25. Rahasia Dion

2.1K 285 9
                                    

Seperti yang Bian harapkan, hari ini ia boleh pulang dari rumah sakit. Menurut dokter, keadaannya sudah membaik. Ia pulang dengan catatan panjang dari dokter Yudha dan juga membawa oleh-oleh berupa tambahan beberapa obat dan juga vitamin.

Saat ini kedua kakak beradik itu sedang bersiap untuk pulang, Dion tengah membereskan beberapa barang-barangnya yang ia bawa selama menginap disini. Sedangkan, Bian terlihat sudah siap untuk pulang.

"Akhirnya, gue pulang juga dari tempat laknat ini," koar Bian semangat.

"Makanya, kalau dibilangin nurut. Biar gak balik ke sini lagi,"

"Kalau gak balik sih kayanya gak mungkin, Mas. Orang sekarang aja seminggu sekali di suruh kesini."

Bian memang sudah dijadwalkan untuk melakukan check up rutin, untuk memastikan keadaannya.

"Mas, kita jadi ke makam, 'kan?" tanya Bian.

"Ya udah, ayo."

Dion beranjak dan melenggang keluar dari ruang rawat Bian. Mereka hendak mengunjungi makam kedua orang tua mereka terlebih dahulu.

Sebelum ke makam, mereka berdua mampir ke toko bunga terdekat untuk membeli dua ikat bunga.

Sesampainya di sana, Bian dan juga Dion langsung bersimpuh dihadapan makam kedua orang tuanya. Tak lupa mereka juga berdo'a untuk mereka disana.

"Ma, Pa, maafin Bian ya, udah lama banget Bian baru ke sini."

"Gimana kabar kalian di sana, seneng, 'kan udah ketemu?"

"Nanti kapan-kapan Bian nyusul, ya. Kita ngumpul di sana bareng-bareng."

Dion melirik tajam kearah Bian akibat perkataannya.

"Iya, sama Mas Dion juga nyusulnya," lanjut Bian ketika sadar arti dari tatapan mata Dion.

"Sekali-kali datang ke mimpi Bian juga boleh, Bian kangen kalian."

"Ma, Mas Dion udah mau jadi Dokter, loh."

Dion hanya diam, biarkan saja adiknya itu mengoceh apapun, karena ia tahu Bian pasti sedang merindukan kedua orang tuanya.

"Mama pasti udah tau, 'kan kalau Bian sakit, sama kaya Mama. Bian sekarang tau apa yang Mama rasain waktu itu, sakit banget ya, Ma. Tapi, Bian kuat kok, 'kan ada Mas Dion."

"Pa, Mas Dion nepatin janjinya sama Papa, kok. Mas jagain aku banget sekarang, walaupun masih sika galak."

Dion mendengus sebal.

Setelah banyak mencurahkan isi hati mereka masing-masing kepada kedua orangtuanya, mereka berdua pamit untuk segera pulang kerumah karena hari sudah mulai sore.

"Mampir beli makan buat makan malem bentar ya."

Bian hanya mengangguk, Dion melajukan mobilnya membelah jalanan Ibukota yang tampak ramai sore itu.

Sesampainya di apartement, Bian langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, ia merindukan kamarnya.

"Bian, tolong siapin makanannya. Gue mau mandi dulu," teriak Dion dari luar.

Bian kembali bangkit dan berjalan menuju ruang makan, menyiapkan makan malam yang sudah mereka beli tadi. Setelah mandi, Dion berjalan menuju ruang tengah dimana ada Bian sedang menonton televisi sembari menunggu sang kakak.

Bian memperhatikan Dion dari atas sampai bawah.

"Lo mau kemana lagi, rapi amat?" tanya Bian.

"Gue ada urusan bentar, lo gak apa-apa, 'kan gue tinggal sendiri?"

Lil Brother | Haechan Doyoung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang