Chapter 16

215 31 27
                                    

Lagi - lagi keduanya berada dalam situasi canggung. Selalu saja siklusnya seperti itu. Saling bercerita, dekat, skinship, lalu canggung. Begitu terus sampai - sampai author ikut pusing.

" Mas abis ini kerja?" Tanya Lisa memecah keheningan.

" Iya...Kenapa?"

" Gak papa..." Jawabnya singkat setelah itu Lisa bangkit dan membereskan piring kotor di meja. Lagi - lagi gadis itu mulai berbenah di depan wastafel.

" Lis! Udah mas bilang berapa kali? Gak usah dicuci!" Kata Jimin berjalan mendekat.

" Cerewet ah! Nanti numpuk lagi!"

Jimin berdecak, ia menarik paksa lengan Lisa untuk menjauh dari wastafel.

" Ya biarin aja numpuk. Nanti biar mas yang cuci!"

Lisa menyibakan tangan Jimin yang masih bertengger di sana.

" Mas brisik ah!" Setelahnya ia melanjutkan kegiatan cuci piringnya. Tak dihiraukannya Jimin yang hanya bisa menggerutu karena sifat keras kepala seorang Lalisa.

" Nah selesai!" Lisa meletakan piring dan sendok terakhir pada rak. Ia mengelap tangannya dan berjalan mendekat pada Jimin yang sedang menyisir rambut di depan cermin, bersiap untuk berangkat kerja.

" Mas?"

" Hm?"

" Aku boleh ikut ya?"

Jimin melirik Lisa dari pantulan kaca.

" Ikut kemana?"

" Ikut mas kerja lah!"

Pria itu mencebik setelah meletakkan sisirnya. Ia berjalan menuju almari dan meraih sebuah jumper warna hitam.

" Mas! Boleh ya?~" Lisa terus membuntut pria itu, namun tetap saja Jimin tak menghiraukannya.

" Mas!! Jawab donk!"

" Jangan! Nanti kamu kepanasan!

" Ihh nggak papa panas dikit!"

" Nanti kena debu!"

" Gak papa kena debu gak bikin mati kok!"

" Bisa aja kalo debunya debu meteor!"

" Tapi di sini gak ada meteor? Udah si...Boleh ya aku ikut?"

" Nanti kamu capek!"

" Kalo capek gampang istirahat!!"

Jimin telah selesai dengan pakaian rapinya. Ia hendak berjalan keluar namun Lisa tiba - tiba menghalangi.

" Boleh ya? plisss~"

Lisa mengeluarkan jurus puppy eyes mautnya. Jimin mengerling dan melemparkan tas slempangnya pada gadis itu.

" Yaudah cepetan siap - siap! Kalo lama mas tinggal!!"

" YEYY!!! Makasih mas! Mmuach"

Lagi - lagi sebuah ciuman di pipi pria itu tak sadar telah Lisa luncurkan. Jimin menyentuh tempat itu. Bibirnya melengkung naik. Ia menahan debaran jantungnya yang kembali terpacu.

" Tuhkan gue kena amnesia!"

***

Selesai mengantar sekitar 50 paket, Jimin melajukan Masha di sepanjang jalan kenangan untuk mengantar Lisa pulang. Gadis itu sudah terlelap sambil memeluknya. Itulah kenapa saat ini Jimin mengendarai vespanya dengan kecepatan yang begitu pelan.

Sebenarnya dengan adanya Lisa, pekerjannya jadi sedikit terbantu. Sering kali pria itu hanya cukup duduk di motor, dan menyaksikan Lisa yang malah bekerja untuknya. Jimin masih tak menyangka kalau teriakan gadis itu ketika memanggil penerima paket, nyaringnya sebanding dengan toa orang demo. Dan lagi...Lisa bahkan telah menyelamatkannya dari orang yang hampir komplain karena ada kerusakan pada paketnya. Jimin merasa sangat berterima kasih. Tapi melihat Lisa yang begitu kelelahan membuatnya jadi merasa bersalah.

The Courier (Lismin) COMPLETE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang