25. the deal

172 28 4
                                    

Naveera keluar dari area apartemen, lalu naik taksi dan taksi tersebut berputar arah, berlawanan dengan arah jalan ke rumahnya.

Naveera akan kembali lagi ke rumah Karin, sahabatnya. Ia butuh seseorang untuk bersandar saat ini, dan Karin adalah orang yang tepat untuk Naveera bersandar.

Naveera melihat keluar jendela taksi, dan menangis dalam diam. Sopir taksi yang melihat Naveera yang sedang menangis pun menawarkan tisu kepadanya. Naveera yang melihat itu pun mengambil dua lembar tisu itu tanpa berkata apapun. Ia tidak bisa berkata-kata untuk saat ini.

"Saya gak tau apa yang terjadi sama Mbak, tapi apapun itu... Pokoknya harus semangat ya, Mbak. Nangis aja yang keras gapapa, saya gak masalah kok," Ujar sopir taksi itu yang terlihat masih muda, mungkin usianya sekitar tiga puluhan.

"Ma-makasih ya, Mas..." Ujar Naveera, dan setelah itu ia sungguh menangis dengan suara sambil terisak.

Beberapa menit kemudian, taksi itu berhenti di depan rumah yang cukup besar dengan warna cat dinding abu-abu, rumah Karin.

Setelah bayar, Naveera pun keluar dari taksi tersebut lalu masuk ke area rumah Karin. Setibanya di pintu utama, Naveera memencet bel rumah yang ada di sebelah pintu tersebut.

Tidak butuh waktu lama, seseorang pun membuka pintu tersebut, ia adalah Karin. "Loh rara? Kenapa balik lagi? Ada barang lo yang ketinggalan?" Tanya gadis berambut cokelat muda dan memiliki poni tipis itu.

Naveera mengangkat kepalanya, betapa terkejutnya Karin ketika melihat keadaan Naveera yang terlihat kacau balau, rambut berantakan, dan wajah basah karena air mata. "Ra, lo kenapa?! Siapa yang bikin lo nangis?! Darel gangguin lo lagi?!"

Karin memang sudah mengetahui soal Darel yang menganggu Naveera, ia sendiri yang cerita kepada Karin. Tapi Karin belum tahu secara detail apa yang terjadi antara Darel dan Naveera di masa lalu, karena Naveera memang setertutup itu dan tidak mau bercerita tentang itu.

Naveera menggelengkan kepalanya, dan ia mulai menangis lagi. Karin yang sadar bahwa Naveera tidak bisa berbicara untuk saat ini pun akhirnya berhenti untuk bertanya lebih banyak, dan langsung membawa Naveera masuk ke rumahnya lalu berjalan menuju kamarnya.

***

"Minum dulu, Ra..." Ujar Karin sambil memberikan segelas air putih kepada Naveera yang kini sedang duduk di sofa mini dalam kamarnya.

Naveera meneguk sedikit air tersebut, lalu setelah itu ia menaruh gelas di atas meja kecil. "Gimana, Ra? Udah tenang? Udah bisa cerita lo kenapa bisa kayak gini?" Tanya Karin yang duduk di sebelahnya dan menatapnya.

Naveera menghela nafas lalu mulai bersuara, "Gue baru putus sama Jay."

Karin membelalakkan matanya kaget. "Kenapa? Lo berdua lagi ada masalah?" Tanya Karin dengan sangat hati-hati.

Naveera pun menjawab, "Nggak, kita gak ada masalah, Rin. Gue cuma gak mau Darel nyakitin Jay. Lo kan tau sendiri, kalau gue sama Jay lanjut terus, Darel bakal ngabisin Jay. Gue gak mau Jay disakitin cuma karena terus bareng-bareng sama gue, Rin."

Karin mengangguk, ia mengerti apa yang dirasakan Naveera saat ini. Pasti rasanya sulit dan berat sekali untuknya.

"Gue bilang ke dia alasan gue pengen putus itu karena gue merasa kita berdua udah gak cocok, dan Jay marah karena menurutnya alasan itu gak masak akal," Ujar Naveera dengan suara pelan. Karin mendengarkannya dengan seksama.

"Kenapa lo gak bilang yang sejujurnya aja sama Jay kalau Darel ngancem lo?" Tanya Karin.

Naveera tersenyum kecut dan menjawab, "Gak bisa, Rin."

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang