32. naveera

224 27 4
                                    

Sejak pagi tadi, Hessa harus pergi kuliah jadi ia meminta Karinda yang tidak ada kelas hari ini untuk menjaga Naveera, namun sekarang ada Jay juga. Setelah ia selesai kelas, ia datang ke rumah sakit untuk menjenguk sekaligus menjaga Naveera di rumah sakit bersama Karinda.

Walaupun Hessa melarang Jay untuk datang ke sana, tapi ia tidak peduli, ia akan tetap datang walau mungkin nanti Hessa bisa saja menonjok wajahnya lagi.

"Karin, kalau lo belum makan ke kantin dulu aja, Rara biar gue yang jagain," ujar Jay tepat setelah ia duduk di bangku sebelah brankar Naveera.

"Iya Rin, lo makan dulu ya," sahut Naveera.

Karinda menganggukkan kepalanya, "Yaudah kalau gitu gue ke kantin dulu ya. Kalian ada yang mau nitip gak? Makanan atau minuman gitu?" tawar Karinda sambil melampirkan tas selempang di pundaknya.

"Nggak usah, Rin, gue udah kenyang," balas Jay dan diberi anggukkan setuju dari Naveera.

"Yaudah kalau gitu gue ke kantin dulu ya, Ra, Jay," pamit Karinda. Setelah mendapat anggukkan dari Jay dan Naveera, ia pun keluar dari ruang rawat inap dan berjalan menuju kantin.

"Kamu mau makan buah apa? Jeruk? Apel? Pisang?" tawar Jay sambil menunjuk buah-buahan yang tadi ia beli sebelum ke rumah sakit.

"Mau apel deh," jawab Naveera. Jay mengangguk lalu ia mengambil satu buah apel, lalu ia memotong-motong apel tersebut, kemudian ia sajikan di sebuah piring kecil.

"Silakan dimakan apelnya," ujar Jay sambil menyodorkan piring kecil berisi potongan apel tersebut pada Naveera.

Naveera tersenyum lalu mengambil satu potong dan memakannya. Beberapa hari terakhir, semenjak ia dirawat di rumah sakit, Jay memang sering memperlakukannya seperti princess, bagaimana Naveera bisa berhenti untuk jatuh cinta padanya jika Jay bersikap manis seperti ini.

Saat mereka pacaran pun Jay memang sering memperlakukannya seperti princess, dan sering bersikap manis, Naveera merasa spesial jika bersama Jay.

Namun sekarang kan status mereka sudah berubah, sudah tidak pacaran lagi, jadi seharusnya Jay tidak bersikap seperti ini lagi, bukan?

"Jay... Kita kan.. Udah gak ada hubungan apa-apa. Aku juga yang nyakitin kamu, ninggalin kamu, tapi kenapa kamu masih jagain aku dan bersikap semanis ini sama aku?"

Mereka bertatapan untuk beberapa detik. Sampai akhirnya Jay mengalihkan pandangannya ke arah apel dan memotong sisanya. "Aku nanya loh, dijawab dong..." ucap Naveera sambil mengangkat dagu Jay agar menatapnya.

"Gak perlu aku jawab juga kayaknya kamu tau jawabannya, Ra..." ujar Jay sambil menatap Naveera begitu dalam dan lembut.

Naveera menatap Jay sendu. Benar kata Jay, Naveera sudah tahu jawabannya walau Jay tidak bicara. Gadis itu tahu bahwa Jay masih mencintainya, ia bisa merasakan itu, dan itu membuat Naveera bersalah.

Raut wajah Naveera berubah jadi sedih, ia merasa Jay terlalu baik untuknya, ia merasa tidak pantas mendapatkan kebaikan Jay setelah apa yang sudah ia lakukan pada Jay.

"Jangan sedih gitu, gak perlu ngerasa bersalah dan semacamnya, karena gak ada yang harus disalahkan juga," ujar Jay.

"Ayo makan lagi apelnya," lanjutnya sambil menyodorkan satu potong apel pada Naveera.

Naveera tersenyum tipis lalu memakan potongan apel itu. "Cepet sembuh ya, cantik," ujar Jay sambil mengusap rambut Naveera.

"Nanti aku ajak kamu jalan-jalan kalau udah sembuh," lanjutnya. Gadis itu membalasnya dengan senyuman.

Naveera memperhatikan wajah Jay. Ia menemuka ada bekas luka di ujung bibir lelaki itu. Naveera menyentuh bekas luka tersebut lalu bertanya, "Kamu berantem sama siapa lagi?"

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang