C I R C U M T A N C E S (30)

109 9 2
                                    

Namjoon sudah membulatkan tekadnya. Baginya, kebahagiaan Jiwon adalah yang paling penting. Ia tak tahu mengapa bisa jatuh pada pesona gadis yang berusia dua tahun di atasnya itu. Hingga ia tak rela jika gadis itu tersiksa dalam hubungan palsu bersama Seokjin. Walau ia tahu, Seokjin bukan hanya rekan kerjanya, tapi juga sahabat bahkan saudara baginya. Tapi Namjoon tak membenarkan sikap lelaki itu.

Lelaki jangkung itu menghela nafas berat. Ia sudah berada di depan apartemen Seokjin. Dua jam lalu ia mendapat kabar bahwa Seokjin dan Jiwon sudah kembali dari liburan di Busan. Malam ini Namjoon berniat mengutarakan niatnya untuk menyelamatkan Jiwon. Ia tak peduli Seokjin akan marah atau apapun. Ia berharap Seokjin memahami ini semua bahwa Jiwon tak pantas diperlakukan seperti itu. Jika Seokjin tak mampu mencintai Jiwon dengan tulus, maka Namjoon akan mengambil alih tugas itu.

Ia sempat ragu untuk melakukannya karena ini akan menjadi masalah besar. Mereka adalah orang besar sekarang. Seluruh dunia tahu siapa mereka dan pengaruh mereka terhadap negara Korea Selatan. Ia takut, jika hal ini terjadi, dunia akan mengecam tindakannya yang merebut istri rekan kerjanya sendiri.

"Namjoon, sedang apa?" suara seseorang yang amat Namjoon kenal itu pun menggema di belakangnya. Membuat bulu halus di tengkuknya terasa berdiri. Mengapa rasanya jadi mengerikan seperti ini. Meski ragu, Namjoon menoleh.

"Hyung …" gumamnya pelan.

"Ada perlu apa? Ah, masuklah dulu. Ayo!" Seokjin menempelkan lock card-nya di sensor pintu.

Perhatian Namjoon teralihkan pada gadis kecil yang menggenggam ujung kaos Seokjin. Gadis itu menatap Namjoon dengan canggung.

"Hyung, siapa dia?" tanya Namjoon tanpa mengalihkan tatapannya pada gadis kecil yang memakai masker itu.

"Ayo masuk dulu. Kita mengobrol di dalam. Istriku sedang memasak. Kau bisa makan malam bersama kami," jawab Seokjin yang berhasil membuka pintu. Gadis kecil itu mengekori Seokjin masuk dan tetap menggenggam ujung kaosnya.

Namjoon masih bergeming di posisinya. Entah mengapa niatnya melabrak Seokjin mendebu begitu saja. Gadis kecil itu membuat Namjoon mempunyai banyak pertanyaan di kepala pintarnya. Samar Namjoon mendengar gadis kecil itu berbicara pada Seokjin, "Daddy, Paman itu tidak ikut masuk …" nada bicaranya terdengar seperti sedang memberi informasi, bukan pertanyaan.

Namjoon yakin, ia tidak salah mendengar. Telinganya masih berfungsi dengan baik meski beberapa jam yang lalu ia harus marah karena Hoseok berteriak tepat di telinganya karena lelaki itu sedang kesal padanya. Tadi ia memecahkan guci kesayangan Hoseok yang dibeli di Maroko saat berlibur bulan lalu. Ya, Namjoon yakin, gadis kecil itu menyebut Seokjin denganㅡ daddy.

"Joon, kenapa kau berdiri di situ? Masuklah!"

"Eoh … Hyung," jawab Namjoon gugup.

Sementara itu, si gadis kecil langsung pergi ke dapur setelah melepas sepatu pink-nya. Dari tempat Namjoon berdiri sekarang, ia bisa melihat Jiwon sedang mengelap tangan dengan serbet lalu berjongkok di hadapan gadis kecil yang belum Namjoon ketahui namanya.

"Mommy … tadi aku diajak daddy main sebentar. Tadi aku melihat patung Mickey Mouse yang sangaaaaaaat besar. Lalu daddy memfotoku. Mau lihat tidak? Ada di ponsel daddy fotonya," ceritanya dengan nada yang begitu ceria khas anak kecil bila usai diajak bermain.

"Kau senang? Padahal mommy sudah menungu lama. Kalian malah bermain," protes Jiwon sambil mengusap pipi gadis kecil itu.

"Maaf, mommy," jawabnya sambil mengangguk.

"Tak apa, sayang. Lalu apa pesanan mommy kalian belikan?"

"Tentu saja. Daddy … mana saus gochujang-nya?" seru gadis kecil itu dan langsung ditanggapi oleh Seokjin yang mendekat sambil membawa kanting plastik di tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang