22. afraid

188 28 2
                                    

"Clarissa..."

Hancur. Hidup Naveera akan hancur lagi, karena penyebab utama dari trauma masa lalunya kembali.

"Bagus, lo masih inget gue," balas gadis berambut pendek itu dengan senyuman miring.

Tangan Naveera gemetaran, wajahnya pucat, Naveera takut setengah mati.

"Mmm... Berarti lo masih inget ya sama kejadian 4 tahun lalu? Waktu kelas 9 SMP?"

Mata Naveera merah, ia menahan tangisannya. Jantungnya berdetak tidak karuan, rasanya mau pergi dari hadapan Clarissa tapi kakinya tidak mampu untuk berjalan.

"Ya pasti inget lah ya. Soalnya waktu itu lo menderita banget, jadi gak mungkin lupa, hahaha."

Clarissa sama gilanya seperti Darel.

Oh ralat, bukan gila lagi, mereka jahat, dan pantas disebut iblis.

Naveera meremas ujung kaosnya sampai buku-buku tangannya memutih, dan jantungnya berdetak semakin cepat ketika Clarissa mendekatkan wajahnya. "Gimana, Nav? Masih trauma? Atau lo udah bahagia ya?" tanya Clarissa dengan nada mengejek.

"Clarissa... Cukup..." Naveera menghela nafas kasar, masih menahan untuk tidak menangis.

Kemudian gadis berambut pendek itu mendekatkan bibirnya ke telinga Naveera. "Manfaatin waktu bahagia lo sekarang, karena sebentar lagi, gue akan hancurin hidup lo lagi, untuk kedua kalinya. Siap-siap aja." Clarissa menyeringai.

Naveera menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya, lalu berkata, "Clarissa, dulu lo udah ambil kebahagiaan gue, lo udah dapetin perhatian dari semua orang, lo juga udah bikin gue kehilangan temen-temen gue karena fitnah yang lo sebar, lo udah ambil semua yang gue punya, sekarang lo mau apalagi?! Kenapa lo terus ganggu hidup gue, Clarissa?!"

"Jay..." ujar gadis itu dengan senyum liciknya.

"...gue mau Jay," lanjut.

Seketika tubuh Naveera lemas dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dadanya terasa sesak, dan ia mulai panik. Ia takut, takut Jay direbut Clarissa.

"Gak. Nggak, Ris. Jangan Jay," ujar Naveera sambil menggelengkan kepalanya dengan kondisi mata yang sudah memerah karena menahan tangis.

"Gue suka Jay, gue mau dia," balas Clarissa.

"Gue mohon sama lo, jangan ambil Jay dari gue. Lo udah ambil semua yang gue punya, jadi udah cukup, Ris. Jangan ambil apa-apa lagi dari gue."

"Putusin Jay," ujar Clarissa dengan santainya.

"Nggak, dan gak akan pernah," balas Naveera penuh penekanan di setiap katanya.

Clarissa membuka ponselnya dan jarinya bergerak cepat untuk mencari sesuatu di galeri. Setelah ketemu apa yang ia cari, Clarissa menunjukkan layar ponselnya ke Naveera. "Gue masih nyimpen semua foto naked lo. Kalau lo gak mau putusin Jay, foto-foto ini gue sebar."

Hancur, kalau begini, hidup Naveera akan hancur lagi dan kebahagiaannya direnggut, lagi.

Mati rasa, Naveera tidak tahu lagi harus bagaimana sekarang.

"Waktu dulu gue masih agak kasian sama lo, jadi foto-foto naked itu gue sebar tanpa gue tunjukin muka lo. Tapi sekarang... Gue bakal sebar foto-foto naked lo ini tanpa gue blur mukanya, biar semua warga Universitas Sandyakala tau, dan kayaknya lo bisa langsung dikeluarin dari kampus lo." ujar Clarissa sambil tersenyum miring.

Akhirnya airmata yang Naveera tahan sejak tadi pun menetes. "Lo jahat, Ris."

"Yes I Am." Clarissa menyeringai. Naveera tidak habis pikir, bagaimana bisa ada manusia sejahat ini.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang