" Mas udah belom?"
" Bentar dikit lagi.."
" Uuuu aku capek..."
" Tahan..dikit lagi.."
" Ihh tapi udah nggak tahan~"
" Bentar - bentar..."
" Mas~"
" Iya cantik...sabar donk"
" Nggak tahan cepetan!"
" He em.."
Jimin meletakkan pensilnya dan menghela nafas.
" Udah?"
" He em.."
" Mana mau lihat!!"
Pria itu lalu menunjukkan hasil gambarnya pada Lisa. Melihat potrait wajahnya yang tertuang pada kertas itu membuat bibir Lisa mengulum senyum. Tentu saja hal itu tidak luput dari pandangan Jimin.
" Ihh bagus~"
" Bagusan lagi kalo kamu senyum.."
Lisa menoleh pada pria itu..
" Senyum yang gimana?"
Jimin menunjukkan wajah konyolnya dan tanpa sadar membuat gadis itu terkekeh.
" Nah yang gini ni...kalo digambar pasti lebih bagus.."
" Hahaha mas bisa aja..."
Lisa kembali memandangi gambar itu dengan perasaan yang berbunga. Ia merasa sangat senang. Baru kali ini ada orang yang menggambar wajahnya dengan sangat baik. Kalau yang jelek mah banyak. Seperti misal Bambam dan Lucas, yang suka menggambar asal wajahnya sebagai bahan candaan.
" Ini boleh aku minta gak?"
" Ya jangan donk! Kan itu mau dikumpulin??!"
Lisa mencebik..
" Mas tinggal bikin yang baru aja~"
" Ya gak papa asal kamu mau dijadiin modelnya lagi..."
" Ahh gak mau ah. Capek! Masak iya disuruh diem mulu kayak patung!"
" Ya makannya. Sini balikin!"
Dengan berat hati Lisa mengembalikan buku itu pada Jimin.
" Mas jago gambar gini diajarin siapa?" Tanya Lisa sambil memandangi Jimin yang sedang sibuk membereskan alat gambarnya.
" Dulu mama yang ajarin..."
" Ohh...jadi mendiang mama mas itu pelukis?"
Jimin mengangguk pelan..
" Iya. Tapi sayang mesti berhenti di jalan..."
" Ohh kenapa?"
" Karena mama kehilangan sebelah lengannya gara - gara sebuah infeksi...."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Courier (Lismin) COMPLETE ✅
Fiksi PenggemarJimin adalah seorang pemuda yang harus kuliah sambil kerja part time sebagai seorang kurir, demi mewujudkan keinginannya untuk menikahi gadis yang sudah ia cintai selama bertahun - tahun. Berakhir diputuskan dengan alasan yang tragis, Tuhan malah me...