C I R C U M S T A N C E S (23)

112 18 8
                                    

SUDAH satu jam sejak pernyataan mengejutkan Seokjin di meja makan, akibatnya gadis itu kesulitan memejamkan mata. Tentu saja Jiwon tak lupa akan poin perjanjian mereka. Tetapi Jiwon masih tak bisa membayangkan hal tersebut.

Beberapa bulan terakhir kondisi kesehatan ibunya kian membaik,karena penangan yang bagus. Tentu saja berkat uang yang mengalir dari rekening Seokjin setiap bulannya. Lelaki itu sudah melaksanakan kewajibannya. Sudah seharusnya Jiwon membalas sesuai perjanjian mereka.

Jiwon meremat selimutnya. Ia benar-benar tak bisa menyerahkan harta itu miliknya pada lelaki yang tak mencintainya. Jelas Seokjin masih mendambakan mantan kekasihnya yang kini telah kembali.

Bagaimana ini?

Saat pikirannya sedang ruwet, pintu kamarnya terbuka. Spontan ia bangkit. Seokjin datang membawa segelas susu di tangan kanannya. Lelaki terlihat seksi dengan stelan piyama berbahan sutra, warnanya merah menyala. Jiwon merutuki pikiran kotornya itu.

Lelaki itu duduk di tepian ranjang, Jiwon menarik diri agak menjauh. "Minum dulu susunya. Baru
Kau boleh tidur."

Jiwon terdiam. Sebenarnya ia sedikit terganggu oleh perlakuan manis Seokjin yang mendadak begini. Ia terganggu karena takut perasaannya kian bertumbuh, padahal ia tahu perasaan itu takkan terbalaskan.

"Ibu sudah tak ada di sini. Kau tak perlu melakukan ini."

Seokjin tak menjawab. Ia malah menyodorkan gelas susu itu tepat di bibir Jiwon. Gadis itu khawatir insiden jus alpukat terulang kembali, ia pun buru-buru mengambil alih gelas susunya dan menyesapnya hingga habis.

"Soal tagihanku tadi, aku akan menunggu hingga kau siap."

***

Pagi tadi adalah mimpi buruk bagi Seokjin. Satu fakta yang disembunyikan darinya sejak bertahun-tahun yang laluㅡ oleh orang-orang yang ia cintai. Satu fakta yang mampu membuat dunia Seokjin runtuh dalam sekejap. Lelaki itu tak akan sehancur ini jika tak ada fakta yang jelas. Bahkan diakui sendiri oleh sumbernya.

Pagi tadi, ia berniat membawa Kimbab buatannya ke apartemen Yujin. Ia yakin gadis itu pasti senang. Yujin menyukai semua makanan yang dimasak oleh Seokjin. Hati lelaki itu berbunga-bunga hanya karena akan bertemu gadis itu. Namun angan-angannya remuk dengan mudah ketika ia melihat kakaknya masuk ke apartemen gadis itu.

"Aku dan Yujin memang sudah menjalin hubungan sejak dia menetap di London," ujar Seokjangㅡ kakak Seokjing (namanya aku bedain dari aslinya ya, bukan typo hehe).

Kedua tangan Seokjin mengepal kuat di sisi tubuhnya. Nafasnya memburu dan pasokan udara di sekitarnya seolah menipis secara mendadak. Ia tak menyangka akan dikhianati dengan cara seperti ini.

Benar. Selama Yujin menetap di London, Seokjang memang sedang menempuh pendidikan masternya di Birmingham. Secuilpun Seokjin tak memiliki pikiran itu akan terjadi.

"Kenapa kalian tega melakukan ini?" nada pertanyaan Seokjin terdengar tenang. Padahal, sebenarnya emosi lelaki itu sebentar lagi akan meledak.

"Kami saling mencintai." Seokjang menjawab tanpa ragu, sambil menggenggam tangan gadis di sampingnya yang sejak tadi menunduk. Seperti terdakwa yang sedang berhadapan dengan hakim. Hakimnya adalah Kim Seokjin.

"Baiklah. Kalau begitu aku tak lagi memiliki wewenang apapun. Semoga kalian bahagia."

***

Seokjin tak sadar ia sudah menghabiskan dua gelas kecil Everclear. Lelaki itu meletakkan kepala pada meja di depannya. Pikirannya benar-benar semrawut dan ia butuh pengalihan. Seokjin terkejut ketika botol Everclear-nya disahut saat ia ingin menuangkan minuman itu ke dalam gelasnya yang sudah kosong.

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang