"Hai..." sapa Seokjin pada istrinya yang sedang mencuci daun bawang. Gadis itu hanya membalas dengan ulasan senyum sekilas, karena ia terlalu fokus pada pekerjaannya.
Ketika bangun tidur tadi Seokjin tak mendapati Jiwon di sampingnya. Jadi, ia berinisiatif mencari istrinya di dapur dan ternyata dugaannya benar. Sepertinya sang istri akan membuat nasi goreng kimchi untuk sarapan pagi ini.
"Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?" tanya Seokjin.
Pertanyaan itu sempat membuat Jiwon menghentikan pekerjaannya sejenak. Mendadak pacu jantungnya meningkat hanya karena pertanyaan sepele itu.
Jiwon mustahil berbohong jika tidurnya semalam tidak nyenyak. Selain karena ia tidur di kamarnya sendiriㅡ kamar yang ia tempati sedari kecil, sepanjang malam ia tidur dalam pelukan Seokjin. Ya Tuhan! Jiwon nyaris gila memikirkan hal yang terjadi semalamㅡ sepagian ini. Bahkan ia sampai 2 kali menjatuhkan panci hanya karena otaknya terus memikirkan Seokjin.
Ini gila!
Perlakuan lelaki itu sangat manis semalam. Sampai-sampai Jiwon merasa kadar gula darahnya meningkat, bahwasannya sepanjang malam ia merasa tubuhnya sangat lemas.
"Kenapa tidak menjawab?" Seokjin kembali bertanya karena sejak tadi lawan bicaranya tak merespon.
Tangan kanan Seokjin terulur untuk mematikan keran, karena Jiwon membiarkan air terus mengucur sementara ia sudah selesai mencuci daun bawang.
"Jika begitu, air di rumah orangtuamu ini akan boros," lanjut lelaki itu. "Jadi, bagaiman tidurmu semalam?" interogasi lelaki itu lagi.
"Seharunya pertanyaan itu untukmu. Tempat ini tergolong baru untukmu dan juga kamarku sangat sempit dan panas," jawab Jiwon.
Seokjin akui, ia sedikit kesulitan tidur di tempat yang sempit dan panas. Dulu memang hal tersebut tak menjadi masalah besar untuknya. Tapi, bertahun-tahun terakhir, selama ia menjadi idola kenamaan dunia, ia terbiasa di tempat yang nyaman dan dilengkapi pendingin ruangan. Namun tadi malam, anggapan tersebut terpatahkan karena entah mengapa tidurnya sangat nyaman dan ia merasa itu adalah tidurnya yang paling berkualitas.
"Tentu saja sangat nyenyak. Kau tidak lihat wajahku tampak berseri dan semakin tampan? Kau harus tahu bahwa ketampananku selalu naik satu tingkat setiap paginya. Kau harus bang..."
"Aku hanya perlu jawaban iya atau tidak. Tapi kenapa kau malah berkutbah?" potong Jiwon lalu tertawa.
Demi kadar ketampanannya yang semakin meningkat setiap paginya, entah mengapa tawa Han Jiwon pagi ini serupa irama merdu yang menghangatkan perasaan Seokjin.
"Aku sudah menyuruh pengacaraku memusnahkannya," celetuk Seokjin tiba-tiba sambil menatap lekat wajah Jiwon yang tengah serius memotong daging asap menjadi dadu.
Seketika Jiwon menghentikan aktifitasnya. Diletakkannya pisau dalam genggamannya begitu saja.
"Memusnahkan apa?"
"Surat perjanjian pernikahan kita," jawab Seokjin enteng.
"Wmo? Untuk apa Bos Seokjin memusnahkannya?" pekik Han Jiwon.
Tak diduga, Seokjin mengangkat kedua tangannya dan menangkup wajah mungil Jiwon.
Jiwon yang tak siap dengan perlakuan itu pun nyaris terjengkangㅡ saking kagetnya. Namun, detik berikutnya Jiwon merasakan pacu jantungnya meningkat drastis. Tangan besar dan hangat milik Seokjin-lah penyebabnya.
"Bukankah sudah kubilang pada ibumu bahwa aku akan terus menjagamu dan menyayangimu?"
Demi pacu jantungnya yang menggila, Jiwon merasa ada yang aneh dengan diri bosnya pagi ini. Kemana perginya Seokjin yang menyebalkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCUMSTANCES
Fanfiction"Because of the circumstances, i'm willing to give my only valuable treasure to a man who doesn't love me." ~ Han Jiwon. "Because of the circumstances, i'm willing to marry a girl that i don't love." ~ Kim Seokjin. "Beacuse of the circumstances, th...