Chapter 1

862 72 42
                                    

Hari ini adalah hari yang cerah. Suasana kota ramai dan suhu naik mencapai 30 derajat celcius. Di samping jalan raya yang tak terlalu ramai, lelaki itu duduk di emperan toko roti sambil mengipas lehernya yang berkeringat dengan menggunakan kotak persegi panjang gepeng yang berisi sebuah barang milik seseorang.

" Ini di mana orangnya njerrr!!" Gerutu cowok bernama lengkap Park Jimin itu.

Ini sudah 15 menit lebih dia berada di depan toko bernuansa pink itu untuk mengirim barang. Iya barang. Karena profesi Jimin adalah seorang kurir di sebuah perusahaan ekspedisi pengiriman barang kecil yang ada di kota itu. Sayangnya 15 menitnya hanya terbuang sia - sia karena di toko itu sama sekali tak ada orang yang keluar untuk mengambil paketnya.

' Tok tok tok '

" Permisi...paket?"

Ucapnya sekali lagi sambil melongok toko sepi itu. Lagi - lagi Jimin menghela nafasnya karena ini adalah paket terakhir untuk hari ini. Dan ia tak mau bekerja dua kali hanya untuk mengirim kotak kecil yang tidak jelas di tangannya ini.

" Inilah alasan kenapa pemerintah nyaranin buat bikin kotak surat di depan ruko atau rumah. Oke sekarang gue ngerti "

Gerutunya sambil kembali duduk di atas Masha. Motor vespa kesayangan yang sudah menemaninya selama 5 tahun lebih. Jimin melirik jam tangan jadulnya. Ia mendesah malas dan memilih kembali saja ke kantor untuk absen pulang. Lagipula percuma saja jika ia membatu seharian di toko ini.

Deru brisik vespanya mulai beradu. Sepanjang jalan Jimin tak henti - hentinya bersenandung karena tak sabar untuk memenuhi janjinya dengan seseorang setelah ini. Sesampainya di kantor, ketika Jimin menurunkan standar vespanya..tiba - tiba Kang Daesung, Bosnya berlari cepat menghampirinya.

" Jim!"

" Iya pak gimana?"

Pria itu menyodorkan sebuah kotak kepadanya. Feeling Jimin tak enak. Kalau seperti ini, sudah pasti kalau pria itu mau...

" Ini paket ketinggalan. Tolong kamu yang kirim ya?" Tuh kan..batin Jimin kesal.

" Yahh pak. Saya capek banget... Itu aja masih ada tinggalan satu gara - gara gak ada penerimannya..."

" Ululuhh ayuk lah plis. Nanti saya kasih bonus deh..." kata pria itu.

" Hadehh..kenapa nggak minta tolong Bang Nani ato Jackson aja? "

" Si Nani ijin pulang mau jenguk ibunya. Terus si Jackson lagi di bengkel benerin motornya. Tadi nubruk pohon gara - gara ngehindarin kucing"

" Ealahh Jackson kampret. Udah tau pohon. Masih juga disosor.." Ucapnya.

" Mau ya Jim?"

" T-tapi pak. Saya mau ngampus abis ini...Lagian saya kan udah jam pulang?"

" Nggak harus hari ini asal besok pagi - pagi bisa kamu anter. Deket kok cuma di kantor merchandise situ tuh depan cafe Himalaya"

Mendesah malas akhirnya Jimin menerima kotak itu dan memasukannya ke dalam keranjang di motornya. Sebaiknya begitu karena kalo dia menolak, bosnya itu pasti akan tetap memaksa. Lagipula lumayan juga bonusnya nanti bisa untuk kencan dengan kesayangan.

Setelah absen pulang, tak menunggu waktu. Jimin kembali menaiki vespanya. Ia melaju dengan kecepatan sedang untuk menuju kampus. Cowok ini memang masih kuliah, dan pekerjaannya sebagai kurir itu hanyalah sampingan. Jadi pukul 6 - 2 siang dia jadi kurir. Dan sorenya jadi mahasiswa. Mantap!

Mengambil bukunya di dalam jok, Jimin tak membuang waktu dan lekas masuk mengikuti kelas. Oh iya. Dia ini masuk di jurusan seni rupa. Karena cita - citanya adalah menjadi seorang pelukis. Iya...peluk and kiss.

The Courier (Lismin) COMPLETE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang