47. Bercerita tentang masa lalu

1.7K 279 22
                                    

"MAS DION!!!!"

Teriakan itu menggema di seluruh penjuru rumah, disusul dengan aksi saling kejar antara sepasang kakak beradik yang berlari mengelilingi rumah.

"SINIIN HP GUE!"

"Ambil aja kalau bisa." sang kakak menjunjung tinggi handphone yang berada ditangannya, sedangkan sang adik masih terus berusaha menggapai dengan sekuat tenaga.

"Mas, adeknya jangan digangguin terus,"

"Dia duluan, Mah. Lagian Bian kerjaannya main game mulu."

"IH, gue baru main sebentar ya. Enak aja lo kalau ngomong!"

"Udah udah, Mas balikin hpnya adek sekarang. Adek juga, stop main game, udah malem main mulu."

Dion menurut, ia memberikan ponsel tersebut kepada Bian.

"Mas, adek, sini!"

Anne duduk di atas sofa ruang keluarga, mereka berdua menurut, berjalan menyusul sang Mama yang sudah menunggu, bahkan ketika berjalan bersama pun mereka masih saling mendorong satu sama lain.

"Kalian ini, udah besar masih aja ribut terus kerjaannya."

"Mas duluan tuh, suka cari gara-gara aja!"

"Kok gue? Gue juga gak bakal ganggu lo kalau gak lo duluan!"

"Udah udah, kenapa makin ribut sih ya Allah capek Mama dengernya."

"Mas, kamu udah mau kuliah, diajarin yang baik ya adeknya. Adek juga udah besar, jangan kaya anak kecil terus."

"Kalian itu cuma berdua, nanti kalau udah besar pasti saling membutuhkan satu sama lain. Kalau ada apa-apa, pasti larinya ke saudara dulu. Makanya kalian berdua baik-baik ya. Jangan berantem terus."

"Gak mau, Mas Dion suka jahil, Mah. Mending aku sama Mama aja."

Bian beralih duduk di dekat Anne.

"Adek, baru juga dibilangin, jangan kaya anak kecil, kamu udah besar, masa masih manja-manja sama Mama, malu."

"Iya tuh, Mah, Omelin aja. Masa cowok manja."

Seperti itu terus keseharian mereka berdua, tiada hari tanpa berantem. Akur adalah hal yang sangat langka.

•••

Bian mengintip di balik pintu kamarnya, di depan sana ada sang kakak dan juga Papa yang terlihat sedang berbicara— bukan, lebih tepatnya sedikit berdebat. Di sana juga ana Mama yang hanya duduk diam.

"Pa, Dion udah besar udah bisa milih mana yang terbaik buat Dion!"

"Tau apa kamu, Dion? Kamu tinggal terusin perusahaan Papa, kenapa harus susah-susah ambil jurusan Dokter?!"

"Aku udah bilang dari awal, Pa. Jadi dokter itu cita-cita aku dari dulu, aku gak mau pegang perusahaan Papa?!"

Dion berlari menuju kamarnya yang ada di atas, ia berhenti sebentar ketika melihat Bian yang sedang menatapanya di depan pintu kamarnya. Namun, ia tak menghiraukan keberadaan Bian dan langsung masuk ke dalam kamar.

"Dion?!"

"Pa, biarin Dion sendiri dulu. Papa juga tenang dulu, kalau mau bujuk Dion itu jangan pakai marah-marah, yang ada dia tambah gak mau."

Jodi menghela napas dan mendudukan dirinya di samping sang istri.

Di atas sana, Bian memutuskan untuk masuk ke dalam kamar kakaknya.

Lil Brother | Haechan Doyoung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang