Park Jimin sudah lenyap dari hadapan Seokjin, hal itu membuat mood-nya sedikit membaik. Meski tidak bisa benar-benar baik seperti saat berangkat ke resort ini kemarin siang. Pagi tadi, sekitar pukul 8 petugas hotel berhasil menemukan tas Jimin yang ternyata tertinggal di bawah wastafel toilet pria. Seorang petugas kebersihan menemukannya pagi tadi. Memang dasar Park Jimin saja yang ceroboh. Mungkin tertular oleh kebiasaan Namjoon.
Seokjin sekarang sedang duduk di balkon sambil menikmati kopinya. Ia benar-benar tak berniat melakukan apapun. Kegagalannya semalam untuk membobol gawang membuatnya kesal sampai ubun-ubun dan berakhir malas melakukan aktivitas. Padahal banyak kegiatan menyenangkan di sekitar pantai.
"Kau ada masalah, ya? Dari tadi pagi kenapa diam saja?" Jiwon datang membawa secangkir teh mawar di tangannya. Lalu ia duduk di samping Seokjin. Benar-benar seperti pasangan suami istri yang romantis. Ngeteh di pagi hari seperti ini.
Seokjin menoleh tanpa menjawab pertanyaan sang istri. Dalam hati ia sudah benar-benar geram. Bagaimana mungkin Jiwon tak peka dengan perubahan sikap Seokjin. Jelas-jelas gadis itu akar masalahnya. Andai ia tak mengizinkan Jimin menumpang tidur, pasti saat ini hati Seokjin sudah berbunga-bunga, bibirnya menyungginkan senyum hingga nyaris sobekㅡ karena keberhasilannya membobol gawang.
Jika dipikir-pikir, entah sejak kapan Seokjin mulai mengagumi Jiwon. Awalnya ia hanya merasa gadis itu harus menepati perjanjian. Tapi, semakin hari, keinginannya untuk mengikat Jiwon dalam hidupnya semakin menggebu. Ia benar-benar tak ingin gadis itu pergi dari hidupnya.
"Kok diam saja? Aku bertanya, Kim." Jika sudah menyebut marga lelaki itu, berarti Jiwon sedang kesal.
"Tidak." Sesingkat itu jawaban Kim Seokjin.
"Tidak ada masalah atau tidak mau bilang?" Jiwon menyesap teh mawarnya sambil memejamkan mata. Baru kali ini ia mencicipi teh mawar. Aromanya sangat khas. Membuatnya lebih rileks.
Jiwon menyodorkan cangkir tehnya di depan wajah Seokjin, spontan lelaki itu memundurkan wajahnya lalu menoleh ke arah Jiwon, seolah meminta penjelasan apa gang gadis itu lakukan.
"Cium!" Pernyataan Jiwon otomatis membuat Seokjin terkejut.
"Aroma tehnya! Dasar mesum." Tentu Jiwon tahu ke mana arah kebingungan lelaki di sampingnya ini. Namun Seokjin masih bergeming.
"Kata yang mengantar sarapan kita tadi, teh mawar ini banyak sekali manfaatnya. Aroma yang menguar darinya bisa membuat kita lebih rileks, menghilangkan stress juga. Kulihat kau sedang banyak pikiran. Jadi, coba cium aroma teh ini!"
Perlahan Seokjin memajukan wajahnya ke arah cangkir teh milik sang istri yang isinya tinggal setengah. Yang pertama kali tercium tentu saja aroma mawar yang cukup kuat. Lalu ia memjamkan mata, memang aromanya mendadak membuatnya sedikit lebih rileks. Semakin lama ia menghidu cangkir teh tersebut, tak hanya aroma mawar, tapi juga ada semacam aromah buah segarㅡ sepertinya itu ekstrak strawberry. Seokjin membuka matanya. Ia langsung menangkap ada sedikit noda merah di bibir cangkir. Noda lipstick Han Jiwon. Seokjin tersenyum kecil, tangannya menekan tangan Jiwon dan ia segera menyesap habis teh mawar itu, tepat di noda merah lipstick Jiwon.
"Kenapa dihabiskan? Ini punyaku."
"Tehnya enak. Ada rasa strawberry-nya." Seokjin mencoba menggoda Jiwon. Gadis itu sepertinya paham denganㅡ ada rasa strawberry-nya. Karena ia ingat betul, ia menggunakan varian lipstick strawberry. Wajah gadis itu langsung memerah.
***
Sebenarnya Namjoon tak ingin ikut campur urusan orang lain. Tapi, jika ini menyangkut orang-orang yang dicintainya, tentu ia takkan tinggal diam jika terjadi satu hal yang buruk. Seokjin dan Jiwon, dua orang yang ia cintai. Tentu saja dalam makna cinta yang berberbeda. Ia mencintai Seokjin sebagai seorang sahabat, kakak dan rekan kerja. Sedangkan Jiwon, seseorang yang ia cintai sebagai seoranf wanita. Namjoon mulai sadar ia mencintai Jiwon sejak pertama Seokjin mengenalkannya sebagai asisten pribadi. Gadis itu menarik perhatian Namjoon meski terdapat jarak usia yang tak banyak. Jika ditanya apa alasannya? Namjoon tidak pernah bisa menjawabnya. Karena ia benar-benar menyukai semua yang ada pada gadis itu.
Namjoon mengakui dirinya sebagai pengecut karena tak berani mengungkapkan perasaannya sejak awal. Hingga ia harus menelan kekecewaan bahawa gadis itu menikah dengan sahabatnya. Ia bahkan hanya bisa memendam perasaannya entah sampai kapan.
"Hyung, jika kau menyakitinya seperti ini. Lebih baik kalian berpisah saja," monolog Namjoon. Ia tahu akhir-akhir ini Seokjin memang sering menemui Yujin, ㅡ mantan kekasihnya. Sialnya, Namjoon selalu memergokinya. "Aku tahu pernikahanmu hanya sebuah perjanjian. Maka dari itu, kalian akan mudah berpisah." Namjoon masih bermonolog sambil menatap selembar kertas di tangannya.
Mohon maaf banget lama nggak update. Serius banyak banget kerjaan dan kudu fokus sama salah satunya. So, maafkan dam terima kasih buat yang sudah menungu WONJIN couple.
Oh iya, aku juga ada work baru, judulnya Pas(T)ry Recipe. Ceritanya ada hubungannya dengan WONJIN. So, kalian harus baca.juga ya. Terima kasih.
Minggu, 13 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCUMSTANCES
Fiksi Penggemar"Because of the circumstances, i'm willing to give my only valuable treasure to a man who doesn't love me." ~ Han Jiwon. "Because of the circumstances, i'm willing to marry a girl that i don't love." ~ Kim Seokjin. "Beacuse of the circumstances, th...