C I R C U M S T A N C E S (18)

124 16 5
                                    

PRANK!

Tak disangka, Seokjin melempar nampan berisi secangkir teh hitam yang sengaja dibuat Jiwon untuknya. Istrinya tahu ia lelah karena baru saja kembali dari Gwangju 15 menit yang lalu. Sebagai istri, ia berusaha melakukan tugasnya dengan baik. Tapi, apa yang diperbuat Seokjin?

"Yak! Apa yang kau lakukan, Jin?" sentak Jiwon lalu memunguti pecahan cangkir di lantai dengan tangan kosong.

Jari telunjuknya tak sengaja tertusuk serpihan cangkir itu hingga mengeluarkan darah. Namun, tidak seperti drama romantis yang mana Seokjin akan menolongnya. Lelaki itu justru bangkit dari duduknya dan menginjak salah satu pecahan cangkir yang akan diambil Jiwon.

Merasa kesal dengan tingkah aneh Seokjin, Jiwon menjatuhkan pecahan cangkir yang sudah berhasil ia kumpulkan hingga kembali berserakan. Lantas ia mendongak guna menatap wajah suaminya dengan jelas.

"Kau ini kenapa, sih? Kepalamu terantuk benda keras atau bagaimana?" tanya Jiwon berapi-api.

"Mulai dari sekarang, kau takkan kubiarkan keluar tanpa seizinku," jawab Seokjin lalu meninggalkan istrinya. Ia berjalan cepat menuju kamar.

"Kim Seokjin, tunggu! Kenapa begitu? Seokjin…" teriak Jiwon sambil berlari mengejar suaminya, tapi sang suami tetap saja acuhㅡ hingga lelaki itu berhasil masuk ke dalam kamarnya. Untung saja Jiwon berhasil masuk juga.

"Jin, apa maksudmu? Kau ingin membuatku mati bosan?" keluh Jiwon.

"Itu lebih baik dibanding kau mempermalukan aku, bodoh!" sentak Seokjin sambil mendorong kening Jiwon dengan kasar.

"Mempermalukan apanya?"

Tak menjawab, Seokjin lantas merogoh gawai di sakunya, ia mengutak-atik sebentar lalu menyodorkan layarnya tepat di depan wajah Jiwon.

Baru membaca judulnya saja sudah membuat kepala Jiwon rasanya nyaris meledak. Bagaimana mungkin berita murahan itu bisa tersebar dengan gemilang di situs Novar dan media online lainnya.

"J-Jin, aku bisa jelaskan!"

"Sudah berapa kali kubilang, hmm? Jangan minum, jangan minum dan jangan minum! Apa kau tuli, Han Jiwon? Otakmu bebal atau bagimana? Aish! Kau benar-benar menaruh kotoran babi tepat di wajahku, Han Jiwon," marah Seokjin dengan wajah yang benar-benar merah.

Jiwon tak bisa membantah. Ia menunduk. Ini memang salahnya. Seharusnya ia lebih hati-hati, karena yang dunia tahu ia sekarang adalah istri seorang idola dunia. Bukan Han Jiwon si gadis biasa dari Busan yang mengadu nasib di Seoul.

"Apa pantas wanita bersuami keluyuran tengah malam lalu minum-minum dengan para lelak?" sentak Seokjin.

Jiwon mendongak. Didapatinya wajah garang sang suami tengah menatapnya buas. Seolah ingin meremukkan tulang-tulangnya saat itu juga.

"Maafkan aku, Jin. Aku memang salah," sahut Jiwon dengan geraman tertahan.

Gadis itu teringat dengan pesan yang masuk ke ponsel pintarnya beberapa waktu lalu. Seandainya hal tersebut tercium media? Apakah Seokjin akan memaki dirinya seperti ini? Bahkan yang dilakukan lelaki itu jauh lebih fatal hanya untuk mempermalukan dirinya sendiri. Atau bahkan ia dapat menghancurkan karirnya sendiri. Namun Jiwon sadar, ia tak memiliki hak apapun atas lelaki itu. Meski status mereka suami-istri. Lelaki itu tak mencintainya.

"Ya. Kau memang salah. Bagus jika kau mengakuinya dan jangan harap aku akan membiarkanmu bebas berkeliaran lalu melalukan hal yang jauh lebih fatal dibanding ini." Lelaki itu meninggikan suaranya hingga membuat Jiwon berjingkat.

"Apa yang lebih fatal dibanding seorang suami berciuman dengan wanita lain?" batin Jiwon.

CIRCUMSTANCESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang