18. Seneng aja dulu

2.5K 312 10
                                    

Bian merebahkan tubuh lelahnya di atas sofa ruang tengah, entah kenapa kakinya tiba-tiba terasa kebas. Ia melihat kakinya yang terlihat sedikit bengkak. Padahal ia tidak melakukan aktivitas apa-apa. Sebenarnya Bian tahu, salah satu efek dari penyakitnya adalah kakinya membengkak, walaupun tidak besar, tapi tetap saja menimbulkan rasa tidak nyaman. Apalagi hari ini terhitung sudah beberapa kali sakitnya itu kambuh.

Ia lega telah memberitahu yang sebenarnya kepada teman-temannya, tapi ia juga khawatir jika mereka akan bersikap berlebihan seperti tadi. Pandangannya beralih ke arah kamar sang Kakak yang masih tertutup, itu berarti Dion belum kembali dari kampusnya. Karena merasa lelah, akhirnya Bian tertidur disofa tersebut.

•••

Dion melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sebenarnya ia tidak tenang semenjak di kelas tadi. Pasalnya Raka sempat menghubunginya dan memberitahu bahwa Bian sempat kambuh di sekolah. Namun, ia merasa lega ketika anak itu ternyata sudah mengantar Bian sampai di apartemen. Ia juga lega karena tahu bahwa Bian sudah memberitahu kepada teman-temannya mengenai kondisi Bian yang sebenarnya.

Sesampainya di parkiran, Dion langsung bergegas menuju lobby dan masuk kedalam lift menuju unitnya yang berada di lantai tujuh itu. Hening, itulah keadaan apartemennya ketika ia membuka pintu. Dion berjalan masuk, pandangannya tertuju kearah sofa, di sana ada Bian yang sedang tertidur. Dion menghela napas pelan dan menghampiri adiknya yang tampak pulas itu.

"Bian, bangun!" Dion menggoyangkan bahu Bian pelan, agar adiknya itu tidak terkejut.

Bian mengerjapkan matanya pelan dan langsung terduduk begitu melihat Dion.

"Mas, udah pulang?" lirih Bian sembari menucek kedua matanya.

Dion mengangguk, "kenapa tidur di sini, kenapa gak masuk kamar aja, sih?"

"Ketiduran, tadi lumayan capek di sekolah." jawab Bian yang kembali merebahkan tubuhnya.

"Capek atau sakit?"

Bian memandang raut wajah sang Kakak yang terlihat serius. Ah iya, ia baru ingat bahwa teman-temannya sudah mengetahui tentang penyakitnya. Pasti salah satu dari mereka sudah mengadu kepada Dion.

"Sakit dikit doang,"

"Udah minum obatnya?"

"Udah kok, tadi sebelum ketiduran." jawab Bian.

"Mas, kok kaki gue agak bengkak, ya?" lanjutnya.

Dion langsung memeriksa kedua kaki Bian, ternyata memang benar, kakinya sedikit bengkak. Ia tahu, ini pasti karena penyakitnya.

"Sakit, gak?" tanya Dion.

"Gak sih, cuma tadi agak kebas aja. Makanya gue tiduran di sini."

"Besok kita periksa ke dokter, ya? Sekarang gue kompres aja, mau gak?"

"Mas, gue gak apa-apa kali. Gak usah ke dokter,"

"Ya, 'kan takutnya ada yang salah gitu, apa salahnya ngecek aja."

"Sana masuk kamar, Mas ambilin kompresan dulu," lanjutnya berjalan menuju dapur.

Bian mendengus, padahal Dion pasti lelah baru pulang dari kampus, tapi ia langsung mengurus dirinya.

Dion dengan telaten mengompres kaki Bian yang memang terlihat sedikit bengkak. Ia tahu, semua ini pasti karena ulah penyakitnya, sakit liver menyebabkan terjadinya penumpukan cairan yang bisa membuat kaki penderita menjadi bengkak.

"Mas, udah. Gue gak apa-apa, ini emang bengkak tapi gak sakit. Lo istirahat aja sana, lagian lo baru juga pulang."

"Gue di kampus cuma duduk, gak bakal capek." jawab Dion singkat.

Lil Brother | Haechan Doyoung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang