15. safe place

280 30 4
                                    

"Darel....."

Seketika tubuh Naveera bergetar, matanya memancarkan sebuah tatapan ketakutan dan butuh pertolongan.

"Ngapain lo di sini?" Naveera mundur perlahan.

"Gue? Gue kuliah di sini. Dan gue beruntung, karena ternyata lo kuliah di sini juga. Seneng bisa ketemu lo lagi, Naveera." ujarnya sambil menyeringai.

"Lebih tepatnya sih gue memang sengaja masuk kampus ini supaya bisa ketemu sama lo lagi," lanjutnya.

Bencana. Ini bencana untuk Naveera.

Kemudian lelaki itu maju dan semakin mendekati Naveera yang sudah ketakutan, kedua tangan gadis itu gemetaran, matanya sudah berkaca-kaca. Ia takut bukan main.

"Jangan deketin gue," ujar Naveera yang masih mundur dan Darel terus maju mendekatinya dengan seringai di bibirnya. Seram, Naveera sampai merinding.

"Lo makin cantik aja, Nav," ujar lelaki itu sambil menyentuh dagu Naveera, namun gadis itu menepis tangan Darel dan menatapnya tajam. "Jangan sentuh gue." Ia berujar dengan suara yang bergetar namun penuh penekanan.

Dug. Sial, punggung Naveera menabrak dinding, yang artinya sudah tidak ada jalan lagi untuk ia memundurkan badannya.

"Gue kangen banget sama lo, Nav." Darel kini menyentuh pipi Naveera, lalu turun ke leher, dan hendak menyentuh lebih bawah lagi namun dengan cepat Naveera menepis tangan lelaki itu. "Gue bilang jangan sentuh-sentuh gue lagi."

"Galak banget sih," ujar Darel sambil tertawa. Suara tawanya terdengar menyeramkan di telinga Naveera.

Tangan Darel terangkat untuk menyentuh dada Naveera. Lalu dengan segala keberanian yang gadis itu punya saat ini, ia pun menampar pipi Darel.

"Dari dulu emang gak pernah berubah ya lo! Brengsek!"

Darel tertawa remeh lalu berkata, "Sekarang lo berani sama gue?!"

Naveera menghembuskan nafasnya kasar, mengepalkan kedua tangannya, dan berujar, "Gue udah gak selemah dulu yang bisa lo perlakukan seenaknya. Gue jauh lebih kuat dan gak takut sama cowok jahannam, brengsek, bajingan kayak lo!"

Bohong. Naveera takut setengah mati sekarang, namun ia tetap berusaha untuk tidak terlihat takut. Ia harus bisa melawan kali ini, ia tidak boleh lemah seperti dulu. Naveera harus bisa membela diri supaya tidak diperlakukan buruk lagi oleh lelaki brengsek di hadapannya saat ini.

Darel menaikkan satu alisnya. "Oh ya? Oke kalau gitu..."

Naveera tersentak ketika Darel menyobek paksa kaus yang dipakainya. "DAREL! LEPASIN!! TOLONG! SIAPAPUN TOLONG GUE!!" teriak Naveera sambil menahan tangan Darel supaya tidak membabat habis pakaiannya. Airmata yang ia tahan sejak tadi akhirnya jatuh juga. Naveera sudah tidak bisa menahannya lagi. Rasanya sesak.

"Gak ada siapa-siapa di sini, kita ada di tempat yang terbelakang dan terpojok. Jadi ya percuma lo teriak juga gak akan ada yang denger," ujar Darel sambil tertawa di akhir kalimatnya.

Naveera menendang perut Darel sebagai salah satu bentuk pembelaan diri. Lalu gadis itu berusaha melarikan diri, namun rupanya tendangannya tidak membuat Darel menyerah, lelaki itu berdiri lagi setelah tadi sempat limbung karena serangan tiba-tiba Naveera, kemudian mengejar Naveera dan berhasil meraih gadis itu, lalu Darel mencengkeram lehernya, membuat Naveera kesulitan bernafas.

"Da... Rel... Lepas... Gue ga-gabisa nafas.." ujar Naveera sambil menepuk-nepuk tangan Darel yang berada di lehernya.

Namun rupanya Darel tidak peduli, lalu ia berkata, "Sok-sokan berani ya lo sekarang. Kenapa? Karena status lo sekarang pacarnya Jay? Jadi lo merasa aman?"

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang