44. about us

94 9 2
                                    

Savian membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah cahaya lampu yang menerangi ruangan tersebut. Kemudian ia perlahan menoleh ke arah kiri dan mendapati Jay dan Naveera berdiri di sana dan tersenyum tipis ke arahnya.

"Alhamdulillah lo siuman, Sav. Udah panik aja gue kemarin-kemarin kirain lo bakal mati muda," ujar Jay, dan disambut kekehan kecil dari Savian, namun kemudian ia memegang kepalanya karena terasa sakit.

"Aduh gak usah ketawa dulu deh lu, masih sakit kan kepalanya," balas Jay.

"Eh rambut gue kemana?" tanya Savian sambil memegang kepalanya yang diperban dan tangannya tidak dapat merasakan rambutnya.

Kali ini Naveera yang menjawab, "Kepala lo abis dioperasi jadi harus diambil rambutnya. Maafin gue ya, Sav.. Lo begini gara-gara gue..."

"Gak perlu begitu deh, Ra, yang penting kan gue masih hidup ini. Udah gapapa jangan ngerasa bersalah gitu," ujar Savian dengan nada yang terdengar tulus, ia memang tulus membantu Naveera.

"Tapi gue masih ganteng kan ya ini walau agak gundul?" Tanya Savian sambil terkekeh, dan dibalas kekehan kecil dari Jay dan Naveera juga, di saat seperti ini masih sempat bercanda Savian ini.

"Kalau gue bilang jelek juga lo bakal tetep maksa gue buat mengakui kegantengan lo kan," balas Jay yang sudah paham betul sifat sahabatnya itu, Savian terkekeh lagi, dan meringis sakit lagi.

"Udah dibilang jangan tawa dulu lo ah," ujar Jay.

"Iya iyaaa, btw gimana jadinya soal Clarissa sama Darel?" tanya Savian.

"Semuanya berjalan lancar, Sav. Gue menang di pengadilan, terus Clarissa sama Darel udah dihukum," jawab Naveera.

"Syukur deh, berarti sekarang udah baik-baik aja, ya? Udah selesai ya?"

Jay dan Naveera menganggukkan kepala mereka, kemudian Savian berujar lagi, "Eh belum selesai dong..."

Naveera mengerutkan keningnya bingung, "Apanya?" Tanyanya.

"Ini soal lo berdua, elo Jay sama elo Rara," jawab Savian sambil menatap Jay dan Naveera secara bergantian.

Jay dan Naveera saling bertatapan, ia mengerti maksud Savian. Benar, banyak yang harus mereka bicarakan, mereka juga sempat berjanji akan meluangkan waktu berdua untuk deep talk, bicara dari hati ke hati, dan membicarakan soal hubungan mereka kedepannya akan bagaimana.

"Gue bakal bicarain itu sama Rara nanti," ujar Jay, dan disambut anggukkan dari Savian.

"Oh iya, gue gak tau ya tadi gue lagi mimpi atau gimana, tapi gue ngerasa tadi ada yang cewek yang genggam tangan gue, pas gue buka mata sempet liat cewek itu nangis, terus dia senyum pas gue natap dia, setelah itu dia langsung pergi. Mukanya mirip... Jasmine? Itu gue mimpi, halusinasi, atau---"

Jay menyela, "Itu memang Jasmine, hampir setiap hari dia jagain lo di sini, nungguin lo siuman, Sav."

"Dia pergi sebelum lo bener-bener sadar karena dia takut lo marah karena kehadiran dia," lanjutnya.

Savian terkejut, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Jasmine akan datang menjaganya karena mereka sudah cukup lama tidak komunikasi, bisa dibilang hubungan mereka cukup buruk setelah putus.

"Terus sekarang dia kemana?" Tanya Savian.

"Ada di luar, mau gue panggilin?" Balas Naveera, Savian mengangguk.

"Yaudah kalau gitu sekalian gue sama Naveera pamit ya. Lo ngobrol deh sama Jasmine, selesaiin baik-baik soal kemarin-kemarin biar gak ada dendam satu sama lain," ujar Jay, Savian mengangguk lagi.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang