Chapter 13

251 38 23
                                    

Lisa berjalan lesu keluar dari tempat magangnya. Di depan sana sudah ada sosok pria yang telah menunggunya. Seperti biasa, ia mengenakan jaket dan celana panjang. Juga sepatu yang itu - itu saja. Sosok pria yang jujur saja...

Dia rindu tapi gengsi.

Gadis itu menghentikan langkah kakinya ketika Jimin berjalan mendekat. Ia menyerahkan sebuah helm open face warna putih dengan kacamata yang tersangkut di atasnya. Itu adalah helem baru yang sengaja Jimin beli untuk Lisa. Selain untuk menjaga keamanannya, juga ia tak mau kena tilang lagi.

 Selain untuk menjaga keamanannya, juga ia tak mau kena tilang lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa menatap helm ditangannya itu. Menurutnya bentuknya sangat lucu dan unik. Ia suka.

" Pulang yuk!" Ajaknya. Namun bukannya menurut, Lisa malah terdiam.

" Kenapa?"

Gadis itu tak menjawab.

Jimin menghela nafas dan mengusap puncak kepalanya dengan lembut.

" Masih marah sama mas?"

Lis mengangguk pelan. Gadis itu menundukan wajahnya menghindari tatapan mata Jimin yang teduh.

Angin berhembus mengibarkan surai mereka berdua. Suasana yang tak terlalu ramai membuat semua berjalan bagai adegan di film drama. Sepasang anak manusia yang saling berhadapan. Berlatarkan gedung megah menjulang.

Jimin sedikit membungkukkan tubuhnya agar bisa melihat wajah murung Lalisa.

" Mas minta maaf...

Mas gak bermaksud bikin kamu kesel. Cuma dengerin dulu penjelasan mas..

Mas minta kamu pertimbangin dulu buat pacaran, karena selain kamu masih sekolah..juga karena status kita yang beda Lis..

Mas gak pernah berpikiran soal kamu masih bocah. Apalagi sampe mandang ukuran dada kamu..."

Lisa menggembungkan pipinya. Pegangannya pada helm itu semakin erat. Sejujurnya ia sadar kalau dirinya yang terlalu overthingking terhadap Jimin. Namun Lisa tak mau mengakuinya.

" Aku cuma gak pede sama fisik aku. Makanya aku bilang kayak gitu ke mas. Tapi aku juga gak pernah mikirin status...

Mau mas dari kalangan apa aja, entah miskin, kaya, pejabat atau orang biasa, tapi kalo aku sukanya cuma sama mas gimana..?"

Jimin menahan tawa yang akan keluar dari mulutnya. Melihat kepolosan Lisa sungguh sukses untuk membuatnya terbang menuju perasaan yang penuh euphoria.

" Mas ngerti perasaan kamu. Tapi nanti apa kata papa kamu kalo tahu kamu pacaran sama orang kayak mas??"

" Aku gak mau peduli apa kata papa. Bisa gak biarin aku bahagia dengan pilihan aku sendiri??"

Jimin tak bisa menjawab. Ia menghela nafas dan memilih mengalihkan topik pembicaraan.

" Mendingan ayo mas antar kamu pulang dulu! Udah sore nih..

The Courier (Lismin) COMPLETE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang