Jimin membuka kedua matanya setelah cahaya pagi masuk menembus kordennya. Ia menatap sendu pada jam dinding yang menggantung tepat pada tembok depannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12. Selama itu Jimin tertidur karena kelelahan.
" Selamat siang..."
Sebuah suara membuat Jimin terlonjak. Ia menoleh dan semakin terkejut ketika menemukan sosok Mario sudah duduk di sofa sambil melipat sebelah kakinya.
" B-bapak?"
Mario menutup tabnya lalu berjalan menghampiri Jimin.
" Saya ngerti kamu pasti kaget menemukan kehadiran saya di sini. Tapi... intinya saya mau minta maaf ke kamu atas semua kata - kata saya waktu itu.
Saya nyesel karena milih percaya sama Mirai yang udah jelas - jelas adalah biang keroknya..."
Pria itu berdiri lalu membungkuk 90 derajat. Jimin terdiam kaku menatap Mario yang melakukan hal itu.
" Dengan ringan hati saya minta maaf sebesar - besarnya sama kamu nak..."
" B-bapak...udah cukup..."
Jimin tak tega mendengar suara Mario yang bergetar dengan hebat.
" Saya gak tahu lagi mau apa selain minta maaf dan berterima kasih sama kamu..."
" I-iya gak papa, tapi jangan begini donk. Saya kan jadi grogi..."
Mario menghapus airmatanya sekilas dan kembali mendudukan dirinya di kursi yang ada di samping ranjang Jimin.
" Gimana keadaan kamu?"
" Eung...udah baik kok pak... kayaknya nanti sore udah boleh pulang" Jimin menggaruk kepalanya dengan canggung. Sifat Mario yang berubah drastis membuatnya jadi heran. Apakah ini sifat aslinya atau sekedar kedok semata?
" Bagus...sedikitnya saya merasa lega karena kamu baik - baik saja.."
" Emm..bapak sendiri gimana keadaannya? Saya gak yakin bapak baik - baik aja, apalagi setelah semua tabir hitam ini tekuak..
Bapak pasti shock?"
Mario menghela nafasnya sejenak lalu menatap manik Jimin yang dipenuhi binar.
" Shock udah jelas... tapi lebih banyak kecewa, sakit hati sama menyesal.
Saya kecewa karena mudah percaya sama perempuan itu. Saya sakit hati karena telah dihianati orang kepercayaan saya. Sama saya menyesal karena tak pernah peka akan keadaan...
Kepergian mama Lisa memang masih membekas di hati saya. Dengan tahu fakta ini, rasanya saya merasa semakin jatuh ke dalam jurang yang paling dalam.."
Ucapan Mario membuat Jimin semakin terdiam. Ia pun sadar kalau sebenarnya pria itu sifatnya baik dan tulus. Namun karena patah hati, ia jadi berubah.
" Saya bisa ngerti gimana perasaan bapak. Saya juga udah pernah ngerasain ditinggal orang yang saya sayangi...
Tapi mau sebagaimana pun rasa sedihnya, kita gak bisa jalan di tempat dan menikmati lukanya sendiri.
Kita tetap harus melangkah lagi..."
Mario tersenyum mendengar perkataan dari Jimin. Ia merasa laki - laki di hadapannya ini memang benar - benar tulus.
" Nak Jimin...?"
" Iya pak?"
" Kamu kangen gak sama Lisa?"
***
Lisa kini sedang berada di dalam bilik yang ada di ruang besuk tahanan. Ia duduk manis sambil menatap dingin sosok perempuan yang terlihat begitu menyedihkan di dalam pandangan matanya. Mereka kini sedang duduk berhadapan dibatasi sebuah kaca yang tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Courier (Lismin) COMPLETE ✅
FanfictionJimin adalah seorang pemuda yang harus kuliah sambil kerja part time sebagai seorang kurir, demi mewujudkan keinginannya untuk menikahi gadis yang sudah ia cintai selama bertahun - tahun. Berakhir diputuskan dengan alasan yang tragis, Tuhan malah me...