Chapter 2

464 54 36
                                    

Dari sisi samping, Jimin merasa familiar dengannya. Seragam itu, rambut pendek itu. Rasanya ia pernah melihat. Tapi dimana? ia lupa.

Jimin baru ingin mendekat untuk mengambil barangnya, namun langkahnya terhenti ketika menyadari kalau gadis 2 meter di depannya ini sedang menangis.

" Hikss...kenapa dunia jahat sama aku...hiksss...

Kenapa semua yang aku sayangi direbut sama orang lain? hikss..kenapa?!!

Apa aku gak boleh bahagia??"

Suara tangis itu terdengar di telinga Jimin.

" Semua udah gak ada gunannya!"

Racaunya tak jelas di dalam telinga Jimin.

Gadis itu tiba - tiba menapakkan kedua kakinya naik di atas besi pembatas. Sontak saja Jimin berlari menghampiri gadis sekolah itu.

" Loh loh loh dek kamu mau ngapain!!?" Ia menoleh kaget menyadari kehadiran Jimin.

" Jangan mendekat!! Biarin aku lompat!!"

Melihat wajah gadis itu, Jimin akhirnya ingat.

" Loh kamu??!! Yang tadi ada di lobby bareng saya kan?! Di kantor Kim corp??!"

Pertanyaan Jimin tak digubrisnya. Gadis itu kembali naik untuk berada pada besi pembatas yang paling atas.

" Ehh berhenti plis berhenti!!! Jangan lompat!!"

" Kenapa mas larang - larang aku!!? mas itu siapa!! Mas gak tahu gimana penderitaan aku!! Jangan ikut campur!!"

" Iya aku gak ngerti. Tapi tolong jangan bunuh diri kamu sendiri. Masa depan kamu masih panjang!!"

Gadis itu berhasil naik pada besi pembatas dan turun pada besi yang berada tepat di depan jembatan untuk bersiap melompat. Di bawahnya sudah tak ada penyangga lagi. Hanya ada sungai biru yang siap menangkapnya kapanpun ia terjatuh.

Rambut pendeknya berkibar ditiup angin, begitu juga dengan roknya. Tas warna merah maroon itu sudah teronggok di atas trotoar. Menandakan jika gadis itu sudah siap untuk melepas segalanya.

" Aku gak peduli! Hikss..biarin aku pergi!!"

Jimin tak menghiraukan ucapan gadis itu dan berlari menahan tangannya.

" Mas lepasin tangan aku hikss!!"

" Jangan terjun!! Semua manusia itu punya masalah! Saya percaya kamu bisa hadapi semuanya. Pliss jangan lompat ya?"

Bujuk pria itu sambil terus mempererat pegangannya.

" Nama kamu siapa?"

" L-Lisa..hikss..Lalisa.."

Jimin tersenyum pada gadis bernama Lisa itu.

" Lisa..kenapa kamu mau bunuh diri? Seberat itukah masalah kamu?" Tanya Jimin dengan suaranya yang sedemikian rupa dibuat lembut dan protagonis.

" A-aku dianggap pembawa sial... sama papa aku sendiri hikss..semua orang menjauhi aku..dan lagi..orang yang aku cintai sejak lama direbut sama orang lain...." Jelas Lisa dengan suaranya yang bergetar. Airmata gadis itu kembali banjir hingga beberapa menetes pada punggung tangan Jimin.

" Aku juga udah gak punya siapa - siapa lagi...hikss...mama aku meninggal. Papa aku nikah lagi...saudara tiri aku jahat. Dia suka bully aku..." Jimin ikut sedih mendengar cerita darinya. Entah mengapa rasanya begitu menyakitkan. Seakan ialah yang ada diposisinya sekarang.

" Lisa yang sabar ya...kamu mau tahu gak? Mas juga lagi dikasih cobaan. Pacar mas hamil sama orang lain dan sekarang dia ninggalin mas. Coba kamu bayangin gimana sakitnya hati mas?"

The Courier (Lismin) COMPLETE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang