C I R C U M S T A N C E S (12)

144 18 5
                                    

Jika bukan karena Seokjin, Jiwon takkan sudi malam-malam begini rela jauh-jauih pergi ke Seoulismㅡ kafe kesukaan si bos besar. Seharusnya Jiwon sudah pergi ke alam mimpi sekarang. Tapi, tentu saja itu hanya isapan jempol semata. Karena sekarang ia sedang menggerutu di dalam taksi akibat ulah bos yang sekarang merangkap jadi suaminya.

Yang benar saja? Malam-malam begini Seokjin merajuk ingin minum Summer Passion Manggo Frozenㅡ minuman andalan kafe itu.

Jiwon sudah membujuk untuk membuatnya sendiri di rumah, karena kebetulan bahan-bahan tersedia di kulkas dan ia juga bisa membuatnya. Tapi tentu saja Seokjin menolak, karena lelaki itu ingin minum langsung dari kafe itu. Alasannya, karena ia sudah lama tak berkunjung ke kafe itu.

Menggerutu sampai mulutnya berbusa pun takkan mengembalikan keadaan. Ekspektasi untuk tidur dengan nyenyak hanyalah khayalan.

Ayolah! Seharian ini bahkan Seokjin tak membiarkan Jiwon beristirahat. Lelaki itu ada jadwal syuting drama dan tentu saja sebagai asisten, ia jauh lebih sibuk dibanding si aktor. Terlebih hari ini lelaki itu sangat manjaㅡ ia tak mau dilayani oleh siapapun kecuali Jiwon. Para staff bahkan mendapat omelan darinya karena berani mengambil alih tugas Jiwon. Padahal, mereka hanya kasihan terhadap gadis itu karena terlihat kelelahan.

"Apa dia sedang mengerjaiku?" gerutunya sambil meregangkan otot-ototnya. Tubuhnya terasa kaku. Persendiaannya bahkan terasa seolah luruh dari tempatnya.

"Sudah sampai, Nona," beri tahu supir taksi. Bahkan gadis itu tidak sadar taksi yang ditumpanginya sudah berhenti. Akibat sibuk menggerutu.

Setelah mengucapkan terima kasih dan memberikan beberapa lembar uang, gadis itu bergegas masuk. Untung saja kafe itu masih mau melayani pesanan Jiwonㅡ tentu saja karena Seokjin adalah customer kesayangan mereka. Padahal, kafe sudah akan tutup.

Senyum merekah di bibir merah muda Jiwon, ia berhasil mendapatkan apa yang bosnya inginkan. Ia tak sabar ingin segera sampai di rumah dan tidur. Membayangkan kasurnya saja sudah membuat Han Jiwon tertawa riang.

Untungnya menemukan taksi tak sulit, meski nyaris tengah malam Seoul masih sangat ramai.

Senyuman Jiwon semakin lebar ketika ia menginjakkan kaki di depan unit apartemen milik Seokjin, yang kini juga ia tinggali. Gadis itu menekan jajaran angka password, beberapa detik kemudian pintu terbuka dan Jiwon nyaris terjengkang ketika mendapati Seokjin berada di depan pintu dengan tangan bersidekap dan wajah yang menyeramkan.

"Bos, aku mendapatkannya," seru Jiwon mencoba rileks meski sebenarnya jantungnya berdegup sangat kencang saat ini. Ia mengangkat plasti berisi 1 cup Summer Passion Mango Frozen milik Seokjin.

Seokjin menurunkan tangannya. Lelaki itu balik badan dan meninggalkan Jiwon yang masih terdiam. "Aku sudah tidak menginginkannya. Lagipula pasti itu sudah tidak dingin lagi," ujar Seokjin.

Sepontan Jiwon merasa kesal, gadis itu meremas kuat kantung plastik yang ia genggam sejak tadi. Rasanya ia ingin meledak saat ini juga. Lalu apa gunanya ia rela pergi malam-malam pergi ke Seoulismㅡ yang alamatnya cukup jauh dari apartemen Seokjin.

Jika memutilasi tubuh suami sendiri tidak berdosa dan tidak dipenjara, maka Jiwon aku akan melakukannya saat ini juga.

Seokjin bahkan tak menghargai sedikitpun usaha yang Jiwon lakukan untuknya.

"Tapi, Bos, aku susah payah mendapatkannya. Kau tahu? Tadi kafe nyaris tutup aku datang, tapi mereka mengenaliku sebagai… sebagai asistenmu. Setidaknya minum sedikit saya, ya, ya, ya? bujuk Jiwon sambil mengekor lelaki itu dan menarik-narik lengan piyamanya.

"Kau tidak dengar? aku sudah tidak mau. Buang saja dan buatkan aku ramyun instan saja," titahnya. Jiwon semakin kesal dibuatnya.

Ayolah! Kapan Jiwon bisa istirahat jika bayi raksasa itu terus meminta ini dan itu?

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang