C I R C U M S T A N C E S (3)

152 25 2
                                    

Pembuka

Seokjin dan Jiwon telah sampai di aprtemen mewah milik Seokjin sejak 5 menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokjin dan Jiwon telah sampai di aprtemen mewah milik Seokjin sejak 5 menit yang lalu. Keduanya tak ada yang membuka suara dan Jiwon merasa canggung karena sejak tadi Seokjin menatapnya dengan tatapan aneh.

"Cepat! Tunggu apa lagi? Aku sudah tidak bisa menahannya," bentak Seokjin membuat Jiwon berjingkat.

"A-apa maksud anda, Bos?" tanya Jiwon takut sambil merapatkan hoodie milik Seokjin yang membungkus tubuhnya.

"Panaskan Naengmyeon buatanmu tadi. Memangnya apa lagi? Aku sudah tidak bisa menahan rasa laparku."

"Panaskan Naengmyeon? B-bukankah Bos bilang tadi bahwa Bos mengajak saya ke sini untuk …"

"Mendidurimu? Ya, tentu saja setelah aku mengisi perutku. Kau pikir aku tidak butuh tenaga untuk melakukannya? CEPATLAH, HAN JIWON!"

"B-baik, Bos."

Tak ingin Seokjin lebih marah lagi, Jiwon segera berlari ke dapur untuk memanaskan Naengmyeon buatannya tadi.

Setelah kepergian Jiwon, Seokjin mengambil posisi duduk di sofa dan menutup wajahnya dengan bantal sofa, menyembunyikan suara tawanya.

"Dasar Han Jiwon bodoh," rutuk Seokjin sambil tertawa.

Satu fakta Han Jiwon, gadis itu akan berubah menjadi orang bodoh jika sedang panik dan Seokjin menyukai itu. Ia sering kali menjadikan hal itu sebagai lelucon, seperti saat ini.

Lelaki itu terus tertawa ketika wajah panik Han Jiwon teringat di benaknya, rasanya ia ingin mengabadikan wajah gadis itu di ponselnya.

Han Jiwon kembali sambil membawa semangkuk Naengmyeon untuk Seokjin. Sepontan Seokjin mengatupkan bibir tebalnya lalu menegakkan tubuh, bersikap seperti semula.

"I-ini, Bos."

"Letakkan di meja dan duduklah di sebelahku!" perintah Seokjin.

"Tidak, terima kasih, Bos. Aku berdiri saja," tolak Jiwon. Membayangkan duduk di sebelah Seokjin dalam keadaan seperti ini membuat Jiwon merinding.

"Baiklah," sahut Seokjin acuh.

Lelaki itu pun mulai memkan Naenmyeon-nya. Hanya butuh waktu kurang dari lima menit mi kuah daging sapi itu habis dilahab Kim Seokjin. Pria itu doyan makan tapi badannya tetap proporsional. Curang!

"Ah, akhirnya aku kenyang. Baiklah, Han Jiwon. Sekarang saatnya," ujar Seokjin lalu bangkit dari duduknya.

Belum sempat Jiwon berkomentar, lelaki itu sudah menyeret Jiwon dan membawa gadis itu ke kamarnya. Jiwon semakin ketakutan saat Seokjin mengunci pintu dan membuang kuncinya ke sembarang arah.

"Kumohon, Bos. Kumohon jangan lakukan itu padaku. Aku bersedia melakukan apapun untukmu asal jangan lalukan itu padaku."

Jiwon berjongkok dan memeluk kaki Seokjin. Gadis itu benar-benar ketakutan. Seokjin diam-diam tersenyum puas karena telah berhasil mengerjai gadis bodoh ini.

Seokjin ikut berjongkok. Lelaki itu mengangkat dagu Jiwon dengan telunjuk kanannya, agar menatap wajahnya.

"Benar kau bersedia melakukan apapun untukku?" bisik Seokjin. Jiwon hanya mampu menjawab dengan anggukan.

"Bagus. Kalau begitu menikahlah denganku, Han Jiwon?"

Obsidian Jiwon membulat dan bibir mungilnya membentuk huruf O, membuat Seokjin gemas.

***

"Menikah kontrak?" teriak Jiwon setelah membaca kertas yang Seokjin berikan padanya. "Bos, anda sedang tidak gila, kan?" tanya Jiwon panik. Bisa saja Seokjin kehilangan kewarasannya saat ini.

"Berani menghinaku akan kupotong gajimu," sinis Seokjin.

"M-mian. Tapi mengapa anda ingin melakukan ini?" tanya Jiwon penasaran.

Seokjin terdiam. Argh! Rasanya lelaki itu ingin memecahkan kepalanya sendiri. Seminggu yang lalu, Jungkookㅡ member termuda di grupnya menanyakan apakah ia tidak ingin memiliki kekasih dan beberapa jam setelahnya, seolah semesta tengah bersekongkol untuk menyudutkannya, sang ayah mendesaknya untuk segera menikah dan memberi keluarganya keturunan, yang mana akan dijadikan penerus perusahaan keluarganya. Jika tidak, ia akan dicoret dari kartu keluarga.

"Appa, kenapa bukan Joong Hyung saja yang menikah duluan?" bantah Seokjin pada ayahnya.

"Dengar, Jin. Appa sudah membiarkanmu terjun di dunia hiburan. Sedangkan hyung-mu menjadi anak penurut dengan bersedia membatu Appa di  perusahaan. Sekarang giliranmu menuruti permintaan Appa. Atau Appa akan mencoret namamu dari kartu keluarga."

Tidak ada pilihan lain bagi Seokjin selain menuruti perintah ayahnya. Ia tidak ingin sang ayah mencoret namanya. Seokjin terlaku mencintai keluarganya.

***

"Jadi begitu ceritanya," ujar Seokjin pada Jiwon setelah ia menceritakan masalah yang ia hadapi.

"Aku akan memberikan apapun yang kau mau jika kau bersedia menikah denganku."

Jiwon terdiam. Mendapatkan apapun? Jiwon teringat keluarganya di Busan. Ibunya yang sakit keras dan membutuhkan banyak biaya, lalu biaya kuliah adiknya yang tak sedikit dan hutang sang ayah yang jumlah enolnya sulit dihitung, karena saking banyaknya. Sebenarnya Jiwon tergiur dengan penawaran itu. Ia bisa meminta berapapun uang pada Seokjin.

"Benarkah anda akan memberikan apapun yang kumau?" tantang Jiwon.

"Apapun," jawab Seokjin mantab.

"Beri aku lima puluh juta won setiap bulannya."

"Mwo?" teriak Seokjin terkejut. "Kau ingin memerasku?" sentaknya.

Han Jiwon benar-benar gila harta ternyata. Seokjin baru mengetahui fakta ini.

"Ya sudah jika anda tidak mau. Cari wanita lain saja," jawab Jiwon teramat santai. Lalu gadis itu menyandarkan punggungnya di sofa.

"Baiklah. Jika kau bisa cepat memberiku anak, maka berapapun uang yang kau minta akan kuberikan."

"Mwo?" kini giliran Jiwon yang terkejut. "Apa maksud anda, Bos?" panik gadis itu.

"Memangnya apalagi tujuanku menikahimu jika bukan untuk menghamilimu, Han Jiwon?" sentak Seokjin kesal.





Penutup





Gunungkidul, 18 Maret 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gunungkidul, 18 Maret 2020

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang