Chapter 22

203 33 9
                                    

Lisa berjalan membuntut di belakang Jimin yang sedang sibuk menyalakan vespanya.

" Ini!"

Ia menyodorkan helm yang biasa Lisa gunakan.

" Kita mau kemana?"

" Ke tempat biasa mas nongkrong sama temen. Mau ikut gak? Kalo gak mas antar kamu pulang..."

" Ikut donk~"

Lisa langsung memakai helmnya lalu duduk di belakang Jimin.

" Pegangan! Ntar ketiup angin ilang lagi"

" Iya iya...cerewet.."

Bibir Jimin langsung melengkung ketika merasakan pinggangnya dilingkari lengan Lisa, sementara punggungnya disandari pipi gadis itu. Ada rasa nyaman dan menghanyutkan yang kembali merengkuhnya.

Setelahnya mereka melaju menyusuri jalanan yang tidak terlalu ramai. Udara siang menjelang sore selalu bisa membuat bibir Lisa mengulum senyuman. Ia sangat menyukai bagaimana suasana ketika matahari terbenam.

" Mas minta maaf ya tadi gak antar kamu berangkat sekolah..."

" Gak papa kok. Mas kan udah bilang di chat.." jawab Lisa.

Jimin tersenyum begitu juga dengan Lisa. Suasana hari ini benar - benar syahdu.

" Mas mau tanya sambil pelanin jalannya ya...?"

" Ya udah tanya aja..."

" Kamu diapain lagi sama Pak Han?"

Jimin merasa kini Lisa sedang mencengkeram jaket denim yang Jimin kenakan di bagian perut. Karena itulah ia jadi semakin yakin kalau sesuatu telah terjadi dengan Lisa.

" Jawab hayo... gak boleh bohong..." katanya sambil menggenggam tangan Lisa dengan sebelah tangannya.

" Takut..." jawabnya singkat sembari meremas tangan Jimin yang bergenggaman dengannya.

" Iya takut kenapa? Cerita donk biar mas tahu..."

" Dia ngajakin aku nikah.."

" HAHH!!!"

Saking terkejutnya Jimin sampai oleng dan nyaris menabrak pohon. Untuk refleknya cepat menekan rem, jadi tidak terjadi sesuatu yang fatal. Jimin menoleh Lisa yang sedang menatapnya dengan horror.

" Mas ihhh!! Hati - hati donk!!!" Lisa memukul punggung Jimin dengan kesal.

" Sorry...sorry...

Mas barusan gak salah denger kan? Pak Han ngajakin kamu nikah?"

Lisa mengangguk...

" Dia maksa aku...awalnya aku gak mau jawab. Tapi dia ngancem mau nabrakin mobilnya ke truk yang lagi parkir... jadi aku jawab.."

" Kamu jawab apa? Jangan bilang kamu terima dia?"

" Ya nggak lah!! Udah gila apa!!!"

Bibir Lisa menggerutu. Disingkirkannya beberapa helaian rambutnya yang masuk ke mulut karena hembusan angin.

" Wah Lis gila sih ini! Emang bener - bener ngaco tuh orang..."

Jimin kembali melajukan vespanya dengan kecepatan sedang.

" Terus papa kamu gimana? Kamu lapor gak sama dia?"

" Udah...tapi percuma. Dianya lagi di Jepang. Terus selalu aja nganggep kalo aku ngada - ngada..."

" Hahh...emang susah kalo udah kolot!"

...

Tak berapa lama kemudian mereka sampai di sebuah cafe yang biasa digunakan Triple J berkencan. Lisa menarik - narik kaos kebesaran dan celana jeans selututnya yang Jimin pinjamkan kepadanya, karena ia tak mau memakai seragamnya hingga seharian.

The Courier (Lismin) COMPLETE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang