Bian meletakan tasnya asal-asalan di atas sofa, mereka baru saja sampai di villa, ia menyusul ketiga temannya yang sudah berlari terlebih dahulu ke halaman belakang.
"Asik nih ada kolam, bisa berenang deh gue." celetuk Jovian yang sudah berdiri di pinggiran kolam berenang.
"Heh, boleh juga nih kita barbequan di sini, atau minimal bakar jagung lah."
Kini giliran Raka yang terlihat sedang berkeliling di halaman rumput yang lumayan luas. Sedangkan Jemmy sudah mulai sibuk dengan kamera digitalnya, ia mulai memotret berbagai pemandangan yang tampak indah dan sejuk disini. Bian memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang terasa menenangkan.
"Adem banget, Jakarta mana bisa kaya gini." gumam Bian pelan.
"Lebay banget Bian, kaya gak pernah ke desa aja lo!" celetuk Jovian.
"Emang gak pernah." balas Bian tak kalah ketus.
Jemmy terkekeh melihat mereka yang masih saja ribut, "tuh, di sana juga ada sungai. Kalau mau nyemplung aja kesana."
Mereka menoleh ke arah sungai yang di tunjuk oleh Jemmy, "gak lah gila, nanti gue keseret arus!"
"Itu dangkal dodol, lo lihat aja isinya cuma batu-batu gede."
"Kalau gak ya ke sawah aja, tuh!"
"Mau ngapain ke sawah? Nanem padi?!" tanya Jovian polos.
"Ya kali aja lo pengin main lumpur." celetuk Nana.
"Gak jelas lo pada, gue mau mandi dulu lah. Gerah banget gara-gara dipeluk lo berdua." celetuk Bian.
Jemmy dan Raka yang merasa tersindir itu hanya pura-pura tidak mendengar apa yang Bian katakan.
Jemmy melirik Raka sebentar, "itu anak baik-baik aja, 'kan?"
"Baik kayanya, girang kaya gitu keliatannya."
Mereka bertiga kembali masuk ke dalam villa, merebahkan tubuh masing-masing di atas sofa yang ada di ruang tengah.
"Eh kamar kita mana, Jem?"
"Ada banyak kamar sih, tapi ada satu kamar yang gede banget, emang sengaja buat keluarga gitu, disitu ada dua kasur juga. Terserah lo pada mau kita jadi sekamar atau beda-beda?"
"Enakan jadi satu aja gak sih? Jadi kita tidurnya dua-dua." usul Jemmy.
"Ya udah, lo tidur sama gue," celetuk Jovian.
"Bilang saja lo kangen sama gue."
"Pede banget lo, ya kita kasih kesempatan lah buat pasangan kita, Raka sama Bian." ceplos Jovian yang langsung disusul tawanya sendiri.
"Jovian asu lo!"
Berbeda dengan ketiga temannya yang masih asik tertawa, Bian menatap pantulan wajahnya di depan cermin yang ada di dalam kamar mandi tersebut. Ia menghela napas pelan ketika menyadari wajahnya pucat pasi.
Bian memejit pelipisnya pelan, "ayo semangat Bian, lo baru aja sampai sini. Gak usah bikin mereka repot!"
Bian mensugesti dirinya sendiri, berharap rasa pusing yang sedari tadi ia rasakan itu hilang begitu saja. Ia kembali membasuh wajahnya dan berjalan keluar, penasaran juga dengan apa yang terjadi di depan sana, ia mendengar sepertinya ketiga temannya itu tertawa puas sekali.
"Lo mandi di Hawai apa gimana sih, lama amat!"
Bian diam, tak menanggapi ledekan Raka. Ia hanya ingin segera mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah itu di atas kasur. Raka yang heran dengan Bian itu mengikuti setiap gerak-gerik Bian, tidak ada yang aneh, hanya saja anak itu terlihat sedikit lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Brother | Haechan Doyoung✓
Genç Kurgu°Brothership, Friendship & Family° Ketika dua orang anak remaja yang dipaksa dewasa oleh keadaan. Berjuang bersama melawan kerasnya dunia. Ada si sulung yang akan melakukan apapun untuk si bungsu, bahkan jika perlu, nyawa pun akan ia serahkan demi s...