Chapter 29

186 36 15
                                    

Tubuh Jimin yang masih tergolek tak berdaya kini sedang dipanggul untuk di bawa ke sebuah ruangan.

" Taroh aja dia di ruangan bekas kamar Lisa!" Kata Mirai pada bodyguardnya itu.

Pintu warna coklat itu terbuka. Masuklah mereka ke dalam ruangan dengan lampu neon berwarna keunguan. Terdapat beberapa peralatan 'unik' di dalam sana. Salah satunya adalah borgol. :)

Memang semenjak pindahnya Lisa ke Jepang, kamar gadis itu kini dialih fungsikan menjadi tempat Mirai 'bersantai' dari kepenatan hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang semenjak pindahnya Lisa ke Jepang, kamar gadis itu kini dialih fungsikan menjadi tempat Mirai 'bersantai' dari kepenatan hidupnya.

" Tolong geledah dia dan ambil ponselnya!"

" Baik nyonya!"

Mirai mendudukkan dirinya di sebuah sofa. Ia membuka tutup botol salah satu red wine koleksinya yang berada di dalam almari lalu menuangnya ke dalam gelas burgundy. Sembari menikmati manis rasa yang berada di dalam mulutnya, wanita itu mengamati dua orang bodyguardnya yang sedang menggeledah seluruh saku yang ada pada pakaian Jimin.

Tak lama setelahnya salah seorang berjalan mendekat dan menyodorkan benda pipih itu. Mirai menyalakan ponselnya. Rautnya seketika mengeras melihat wallpaper yang terpampang pada ponsel pria itu.

 Rautnya seketika mengeras melihat wallpaper yang terpampang pada ponsel pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Foto Lisa.

" Dasar!"

Mirai berdecak kesal ketika menemukan ponsel itu dalam keadaan di password.

" Tolong hubungi hacker kenalan saya!"

" Baik nyonya!"

***

Jimin terbangun setelah sekitar 5 jam pingsan. Ia mengerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya neon yang menerobos masuk ke dalam retinanya. Mengerang kesakitan karena kepalanya yang pusing, Jimin sesekali meremas kepalanya. Berusaha keras dengan mencari pegangan, akhirnya ia bisa terbangun.

Hidungnya menghirup aroma lavender yang kuat. Jimin tidak ingat kalau ruang kamarnya menggunakan wewangian semacam itu. Karena biasanya aroma kamar Jimin itu natural, kadang wangi karena pewangi pakaian, tapi seringnya sedikit apek karena malas mengganti seprai dan sarung bantalnya. Ia juga tidak mengira kalau kasurnya sekarang bisa seempuk dan senyaman ini. Mengucek kedua matanya, ia membukannya lebar - lebar. Seketika Jimin terperangah menatap seisi ruangan itu. Ia baru sadar kalau saat ini sedang berada di sebuah ruangan asing dan bukan kamar tidurnya.

The Courier (Lismin) COMPLETE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang