C I R C U M S T A N C E S (21)

96 17 6
                                    


ENTAH sudah berapa lama Jiwon tak sadarkan diri. Ketika ia membuaka mata, yang dilihat hanya langit-langit yang berwarna putih. Tentu saja ia tahu sedang berada di mana. Jarum infus yang tertancap di tangan kirinya sudah memperjelas. Pakaiannya juga sudah berganti, bukan baju pasien yang lepek dan basah lagi karena keringat. Gadis itu mengutari nyaris seperempat Seoul dengan berjalan kaki.

Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh tengah menindih lengan kanannya, membuatnya sedikit terasa pegal. Ternyata adalah kepala Seokjin yang bersandar di sana. Sudah berapa lama lelaki itu menungguinya hingga tertidur? Napas hangat lelaki itu menembus baju lengan panjangnya. Membuat darahnya berdesir aneh.

"Jin ..." panggil Jiwon lemah. Ia benar-benar merasa tak bertenaga sekali.

"Jin ..." percobaan kedua lelaki itu masih tak terusik. Tampaknya ia sangat lelah.

"Kim Seokjin ..." panggil Jiwon dengan sedikit bertenaga sembari menggerakkan lengannya yang ditindih kelaki itu. Spontan Seokjin tergagapㅡ bangun. Lelaki itu mengumpulkan nyawa secepat yang ia bisa.

"K-Kau sudah sadar. Aku panggil dokter."

"Tidak usah. Aku baik-baik saja," tolak gadis itu. Di saat kondisinya seperti itu, bisa-bisanya ia bilang baik-baik saja.

"Baik-baik saja katamu? Andai Jungkook tak menemukanmu dengan cepat, entah bagaimana nasibmu, Han Jiwon," ocehan Seokjin seketika membuat Jiwon tersenyum tipis. Entah mengapa.

"Kau khawatir, ya?" pertanyaan tak terduga terlontar dari bibir pucat gadis itu.

"Tidak. Hanya saja kau akan mecoreng nama baikku. Kim Seokjin tak bisa mengurus istrinya dengan baik. Aku tak mau ada berita konyol semacam itu."

Jiwon menghela nafas. Tapi, setidaknya lelaki itu ada di sini sekarang, bersamanya. Menungguinya hingga sadar. Itu artinya ada sedikit rasa kepedulian di hati lelaki itu.

"Bagaimana keadaan Yujin?" pertanyaan tak terduga lagi berhasil gadis itu loloskan.

Seokjin terdiam sesaat dan menatap ke arah lain. "Dia baik-baik saja."

Meski bersikap tenang, Jiwon tetap bisa membaca tatapan sendu lelaki itu ketika ia menyinggung tentang keadaan Na Yujin. Hal itu membuat dada Jiwon bergemuruh aneh. Seperti tak rela Seokjin mengkhawatirkan gadis lain.

"Pergilah padanya. Dia pasti membutuhkanmu."

Han Jiwon memang suka mengejutkan. Ucapan itu membuat Seokjin kembali menatapnya. "Lalu kau tak butuh aku? Lihat! Bahkan kondisimu sangat lemah.

Kali ini giliran Seokjin yang mengejutkan. Lelaki itu melepas pantofelnya kemudian naik ke atas ranjang. Menggeser tubuh Jiwon dengan mudah dan menempati sisi kanan ranjang. Sedangkan Jiwon masih terdiam menatap wajah lelaki itu yang kini berjarak kurang dari lima belas senti darinya. Tubuhnya berdesir dan jantungnya seolah akan pecah.

Jiwon mengerjap dua kali, sepertinya pengelihatan gadis itu terganggu akibat dari kepalanya yang mendadak pusing akibat perlakuan mendadak lelaki itu. Kim Seokjin tersenyum padanya. Senyuman hangat yang mampu mengusir hawa dingin yang sejak tadi memeluk Jiwon dengan erat.

"Aku tahu kau kedinginan akibat hipotermia yang kau derita. Meski penghangat ruangan sudah menyala. Tidurlah. Tubuhmu menggigil. Aku tak buta. Sekarang tidurlah. Kau tak akan kedinginan," ujar Seokjin.

Bahkan Jiwon rasa pendengarannya juga terganggu. Seokjin tak pernah berbicara selembut itu padanya. Lalu apa lagi ini? Lelaki itu mendekap Jiwon dengan erat.

"A-Aku kesulitan bernafas," keluh gadis itu sembari menyentuh lengan Seokjinㅡ mencoba mengendurkan dekapan lelaki itu.

"Ah ya..." Seokjin sadar dekapannya terlalu erat. Lelali itu pun sedikit mengendurkannya."Tidurlah. Kau butuh banyak istirahat!" kemudian lelaki itu memejamkan mata dan tak lama kemudian Jiwon merasakan napas teratur lelaki itu menerpa pipi bagian kanannya.

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang