. Jimin baru akan kembali berkata - kata namun getaran ponselnya yang menggema membuat Mirai tahu, kalau di dalam ruangan itu ada orang lain.

Wanita itu mengelap tangannya dengan sebuah tisue lalu merosot turun dari ranjang. Meninggalkan Haechan yang sudah tergolek lemas di sisi lain ranjang dalam keadaan yang tak jauh berbeda dengan Jihoon.

" Siapa? " katanya.

" Keluar kamu!"

Sadar keberadaanya telah diketahui, Jimin pun menarik nafas dan berdiri menunjukkan dirinya.

" Jimin?!" Mirai membulatkan kedua matanya melihat kehadiran Jimin di sana yang entah sejak kapan.

" Saya gak nyangka ternyata kebejatan tante lebih dari yang saya kira!"

Kedua tangan Jimin semakin terkepal.

" Kenapa bisa tante sampai buat ngelakuin hal ini sama anak tante sendiri hah?!!"

Mirai melipat kedua tangan di depan dadanya dan menatap malas pada Jimin.

" Sebenarnya tante gak perlu kasih tahu ini, tapi ya udahlah...toh kamu udah lihat semuanya...

Lagian abis ini juga kamu gak akan ada kesempatan buat kabur lagi. Karena saya bakal buat tubuh kamu lemes di bawah tubuh saya!"

Mirai meneguk sekilas red wine yang ada di atas meja. Ia duduk manis di samping ranjang sambil melipat sebelah kakinya. Sebuah pose yang menggoda bagi kebanyakan orang awam, namun tidak untuk Jimin. Pria itu sudah terlewat muak.

The Courier (Lismin) COMPLETE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang