C I R C U M S T A N C E S (24)

117 16 2
                                    

SEOKJIN tak menemukan istrinya dimana pun. Lelaki itu sengaja pulang syuting lebih cepat karena khawatir tergadap sang istri, lantaran kesehatan gadis itu masih belum pulih betul. Jiwon tak membalas semua pesannya, itu yang membuatnya semakin khawatir.

Awalnya Seokjin hanya berpikir gadis itu sedang mencari udara segar keluar apartemen. Namun, ia baru menyadari kekhawatirannya setelah satu jam sejak ia datang namun Jiwon tak kunjung pulang. Seokjin tak berpikir Jiwon pergi jauh juga karena gadis itu tak membawa satu pun bajunya, bahkan kartu kredit yang ia berikan pun ditinggal di nakas.

Lelaki itu berlari keluar apartemen seperti kesetanan. Ia meminta bantuan Jungkook untuk mencari gadis itu, kalau-kalau kabur lagi dalam kondisi kesehatan yang belum stabil. Namun sudah lewat tengah malam Jungkook pun tak menemukannya. Ia juga sudah meminta bantuan detektif kenalan CEO agensinya, Seokjin takut hal buruk terjadi pada istrinya. Namun, menurut detektif tersebut tak ada hal aneh yang terjadi. Anehnya juga, detektif itu tak bisa menemukan penyebab hilangnya Han Jiwon.

Selama tiga hari Seokjin mirip orang idiot yang hanya mondar-mandir di dalam apartemennya. Entahlah, kehilangan Han Jiwon seperti ia kehilangan separuh nafasnya. Beberapa hari terakhir, gadis itu benar-benar menyita atensinya.

Seokjin hendak menghadiri lokasi syutingㅡ terhitung sudah dua hari ia mangkir dari pekerjaannya dan kini ia tak boleh mangkir lagi. Bagaimanapun juga, ia harus bersikap profesional. Dibanding melakukan rekaman, konser atau menghadiri talk show musik, kini Seokjin lebih fokus dalam dunia dramaㅡ sejak grup musiknya tak lagi seaktif dulu. Namun mereka masih sering melakukan pekerjaan bersama. Ketika hendak menghidupkan  mesin mobilnya, ponselnya berdenting.

Annyeong, Oppa. Maaf mengganggu. Aku hanya ingin bertanya. Apakah kau dan eonni ada masalah? Sudah tiga hari ia di sini dan selalu terlihat murung jika sendirian. Tapi, ketika bersama kami, ia tampak ceria seperti biasa.

Membaca pesan itu membuat Seokjin tersenyum lebar tanpa ragu. Pesan tersebut berasal dari Han Jihyunㅡ adik Jiwon. Akhirnya ia mendapat titik terang tentang keberadaan istrinya. Bodoh memang! Kenapa ia tak terpikirkan untuk mencari Jiwon ke Busanㅡ rumah orangtua gadis itu.

***

"Kau tak ingin bertanya bagaimana aku bisa tahu keberadaanmu? Kau ingin kabur dariku,ya? Hey, berhentilah! Jawab aku, Han Jiwon?" oceh Seokjin sembari mengikuti Jiwon yang terus berjalan dan seperti tak menghiraukan keberadaan Seokji.

Hawa dingin semakin merengkuh Jiwon begitu erat, gadis itu terus berjalan sambil menggosok-gosok lengannya dengan telapak tangan. Seharusnya ia memakai satu lapis pakaian lagi tadi. Jiwon tersentak ketika Seokjin menyelimutinya dengan mantel lelaki itu,gadis itu pun berhenti berjalan. Kepalanya menoleh sembilan puluh derajat, lalu mendongak. Sejenak ia mengagumi ketampanan lelaki yang berada di sebelahnya ini.

"Kenapa pergi tanpa pamit? Kau membuatku mirip orang idiot mencarimu," bisik Seokjin sambil menarik pinggang Jiwon, membuat tubuh gadis itu menempel dengannya. Berharap gadis itu tak merasakan kedinginan lagi.

"Hanya ingin bertemu keluargaku," jawab Jiwon singkat. Berusaha sekeras mungkin menyamarkan debaran di dadanya. Jantungnya nyaris pecah. Tentu saja Kim Seokjin penyebabnya.

"Tidak. Kau sengaja menghindariku, kan? Kenapa?" Lelaki jangkung itu terus menuntut jawaban.

"Tidak. Lagi pula kau tak ada hak melarangku bertemu keluargaku."

Tampang garang Jiwon keluarkan untuk mengalihkan rasa gugupnya yang tak tertahankan. Bahkan hawa dingin yang tadi menyerang, kini berganti hawa panas disekujur tubuhnya.

"Siapa yang bilang aku melarangmu, Nona Han? Aku hanya ingin kau memberi tahuku atau bahkan memintaku untuk mengantarmu. Kau tak ingin orangtuamu berpikir macam-macam tentang kita, kan?"

Telak. Seokjin selalu bisa membuat Han Jiwon selalu kalah dalam setiap perdebatan. Lagi pula ia memang harus meminta izin, Seokjin adalah suaminya sekarang. Tapi masalahanya, ia memang ingin menghindari lelaki itu.

"Katakan! Kenapa kau menghindariku?" tanya Seokjin, satu tangannya yang bebas ia gunakan untuk menyapu kelopak sakura yang jatuh di atas pipi Jiwon.

"Kubilang aku tak menghindarimu, Kim."

Jika ia sudah menyebut marga lelaki itu, berarti ia benar-benar marah.

Seokjin tahu gadis itu tengah kesal padanya. Maka, untuk mengatasi itu, lelaki itu menyatukan bibir mereka. Meredam rindu yang selama tiga hari ia tahan. Seokjin sempat terkejut ketika gadis itu langsung membalas gerakan bibirnya. Hal itu berlangsung beberapa detik karena pasokan udara mereka menipis.

"Kau juga merindukanku, bukan?" bisik Seokjin lalu memeluk gadis itu.

***

"Ayo! Ayo! Makan yang banyak, ya! Aigooo menantuku tampaknya lelah sekali setelah perjalanan jauh. Kau mau apa? Sup ikan? Ah Jjampong saja supaya badanmu hangat, Nak!" Tn. Han terus mengoceh di meja makan, memyuruh menantunya untuk memakan semua hidangan yang tersedia. Raut bahagianya tercetak jelas. Hal itu membuat diam-diam Jiwon tersenyum.

"Terima kasih, Abeonim," Seokjin tersenyum canggung.

"Kau membuat oppa jadi sungkan, Appa," sahut Jihyung yang menyadari kecanggungan kakak iparnya.

"Appa hanya terlalu bahagia kakakmu dan suaminya berkunjung," ujar Tn. Han lalu tertawa. Sementar sang istri hanya tersenyum. Sedangkan Jiwon fokus pada Miyeokguk di depannya.

"Miyeokguk itu eomma buat anaknya Bibi Shin yang kemarin melahirkan. Jika kau suka habiskan saja, Jiwon -ah. Omong-omong apakah kalian sudah berencana untuk memiliki anak?"

Jiwon terkejut, namun tak sampai tersedak. Gadis itu perlahan meletakkan sedoknya di mangkuk. Ia menatap Miyeokguk yang hanya tinggal setengah mangkuk karena ia makan. Lagi-lagi makanan ini dan sang ibu mengingatkannya pada tagihan Seokjin tempo hari.

Tiba-tiba Jiwon merasakan sentuhan di tangan kanananya yang berubah menjadi genggaman erat. Pelakunya adalah Seokjin.

"Kami sedang berusaha. Tapi karena kesahatan Jiwon masih belum pulih, jadi kami harus menundanya. Doakan saja segara ada Kim Junior di sini," ujar Seokjin sambil mengusap perut rata Jiwon dengan satu tangannya yang bebas.

Jumat, 29 Juli 2021

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang