C I R C U M S T A N C E S (25)

108 15 3
                                    

Sudah Jiwon katakan bahwa Seokjin tidak usah ikut, tetapi lelaki itu ngeyel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah Jiwon katakan bahwa Seokjin tidak usah ikut, tetapi lelaki itu ngeyel. Sekarang, alhasil lelaki itu sedang kuwalahan menghadapi para penghuni pasar yang ingin berfoto dengannya. Lagipula, lelaki itu tak memakai masker untuk menutupi jatidirinya. Dasar pintar!

Sekarang ini mereka sedang berada di Pasar Jagalchiㅡ pasar ikan yang sangat terkenal di dunia, terletak di Busan. Ya, mereka masih akan menetap di Busan selama dua hari ke depan. Kebetulan jadwal Seokjin memang sedang kosong. Syuting drama yang dibintanginya sudah selesai dan kalau tak ada halangan, drama itu akan tayang bulan depan.

Tadi pagi saat bangun tidur, Jiwon mendadak ingin memasak Nakji Bokkeum. Jadilah ia ingin pergi ke Jagalchi untuk membeli gurita. Lagipula ia sudah lama tak berkunjung ke pasar itu. Namun, mendadak Seokjin merajuk ingin ikut. Yang membuat Jiwon kesal saat ini bukan itu masalahanya. Tapi,kini gadis itu menjadi tukang potret dadakan.

"Ah ya. Sekarang gantian kalian memotret aku dan istriku," celetuk Seokjin sembari menyodorkan ponselnya pada salah seorang penggemar.

Tanpa aba-aba, Seokjin menarik Jiwon mendekat ke arahnya lalu memeluk bahu gadis itu sambil tersenyum ke arah kamera. Jiwon yang tak siap akan hal itu pun hanya bisa melongo. Gadis itu berpikir bahwa hasilnya akan buruk, tapi reaksi si pemotret sungguh mengejutkan.

"Wah, kalian memang pasangan yang serasi. Benar-benar saling melengkapi," celetuk si pemotret usai melaksanakan tugasnya.

Jiwon mendengus melihat hasil fotonya. Benar dugaanya. Wajahnya sungguh buruk di foto itu. "Saling melengkapi apanya maksud dia tadi. Maksudnya kau yang tampan ini bisa menyamarkan wajah jelekku? Begitu?" gerutu Jiwon sambil berjalan dengan hentakan kaki cukup keras. Seperti anak kecil yang merajuk karena tak dibelikan eskrim.

Seokjin hanya tersenyum menyaksikan kekesalan sang istri. Diam-diam lelaki itu mengunggah foto tersebut ke media sosialnya dan langsung mendapat ratusan ribu like serta ribuan komentar pada 30 detik pertama. Tentu saja ada yang berkomentar baik dan buruk. Beberapa penggemar ada yang tak rela bahwa lelaki itu sudah menikah, dengan asistennya pula.

Sesampainya di rumah, Seokjin mengambil alih barang belanjaan di tangan Jiwonㅡ membuat gadis itu terkejut.

"Biar aku yang memasak Nakji Bokkeum-nya. Kuperhatikan sejak tado mood-mu kurang baik. Nanti  malah tidak enak."

Memang benar adanya, sejak tadi dalam perjalanan gadis itu cemberut dan tak banyak bicara. Jika Seokjin bertanya, ia hanya menjawan seperlunya.

"Tidak usah. Aku bisa memasaknya sendiri."

"Baiklah …" Seokjin meletakkan kembali barang belanjaan itu di meja dapur. "Aku akan menunggu di sini sambil memperhatikanmu memasak. Rasanya aku belum pernah menyaksikan istriku memasak secara live."

Meski debaran jantungnya sedang menggila, Jiwon tetap berusaha tak menunjukkan kegugupannya. Ia tak ingin terlihar kalah di depan lelaki itu.

Mulut bisa saja berdusta, namun bahasa tubuh sama sekali tak bisa berbohong. Jiwon bergerak dengan canggung ketika ia mengeksekusi bahan-bahan untuk membuat Nakji Bokkeum. Itu semua karena Seokjin memperhatikannya. Sialnya lagi, di rumah tak ada siapapun. Kedua orangtuanya sedang pergi ziarah ke makam orangtua Tn. Han dan Jihyun tentu saja sedang kuliah.

Jiwon beberapa kali mengibaskan rambutnya tak nyaman. Gadis itu lupa mengikatnya. Namun beberapa saat kemudian, ia merasakan tarikan pelan di rambutnya. "Eeh … " protes gadis itu. Ternyata Seokjin mengikat rambutnyaㅡ entah lelaki itu mendapat ikat rambut dari mana. "Aku bisa mengikatnya sendiri."

"Kau tak mau rambutmu bau amis karena gurita itu, bukan?"

Seokjin benar juga. Saat ini Jiwon memang sedang memotong daging gurita. "Terima kasih," gumam gadis itu dengan wajah memerah karena Seokjin belum juga menarik diri. Bahkan saat ini Jiwon bisa merasakan deru nafas suaminya itu di area tengkuknya. Membuatnya merinding.

"J Jin, bisakah kau bergeser? Aku ingin mencuci daging guritanya."

Bukannya menjawab, Seokjin malah menyelipkan tangannya di samping tubuh sang istri lalu merebut baskom wadah daging gurita itu dan menggesernya agak jauh. "J Jin, guritanya …" perasaan Jiwon sudah karuan dan jantungnya menyentak-nyentak keras. Ia kesal dengan reaksi tubuhnya sendiri yang selalu saja begini jika berada di dekat Seokjin.

"Jangan pernah pergi tanpa pamit lagi," kata Seokjin sambil membelit perit sang istri dengan kedua tangannya.

"Aku hanya pergi ke rumah orangtuaku."

"Sekalipun ke rumah orangtuamu. Sekarang kau punya suami, Han Jiwon. Suami yang selalu mengkhawatirkanmu." Seokjin mendaratkan kecupan singkat di tengkuk Jiwon. Perlakuan spontan itu tentu saja membuat Jiwon semakin gugup. Bahkan ia merasakan bahwa sendi di lututnya akan luruh.

***

Tanpa keduanya tahu, di balik pintu menuju dapur, orangtua Jiwon sedang mengintip mereka. Beberapa saat lalu mereka telah tiba dan tak sengaja melihat Seokjin yang tengah mengikat rambut istrinya.

"Aigooo … mereka romantis sekali," gumam Ny. Han

"Diamlah! Nanti kita ketahuan. Pasti sebentar lagi ada adegan yang lebih panas," omel Tn. Han karena istrinya sejak tadi tak bisa diam.

***

Dengan sekali sentakan, Seokjin berhasil membuat Jiwon berhadapan dengannya. Jarak mereka cukup dekat, bahkan hidung keduanya saling bersentuhan.

"Aku benar-benar berharap kau segera memenuhi tagihanku. Perjanjian kita tak bisa dihindari lagi," ujar Seokjin sambil membelai pipi sang istri. Lelaki itu berdebar ketika telapak tangannya bersinggungan dengan pipi mulis istrinya. "Tentunya kau tak akan mangkir, bukan?" imbuhnya.

Hati Jiwon seolah diremas begitu kuat. Benar-benar sakit rasanya. Seokjin bisa saja meninggalkan dirinya ketika lelaki itu sudah mendapatkan keturunan darinya untuk penerus keluarga Kim. Tapi mengapa rasanya ia tak rela? Tak rela jika … Seokjin meninggalkannya.

"Aku tak akan mengingkari perjanjian kita. Lagi pula setelah kau mendapatkan apa yang kau inginkan, kita bisa hidup masing-masing dan …"

"Perjanjian apa?" tanya Tn. Han dengan memgejutkan, membuat Jiwon tak melanjutkan ucapannya.

DIRGAHAYU INDONESIA

INI PART SEPESIAL KEMERDEKAAN

Selasa, 17 Agustus 2021

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang