24. thank you

189 35 2
                                    

Naveera menatap kedua mata Jay begitu dalam, dan airmatanya menetes lagi. Ia menghela nafas pelan, lalu memberanikan diri untuk mengucapkan kalimat yang sebenarnya sangat ia benci, namun terpaksa harus diucapkan.

"I want to break up."

Seketika cup kopi yang Jay pegang jatuh begitu saja, lalu tangannya meraih kedua tangan Naveera.

"....why?" tanya Jay dengan suara lirih.

"Aku ada salah? Kamu bilang sama aku salah aku apa, biar aku tau. Jangan kayak gini dong, Ra. Kita kan bisa bicarain baik-baik kalau ada masalah," ujarnya.

Naveera diam untuk beberapa saat. Berpikir apa alasan yang harus ia berikan kepada Jay, Naveera tidak mungkin mengatakan alasan yang sesungguhnya, yaitu karena ancaman Clarissa dan Darel.

Naveera tidak mau Jay abis ditangan Darel karena berpacaran dengannya. Ia juga tidak mau reputasi atau nama baiknya dirusak oleh Clarissa.

"Ra, jangan diem aja dong. Ngomong sama aku, apa masalahnya?" ujar Jay. Naveera masih diam dan memikirkan banyak hal di kepalanya.

Jika Clarissa menyebarkan foto-foto naked itu, lalu viral, kemungkinan besar Naveera akan dibicarakan oleh banyak orang dalam konteks yang negatif, dijauhi banyak orang, juga akan susah diterima di tempat kerja manapun, dan yang paling parah ia bisa dikeluarkan dari kampusnya dan kampus lain pun tidak akan ada yang mau menerimanya lagi.

"Naveera Qalesya!" Jay mulai menaikan nada bicaranya agar Naveera tersadar dan mau bicara dengannya.

Tangisan Naveera pecah, airmatanya semakin deras, dan bahunya bergetar. "Aku rasa... Kita... Kita udah gak bisa bareng-bareng lagi. Banyak perbedaan di antara kita, kita gak cocok, Jay."

Akhirnya itulah alasan yang Naveera berikan, namun rupanya Jay masih belum puas dengan alasan itu, karena ia rasa itu alasan yang tidak masuk akal, mengingat mereka sejak lama tidak pernah mempermasalahkan sebuah perbedaan.

"Ra, kita memang dua orang yang punya kepribadian berbeda. Aku terbuka ke kamu, bahkan soal masalah pribadiku aja aku ceritain semuanya ke kamu, aku juga bawel, banyak tingkah, dan lebih sering bilang kalau aku sayang kamu, dan lain-lain..." ada jeda di ucapannya, ia menghela nafas lalu melanjutkan kalimatnya.

"....Sedangkan kamu tertutup, pendiem, cuek, dan jarang bilang i love you dan semacamnya. Tapi kan kita dari dulu gak pernah mempermasalahkan itu, Ra. Aku juga gak pernah maksa kamu untuk cerita soal masalah kamu, kan? Kita baik-baik aja selama sepuluh bulan ini. Gak masuk akal kalau kamu kasih aku alasan yang kayak gitu, Naveera."

"Kamu juga tadi bilang 'i love you' ke aku setelah sekian lama kamu nggak bilang gitu. Itu artinya kamu bener-bener cinta sama aku kan, Ra? Tapi kenapa mau putus?"

"Jay, kamu tau gak? Saling mencintai itu bukan berarti harus memiliki satu sama lain. Aku cinta sama kamu, tapi aku gak bisa terus sama kamu," ujar Naveera.

"Iya tapi kenapa gak bisa bareng-bareng? Kenapa harus putus, Naveera?" Jay semakin tidak mengerti saja dengan jalan pikiran Naveera.

"Apa ini tentang Clarissa? Kamu mau aku jauhin dia? Oke aku bakal jauhin dia, aku–"

Dengan cepat Naveera menyela. "Bukan, ini bukan tentang Clarissa."

"Terus apa, Naveera?!" Jay mulai menaikan nada bicaranya, Naveera diam, tidak bisa jawab apapun lagi.

Beberapa detik kemudian Jay mengingat sesuatu, dan perlahan ia melepaskan tangannya dari tangan Naveera yang sedari tadi ia genggam. "Savian..."

Kening Naveera berkerut bingung. "Maksud kamu?" tanyanya.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang