"Mas Dion, gue pinjem mobil bentar ya, mau ke rumah Raka."
Dion yang sedang duduk di ruang TV seketika menoleh saat melihat Bian berjalan menuruni tangga sambil memegang kunci mobilnya.
"Kenapa gak pake mobil sendiri sih?"
"Gak ada bensin, Mas. Gue males kalo harus muter ke pombensin dulu, bentar doang."
"Pakai motor aja lah, nanti gue juga mau pergi."
"Bentar doang, Mas. Rumah Raka juga deket kok. Bentar, ya? Oke bye, makasih ganteng."
Bian melambaikan tangannya dan dengan cepat berlari keluar rumah, sebelum kakaknya itu mengomel lebih panjang lagi. Dion memutar bola matanya malas, percuma juga berdebat dengan Bian, ujung-ujungnya juga dia yang kalah. Dion kembali melanjutkan aktivitasnya, mengerjakan tugas kuliah yang tiada habisnya. Semoga saja saat ia pergi nanti Bian sudah kembali.
Bian memarkirkan mobilnya di halaman rumah Raka-teman sekelasnya, lebih tepatnya teman hidupnya, karena hampir seumur hidupnya ia berteman dengan Raka alias ia sudah berteman dengan Raka semenjak mereka masih bayi. Saking dekatnya, mereka sering sekali dibilang homo karena kemana-mana selalu berdua.
"Gue kalo homo juga pilih-pilih kali, ogah gila gue sama lo,"
Itu adalah jawaban yang Raka lontarkan jika ada yang mengatakan mereka adalah homo.
Setelah mengucap salam, Bian langsung melangkahkan kakinya menuju lantai kamar Raka yang ada dilantai atas.
"Heh!"
"Gak ada adab ya lo kaya gitu, hah? Masuk rumah orang main hah heh aja, lo!"
Raka yang sedang asik bermain dengan PS-nya terkejut dengan kedatangan Bian yang tiba-tiba.
"Gue udah ngucap salam tadi di bawah, tapi gak ada yang nyaut. Lagian lo sendiri yang bilang kalau gue langsung aja naik kesini bego,"
Bian mendudukan dirinya disamping Raka dan langsung bersiap untuk ikut bermain game.
"Ya iya sih, tapi gak ngagetin juga, kampret!"
Raka masih saja mengomel, padahal ia sendiri yang bilang.
"Hello everybody, orang ganteng datang."
Untuk kedua kalinya Raka dibuat terkejut oleh kedatangan upin-ipin yang masuk ke kamarnya. Dua anak kembar beda Bapak dan Ibu itu datang dan dengan tanpa dosanya langsung saja berbaring di kasur milik Raka.
"Anjir, emang ya punya temen gak ada adab sama sekali."
Jemmy dan Jovian cuma nyengir dengan santainya. Mereka bukan kembar, hanya sepupuan aja, seperti Raka dan Bian, mereka kemana-mana selalu berdua makanya banyak yang bilang mereka seperti upin-ipin. Masih mending sih, daripada dibilang pasangan homo.
"Gantian dong, gue juga mau main. Jangan bisanya cuma pamer aja lo pada," celetuk Jemmy yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka berdua main.
"Bentar, tanggung nih. Gue mau bunuh Raka nih dikit lagi,"
Bian terlihat serius menggoyangkan stick PS-nya ke ke kanan dan kiri.
"Anjir lo. Gue yang bakan bunuh lo-arghh Bian anjing, mati, 'kan gue!"
Kesabaran Raka itu tipis, kalah game aja bisa bikin dia emosi setengah mati. Mereka bertiga hanya tertawa melihat wajah emosi Raka.
"Bi, hp lo bunyi tuh, angkat kek, brisik." Jovian itu anaknya agak pendiam, tapi sekalinya ngomong agak pedes juga.
"Bian! Bi bi bi lo kira gue abi lo," Jovian hanya tertawa dan kembali melanjutkan aktivitasnya, bermain game melawan Jemmy.
"Kenapa, Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Brother | Haechan Doyoung✓
Teen Fiction°Brothership, Friendship & Family° Ketika dua orang anak remaja yang dipaksa dewasa oleh keadaan. Berjuang bersama melawan kerasnya dunia. Ada si sulung yang akan melakukan apapun untuk si bungsu, bahkan jika perlu, nyawa pun akan ia serahkan demi s...