14. no mercy

271 35 3
                                    

Lima bulan kemudian.

Jay dan Naveera berhasil masuk ke universitas yang sama, sesuai dengan rencana mereka dulu, yaitu Universitas Sandyakala. Mereka berada di fakultas yang sama, namun beda prodi. Jay masuk prodi Desain Komunikasi Visual (DKV), dan Naveera masuk prodi Fashion Design, yang memang sudah jadi cita-citanya sejak lama karena ketertarikannya di bidang fashion.

Jay juga sebenarnya ingin masuk ke jurusan Fashion Design karena ketertarikannya di bidang fashion, namun lagi dan lagi Papanya melarang dan menyuruhnya untuk masuk jurusan Desain Komunikasi Visual, supaya nanti bisa melanjutkan perusahaan game milik Papanya dengan baik.

Savian, Jake, dan Karin juga masuk universitas yang sama, namun beda fakultas. Savian menjadi anak Hukum, Jake kedokteran, lalu Karin masuk fakultas Ilmu Komunikasi.

Rupanya mereka ini memang tidak bisa dipisahkan, sampai masuk ke universitas yang sama dan bisa bertemu lagi sebagai mahasiswa dan mahasiswi, bukan sebagai siswa dan siswi SMA lagi.

"Kamu masih belum baikan sama Savian?" tanya Naveera sambil menundukkan kepalanya, menatap ke arah Jay yang rebahan di sofa ruang tengah rumahnya, dan menaruh kepalanya di atas paha Naveera sebagai bantalannya.

Jay yang masih fokus dengan game di ponselnya pun menjawab, "Belum. Biarin aja lah."

"Jangan gitu dong, sayang," ujar Naveera sambil menyisir rambut Jay dengan jemari tangannya.

Gadis itu menghela nafas lalu berkata, "Soal kejadian di Malioboro waktu itu, soal ucapan dia ke kamu memang terkesan kurang ajar banget, aku paham kamu pasti marah dan sakit hati sampai sekarang. Tapi kamu ngerasa gak sih kalau Savian berubah jadi toxic gitu semenjak pacaran sama Jasmine waktu SMA?"

Jay menyudahi gamenya. Meletakkan ponselnya lalu mendongakkan kepalanya, menatap Naveera sambil memainkan rambut panjang gadis itu dengan jari-jari tangannya. Itu memang sudah menjadi salah satu kebiasaan Jay ketika sedang bersama Naveera. Tak jarang juga Naveera mengomel karena rambutnya sering diacak-acak oleh Jay padahal ia baru saja mencatok rambutnya.

"Jadi maksudnya Savian terpengaruh sama Jasmine?" balas Jay.

Naveera menganggukkan kepalanya. "Setau aku Savian baik banget loh sebelum kenal sama Jasmine," ujarnya. Ada jeda di ucapan Naveera.

"Apalagi kamu yang udah kenal lama dan temenan deket sama Savian, pasti lebih tau sifat asli dia gimana. Coba kamu inget-inget deh, dulu Savian gak gitu, kan? Dia baik kan? Makanya kamu, Savian, sama Jake deket banget dulu, karena memang kalian temenan baik."

Jay terdiam sejenak. Kalau dipikir-pikir, memang benar Savian adalah teman yang sangat baik sebelum kenal Jasmine. Apalagi Savian memang orang yang mudah terpengaruh. Jasmine ini memang membawa dampak negatif untuk Savian.

"Iya Savian orang baik, Jasminenya aja yang bawa dampak negatif untuk dia," ujar Jay. Naveera mengangguk setuju.

Ia menghela nafas lalu melanjutkan kalimatnya. "Nanti juga ada waktu di mana aku sama Savian bisa baikan, bisa kumpul lagi bertiga sama Jake. Tapi gak tau kapan, untuk sekarang aku masih belum mau ngomong sama dia. Aku harap kamu ngerti ya, Ra." Jay tersenyum tipis sambil menatap kedua mata gadis yang ia sayang itu.

Naveera membalas senyuman Jay lalu menganggukkan kepalanya. "Semoga hubungan pertemanan kamu dan Savian bisa membaik secepatnya ya."

"Iya, tenang aja, gak usah terlalu dipikiran ya," balas Jay sambil mengelus tangan gadisnya itu.

Naveera melirik jam dinding yang terletak di atas televisi. Jam menunjukkan pukul dua siang lewat lima belas menit.

"Kamu jadi latihan band jam tiga sore nanti? Mau aku temenin?" tanya Naveera.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang