prolog

995 77 1
                                    

Siang itu, Jayviero Ravendra atau yang biasa dipanggil Jay itu keluar dari kelasnya sejak bel istirahat berbunyi. Ia menuju ke kelas sebelahnya, kelasnya Naveera Qalesya, gadis cantik yang cukup dingin dan jutek, ia biasa dipanggil Rara oleh teman-temannya, dan juga dia adalah gadis yang Jay taksir sejak lama. Sekarang mereka sudah kelas duabelas. Ya lumayan lama Jay menyukai Naveera, tapi tetap saja diabaikan oleh gadis itu.

"Hai, makan apa hari ini?" tanya Jay yang berdiri di dekat pintu kelas ketika Naveera berada di hadapannya. Gadis itu tidak menjawabnya dan pergi meninggalkan Jay. Lelaki itu sudah paham sifat Naveera yang cukup jutek, namun ia tetap berjalan mengikuti Naveera sampai ke kantin.

Tanpa berkata apapun pada Naveera, kini lelaki tampan itu duduk di hadapan gadis yang ia sukai itu sambil menyedot bobanya.

"Jay, lo kenapa ngikutin gue mulu sih?! Ganggu banget tau!" tanya Naveera dengan ekspresi sebal sambil mengunyah mie ayamnya.

"Buset dah galak banget," balas Jay sambil mengelus dadanya kaget. Naveera yang mulai kesal pun berkata, "Kalau lo cuma mau ngatain gue, sana lo pergi!"

"Kalau gue mau di sini gimana?" Jay membalas dengan santai. Naveera membalas, "Lo berisik! Ganggu banget!"

"Oke gue diem nih, gue kalem nih oke," ucap Jay sambil membuat gesture mengunci bibir. Naveera memutar bola matanya jengah. "Muka lo... Muka lo ngeselin. Ngeliat lo depan mata gue gini bawaannya pengen ngehujat mulu. Jadi lebih baik sekarang lo pergi deh ya sebelum gue emosi, masih sabar nih gue, Jay."

"Gak mau!" Jay yang keras kepala membuat Naveera kesal dan rasanya ingin menendang lelaki itu ke kandang singa saat itu juga.

Naveera menghela napas kasar, mencoba mengabaikan Jay dan fokus menghabiskan makan siangnya. Jay hanya diam sambil memperhatikan Naveera sambil sesekali tersenyum. Orang kalau sedang jatuh cinta memang begitu, maklumi saja ya.

Setelah mie ayam favoritnya habis, ia meminum air mineralnya, setelah selesai semua, ia kembali menatap Jay dan bernyata, "Jadi, mau lo apa?"

Jay menopang dagunya dengan tangan, menunjukkan smirknya, dan berkata, "Jadi pacar lo."

Naveera menatap Jay datar untuk beberapa saat. Detik berikutnya ia berdiri, dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, Jay menatap Naveera, mata mereka bertemu. Jay tersenyum percaya diri sambil berucap dalam hati, "Dia pasti nerima gue. Gak ada yang bisa nolak seorang Jay haha."

CTAKKK!

"ADUH SAKIT RAAA!" teriak Jay refleks ketika Naveera menyentil keningnya tiba-tiba.

"Makanya kalau ngomong jangan ngaco," ucap gadis berambut cokelat itu lalu pergi meninggalkan Jay.

"Naveeraaaa!!!" panggil Jay sambil mengejar sang gadis yang sudah lumayan jauh di depan sana.

***

"Gue mau masuk toilet khusus putri nih, lo mau ikut masuk juga? Mau digebukin satpam lo?" tanya Naveera sambil berkacak pinggang.

"Gue tunggu di luar," ucap Jay sambil menyandarkan punggungnya ke dinding depan toilet. Naveera berdecak kesal lalu masuk ke toilet khusus putri itu.

Berapa menit kemudian Naveera keluar dari toilet dan semakin kesal saja ketika ia melihat Jay benar-benar menunggunya di luar.

Naveera tidak mengerti, Jay ini kenapa dan maunya apa? Kenapa mengganggunya terus?

"Astaga! Lo kenapa sih? Mau lo apa?" tanya Naveera dengan nada tingginya.

"Udah gue bilang kan pengen jadi pacar lo," jawab Jay.

"Kan udah gue bilang juga jangan ngaco, rese banget sih lo!" ucap Naveera kesal lalu melengos pergi meninggalkan Jay.

Jay mengejar Naveera, setelah berhasil meraih tangan gadis itu, Jay menarik tangan Naveera agar kembali menatapnya "Aduh apa lagi sih? Lepasin!" seru gadis itu yang benar-benar sudah kesal sambil menghempaskan tangan Jay.

"Ra, gue udah berubah jadi cowok yang lebih baik. Gue udah gak ngerokok, gak ikut balapan, gak gonta-ganti cewek lagi, gak ikut tawuran lagi, gue juga udah gak pernah berantem atau buat masalah di sekolah ini..."

Jay menghela napas, lalu melanjutkan ucapannya, "Itu kan tipe cowok yang lo suka? Gue udah berusaha jadi cowok yang baik, yang lo suka. Gue berubah demi lo, demi dapetin hati lo, Ra." tatapan Jay berubah sayu, Naveera hanya bisa diam sambil menatap Jay tidak mengerti.

Gadis itu mengedipkan matanya lalu berkata, "t-tapi gue sama sekali gak pernah minta lo untuk berubah jadi kayak cowok yang gue suka, Jay."

"Setidaknya liat perjuangan gue, Ra! Gue suka sama lo! Gue serius sama lo! Gue gak pernah segila ini ketika gue jatuh cinta sama orang, gue beneran jatuh cinta sama lo, Ra." Jay berujar to the point tanpa basa-basi lagi, Jay tidak bisa terus diam, dia harus mengungkapkannya.

"Jay, tapi kita ini temen–"

Jay menyela, "Semuanya juga berawal dari temen, kan?"

Tatapan Naveera melembut, ia menghela napas lalu berkata, "gue gak bisa, Jay."

"Kenapa?" tanya Jay.

"Lo tau sendiri kan gue suka sama siapa," balas Naveera.

"Savian? Bahkan setelah dia udah nyakitin lo, lo tetep mau perjuangin dia? Ra, lirik gue, ada gue di sini yang serius sama lo."

"Gak semudah itu, Jay..." ucap Naveera sambil menundukkan kepalanya.

Jay memegang kedua tangan Naveera dan berkata, "Ra, kita coba dulu, kita jalanin dulu. Gue janji bakal buat lo jatuh cinta sama gue."

Naveera perlahan melepaskan tangan Jay. "Jay maaf, gue gak bisa." Naveera pun pergi dari hadapan Jay.

Jay menatap punggung Naveera yang menjauh dengan perasaan kecewa. Tapi 'menyerah' tidak ada di dalam kamus Jay, ia akan terus maju, pantang mundur, dan berjuang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

"NAVEERA QALESYA!! GUE GAK AKAN NYERAH SEBELUM DAPETIN LO!!" teriak Jay.

"Sinting, malu banget gue ini diliatin orang-orang," ucap Naveera dalam hati sambil berlari menuju kelasnya. Jika terus disitu ia bisa semakin malu saja karena menjadi pusat perhatian. Jay memang benar-benar membuatnya emosi sekaligus malu hari ini.

•••

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang