"Mas, mau pulang.."
Dion memutar bola matanya jengah, entah sudah berapa kali anak itu merengek minta pulang, padahal kondisinya belum membaik. Bahkan Bian baru saja memuntahkan semua isi perutnya yang baru terisi sejak pagi tadi.
Tadi malam kondisinya kembali drop setelah insiden mimisannya di taman rumah sakit kemarin sore, Bian tumbang saat Dion datang bersama dengan seorang perawat yang membantu membawa kursi roda, bahkan Bian kembali memakai masker oksigen ketika ia mengeluh sesak saat bernapas.
"Bian, kondisi lo belum pulih, kalau pulang nanti yang ada makin—
"Pulang gak pulang juga sama aja, Mas. Gue gak bakal sembuh, gue udah seminggu di sini, nyatanya sama aja, 'kan? Sakit gue gak ilang juga, Mas."
Ucapan Dion terpotong dengan cepat oleh Bian, anak itu kembali meyakinkan sang kakak agar mau membawa ia pulang.
"Gue bosen di sini, Mas. Capek tiduran terus, biarin gue lakuin hal yang belum gue lakuin sebelum—
"Emang lo mau apa, hah? Dengan kondisi lo yang kaya gini lo mau apa?!" Kini gantian Dion yang mencela ucapan Bian, karena ia tahu kemana arah pembicaraan Bian barusan.
Bian menatap Dion yang juga tengah menatapnya, ia tahu sang kakak pasti marah, terlihat dari nada bicaranya yang sedikit meninggi.
"Lo tinggal nurut aja apa susahnya, Bian. Kondisi lo belum stabil, nanti kalau lo pulang dan lakuin semua yang lo pengin, yang ada nanti lo drop lagi, ujung-ujungnya juga lo bakal berakhir di rumah sakit lagi, 'kan?!"
Dion sedikit emosi— bukan, ia hanya khawatir berlebihan terhadap Bian sehingga ia tidak menyadari mungkin ucapannya sedikit keras terhadap Bian.
Anak itu menatap Dion dengan mata sayunya yang terlihat memanas, air matanya sudah terkumpul, bahkan bisa jatuh hanya dengan satu kedipan mata.
"Gue cuma gak mau ngerepotin lo, Mas. Gue kasihan lihat lo bolak-balik buat jagain gue, lo gak lihat apa keadaan lo sendiri kaya gimana? Gue tahu lo capek, Mas!"
"Berapa hari ini tidur lo gak bener, makan lo juga gak teratur. Gue gak mau lo ikutan sakit gara-gara gue, Mas."
Dion menghela napas, ia sadar bahwa ucapannya tadi salah, ia terlalu terbawa emosi. Ia mendekat ke arah Bian, berusaha menenangkan adiknya yang sudah terisak, "Bian.."
Tangannya yang terulur itu ditepis kasar oleh Bian, ia sedikit terkejut dan menatap Bian dengan heran.
"Gue cuma takut, Mas. Gue takut waktu gue gak banyak lagi.." lirih Bian di sela isakannya.
"Gue cuma mau ngabisin sisa waktu gue sama lo, gue takut.."
"Bian, hey tenang ya tenang.."
"Gue gak mau berakhir di rumah sakit kaya Mama sama Papa, Mas, gue takut.."
"Gue mau pulang.."
Dion langsung memeluk sang adik dengan erat, mengusap punggung Bian yang bergetar akibat menangis. Kini ia paham kenapa Bian ingin sekali pulang, anak itu sedang dilanda ketakutan, ia baru saja ingat bahwa Bian sempat trauma dengan rumah sakit akibat kedua orangtuanya yang berakhir di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Brother | Haechan Doyoung✓
Roman pour Adolescents°Brothership, Friendship & Family° Ketika dua orang anak remaja yang dipaksa dewasa oleh keadaan. Berjuang bersama melawan kerasnya dunia. Ada si sulung yang akan melakukan apapun untuk si bungsu, bahkan jika perlu, nyawa pun akan ia serahkan demi s...