Bian memarkirkan motornya asal, ia langsung turun dan berlari masuk ke dalam rumah. Belum juga ia membuka pintu, kakaknya itu sudah lebih dulu keluar dengan muka paniknya.
"Ayo, ikut gue!"
Dion menarik tangan Bian masuk ke dalam mobil. Bian yang masih dibuat bingung hanya bisa pasrah tangannya ditarik oleh Dion.
"Kita mau kemana sih, Mas?" Bian menghela napas kesal ketika pertanyaannya tidak di respon sama sekali oleh Dion, sampai mobil itu perlahan-lahan melaju.
"Lo kenapa sih, jangan bikin gue takut dong. Gue udah panik dari tadi, gue kira lo kenapa-kenapa di rumah."
Lama-lama Bian emosi juga kepada Dion, apalagi ketika Dion membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Anjir, lo mau bunuh diri apa gimana, hah? Gak usah ajak-ajak gue!"
"Papa kecelakaan." jawab Dion singkat dan mampu membuat Bian terkejut.
"Becanda lo gak lucu, orang tadi Papa baru aja whatsapp gue katanya mau keluar kota bentar."
"Tadi gue dapet telfon dari nomer Papa, tapi ternyata itu dari pihak kepolisian. Katanya Papa kecelakaan, dan sekarang Papa lagi di rumah sakit."
Bian hanya diam, pikirannya melayang entah kemana, memikirkan bagaimana keadaan Papanya.
Sesampainya dirumah sakit, mereka berdua segera berlari masuk kedalam. Mencari informasi dimana keberadaan Jodi.
"Suster, tadi ada korban kecelakaan yang baru masuk ke sini, sekarang ada di mana ya?" tanya Dion kepada perawat yang kebetulan bertemu di loby depan.
"Oh, Bapak Jodi ya? Beliau masih ditangani oleh dokter, sekarang di ICU. Mas lurus saja nanti belok kanan."
"Makasih."
Dion langsung berlari menuju arah yang ditunjukan oleh perawat tadi, ia bahkan tidak peduli kalau Bian tertinggal di belakang.
Di sana sudah ada Chiko, orang yang menjabat sebagai sekretaris sekaligus sahabat Jodi; orang kepercayaan Jodi.
"Om, gimana keadaan Papa?" tanya Dion sambil mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan akibat berlari. Di belakangnya ada Bian yang sama keadannya dengan Dion.
"Om belum tau, dari tadi dokter masih periksa Papa kamu."
"Kamu tenang, ya. Jodi pasti baik-baik aja." Chiko menepuk punggung Dion guna menenangkannya, padahal ia sendiri juga tidak tenang.
"Kenapa Papa bisa kecelakaan sih, Om? Bukannya Papa baru aja berangkat tadi, terus Papa itu mau kemana, kenapa Papa pergi sendirian?"
Bian yang sedari tadi diam akhirnya kembali bersuara.
"Maafin Om ya, Bian. Tadi Om sudah membujuk Papa kamu supaya dia gak pergi sendiri, tapi kalian tau sendiri gimana keras kepalanya Papa kamu."
"Memang benar, di kantor lagi banyak masalah, makanya Jodi jarang pulang. Tadi, Jodi itu mau keluar kota buat nyelesain masalah kantornya, tapi ternyata Om dapat kabar kalo dia kecelakaan."
"Kalian tenang ya, pasti semuanya bakal baik-baik aja,"
Dion mengusap wajahnya kasar, sedangkan Bian sudah terduduk lemas di kursi tunggu.
Tak lama setelah itu, dokter yang menangani Jodi keluar. Mereka bertiga langsung berdiri menghampiri dokter tersebut.
"Dok, gimana keadaan Papa saya?"
"Kecelakaan yang dialami Bapak Jodi sepertinya cukup parah. Beliau mengalami patah kaki sebelah kanan. Tapi, benturan di kepalanya menyebabkan beliau mengalami pendarahan otak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil Brother | Haechan Doyoung✓
Teen Fiction°Brothership, Friendship & Family° Ketika dua orang anak remaja yang dipaksa dewasa oleh keadaan. Berjuang bersama melawan kerasnya dunia. Ada si sulung yang akan melakukan apapun untuk si bungsu, bahkan jika perlu, nyawa pun akan ia serahkan demi s...