"B-bos, anda m-mau apa?" cicit Jiwon ketika Seokjin membuka jas yang dipakainya secara perlahan. Spontan Jiwon memundurkan tubuhnya hingga menabrak pintu mobil di sampingnya.
Bukannya menjawab, Seokjin malah tersenyum misterius. Lelaki itu akhirnya berhasil meloloskan jas yang sejak tadi membungkus tubuhnya dan menghalangi pergerakannya. Sementara itu Jiwon terus merapalkan doa agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Ya Tuhan, apakah Seokjin akan melakukan itu padanya di dalam mobil?
"B-bos, tolong j-jangan aneh-aneh," gumam Jiwon sambil memeluk tubuhnya sendiri, seolah tengah melindungi diri.
"Dasar bodoh!" gertak Seokjin sambil melempar jasnya tepat di wajah Jiwon. "Pakai jas itu, kau pasti kedingingan memakai gaun yang terbuka seperti itu," ujar Seokjin lalu mulai menyalakan mesin mobil.
Dalam hati Jiwon mengumpati dirinya sendiri karena telah berpikiran buruk. Aish! Jiwon sangat malu. Pasti Seokjin berpikiran macam-macam tentangnya.
"Kau ingat, Jiwon. Jangan pernah membantahku. Meski kau istriku sekarang, aku tetap atasanmu."
Tentu saja Jiwon ingat. Jiwon juga sadar, di sini ia hanya berperan menjadi pabrik anak. Sangat menyedihkan memang kedengarannya. Tapi mau bagaimana lagi? Bukankah ini simbiosis mutualisme?
Saat ini Jiwon tak tahu harus bahagia atau tidak. Seokjin mengakui status mereka di hadapan publik itu sesuatu yang menakjubkan. Siapa yang tidak ingin menjadi istri seorang Kim Seokjin? Tapi, apakah semua orang akan menerimanya dengan baik? Terlebih para penggemar lelaki itu? Mengingat Jiwon adalah seorang gadis biasa.
Jiwon ingat dengan kisah percintaan Jimin dengan seorang penggemar yang beruntung. Jimin mengencani penggemarnya sendiri yang ia temui saat fanmeeting. Jimin jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi kisah cinta keduanya tidak seindah yang dibayangkan, si gadis beruntung itu nyatanya tidak seberuntung yang dibayangkan. Gadis itu dihujat dan hubungan mereka tidak direstui banyak penggemar. Bahkan kesehatan gadis itu sempat menurun akibat memikirkan hal tersebut. Sampai akhirnya gadis itu meminta untuk mengakhiri hubungan saja, namun Jimin tak bersedia. Hingga akhirnya mereka harus berpura-pura putus di hadapan publik dan berpacaran diam-diam.
"Tidurlah! Kau terlihat sangat kelelahan," ujar Seokjin sambil mengusap pelan puncak kepala Jiwon. Hal itu sontak saja membuat hati Jiwon menghangat. "Jika sudah sampai aku akan membangunkanmu," lanjut lelaki itu.
Bolehkah Jiwon merasa percaya diri sekarang? Sikap Soekjin padanya kembali seperti semula. Ramah dan lembut. Hal yang membuat Jiwon betah bekerja pada lelaki itu selama 3 tahun terakhir adalah karena lelaki itu sangat baik.
Daripada ia pusing memikirkan sikap aneh bosnya, Jiwon memilih untuk mencari posisi ternyaman dan mulai memejamkan mata. Sebelumnya ia menyelimuti bagian depan tubuhnya dengan jas milik Seokjin.
***
Jiwon terbangun di sebuah kamar yang tak terlalu luas dengan warna putih menjadi warna dominan. Gadis itu menyingkap selimut berwarna putih yang membungkus tubuhnya. Jiwon merasa lega saat menyadari penampilannya masih lengkap seperti semalam. Ia juga tak merasakan sesuatu yang janggal pada tubuhnya. Semacam bercak keunguan seperti di film-film dewasa yang pernah ditontonya bersama Minaㅡ teman kuliahnya, atau lebih mengerikannya lagi, rasa nyeri di pusat tubuhnya. Tidak! Tidak! Membayangkannya saja Jiwon sudah ingin muntah.
Untung saja, Seokjin tak melakukan apapun padanya.
Jiwon mulai bangkit dari tempat tidur, kaki kecilnya membawanya keluar dari kamar itu. Tunggu! Ada sesuatu yang baru disadari oleh Han Jiwon. Tempatnya berada kini bukanlah apartemen milik Seokjin. Jiwon hafal betul seperti apa rupa apartemen mewah itu, bahkan setiap sudutnya.
Saat ia sudah berada di luar kamar, matanya menangkap ada sebuah anak tangga. Gadis itu pun berjalan cepat dan menuruninya.
"Ini bukan apartemen Bos Seokjin. Dimana ini? Apa jangan-jangan Bos Seokjin menyekapku di tempat asing? Oh Astaga!" gumam Jiwon ketika ia sudah menginjak anak tangga terakhir.
Plug!
"Aigoooo! Kepalaku…" pekik Jiwon sambil mengusap kepalanya.
Seokjin melemparkan potongan apel yang baru dikupasnyan tepat di kepala Jiwon.
"Apa untungnya menyekapmu!" celetuk Seokjin kemudian memasukkan potongan apel ke dalam mulut pedasnya.
Lelaki itu sedang duduk santai di sofa. Penampilannya yang sudah rapi dan wangi menandakan jika Han Jiwon dalam masalah besar sekarang.
"B-bos…"
"Dasar pemalas. Kau membuatku menyiapkan air hangat untuk mandi, menyiapkan bajuku sendiri dan membuat sarapan juga sendiri. Jika saja lima menit lagi kau belum bangun, sudah kusiram kau dengan air kolam," omel Seokjin.
"Aku dan BTS ada jadwal mengisi acara di stasiun televisi pagi ini!" sentak Seokjin membuat Jiwon mengerjapkan matanya ketakutan.
Lelaki itu beranjak dari duduknya, mendekat ke arah Han Jiwon.
"Kuberi waktu 5 menit. Jika kau telat sedetik saja, uang pertamamu akan kupotong 50%."
***
Jiwon susah payah menyeret koper besar dan ransel yang jauh lebih besar dan berat dibanding tubuhnya. Bahkan gadis itu nyaris terjatuh saat akan menaiki anak tangga, karena menginjak tali sepatunya sendiri yang terlepas. Saat akan berjongkok guna membetulkan tali sepatunya, tiba-tiba tangan seseorang lebih sigap mengikat tali sepatu itu hingga kencang dan rapi.
"Lain kali ikat tali sepatu yang benar."
"Terima kasih, Joon," gumam Jiwon.
Namjoon tersenyum mebalas ucapan terima kasih dari Han Jiwon.
Tuhan! Rasanya jantung Jiwon ingin melompat saat melihat lesung pipit seorang Kim Namjoon. Manis sekali.
"Kenapa barang bawaan Jin-hyung banyak sekali. Dia akan pindah rumah? " tanya Namjoon terkejut saat menyadari betapa kuwalahannya Jiwon membawa barang bawaan bosnya.
"Entahlah. Dia mengepak sendiri semua barangnya. Setelah acara ini, dia akan ada shooting drama di Pulau Jeju," jawab Jiwon.
"Begitu ya? Pantas saja barang bawaannya banyak sekali. Perlu kubantu?" tawar Namjoon. Sebagai kelaki, Namjoon tak tega membiarkan gadis seperti Han Jiwon membawa barang sebanyak dan seberat itu.
"Apa tidak merepotkanmu?" meski merasa senang karena ada yang berbaik hati membantunya, apalagi orangnya adalah Kim Namjoon, tetap saja Jiwon merasa sungkan.
"Tidak perlu sungkan. Jin-hyung tidak akan akan membunuhku hanya karena aku membantu istrinya."
Namjoon mengambil alih koper besar dari tangan Jiwon lalu mengangkat koper itu di atas bahunya. Dengan santai, seolah memanggul karung berisi kapas, Kim Namjoon menaiki tangga lalu tubuhnya bersama koper itu menghilang dibalik pintu bertuliskan BTS Room.
Seolah baru saja diguyur dengan jutaan kelopak mawar, Han Jiwon merasa bahwa ini adalah pagi yang sangat menggembirakan. Kim Namjoon manis sekali, batin Jiwon sambil tersenyum dan memejamkan mata. Tangannya tak tinggal diam, ia gunakan untuk meninju-ninju udara.
Mengagumi Kim Namjoon adalah rahasia terbesar Han Jiwon. Betapa sempurnanya seorang Kim Namjoon. Dia tampan, memiliki lesung pipit yang membuat gadis manapun terjebak di sana, hatinya seputih kapas dan jangan lupakan otaknya yang jenius. Jiwon bahkan diam-diam menyimpan banyak foto Namjoon di ponselnya. Di kamar apartemennya yang juga ia tempeli banyak sekali foto lelaki itu. Parahnyan, Jiwon membeli boneka Koya dari BT21 dan menempeli foto Namjoon di sana, lalu saat ia tidur, ia meneluk boneka itu dan membayangkan jika ia sedang memeluk Kim Namjoon.
"HAN JIWOOOOOOOOON!"
Tamatlah riwayatmu, Han Jiwon.
Gunungkidul, 05 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCUMSTANCES
Fanfic"Because of the circumstances, i'm willing to give my only valuable treasure to a man who doesn't love me." ~ Han Jiwon. "Because of the circumstances, i'm willing to marry a girl that i don't love." ~ Kim Seokjin. "Beacuse of the circumstances, th...