31. justice

240 28 1
                                    

Kemarin dokter mengatakan bahwa Naveera harus dirawat untuk beberapa hari, Naveera juga sudah melewati masa kritisnya, namun masih belum sadarkan diri. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Naveera selamat dan masih bisa bertahan.

Di ruang inap itu ada Jay dan Savian. Erisa, Ibunya Naveera sedang mengurus biaya rumah sakit, sedangkan Hessa pulang untuk mengambil keperluan Naveera di rumah sakit untuk beberapa hari ke depan sampai Dokter memberi izin pulang.

Jay yang duduk di sebelah brangkar Naveera menatap wajah pucat gadis itu yang masih belum sadarkan diri, lalu ia meraih tangan Naveera yang tadi terluka karena goresan pisau cutter kini sudah diobati dan diperban.

Jay mengelus pelan tangan Naveera yang dibalut perban itu. "Maafin aku, Ra..." ucapnya pelan.

Jay mencium tangan Naveera, lalu Jay menutup matanya, memegang tangan Naveera semakin erat dengan kedua tangannya. Detik berikutnya air mata Jay menetes, ia menangis, bahunya sampai bergetar. "Aku minta maaf, Ra..." ujar Jay di sela tangisannya.

Savian yang sedari tadi duduk di sofa pun berdiri dan mendekati Jay, kini ia berdiri di sebelah temannya itu sambil menepuk-nepuk pundaknya.

"Gue juga minta maaf sama lo ya, Sav. Maaf gue udah nuduh Naveera selingkuh sama lo. Gue memang tolol banget bisa berpikiran gitu, maafin gue, Sav..." ujar Jay.

"Gue bisa ngertiin posisi lo kok, it's ok," balas Savian.

"Gue nyesel, harusnya gue cari tau lebih dalam kenapa Naveera mutusin gue. Kalau gue tau soal Darel dari kemarin-kemarin, setidaknya gue bisa ngelindungin Naveera..." ujar Jay.

"... Naveera pasti ketakutan banget akhir-akhir ini, tapi gue malah ngebiarin dia pergi dan lebih parahnya lagi gue malah nyakitin dia dengan nuduh macem-macem. Gue gak bisa bayangin gimana hancurnya Naveera sampai dia punya pikiran untuk bunuh diri," lanjutnya.

"Naveera ngalamin ini semua karena gue, Sav. Ini semua salah gue, gue... Gue salah, gue..." Jay tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena tangisannya pecah saat itu juga.

"Kita semua belum tau penyebab utamanya karena Naveera belum cerita, Jay. Gue yakin ini gak sepenuhnya salah lo, pasti ada faktor penyebab lain, dan kita semua belum tau itu apa. Jadi jangan terlalu nyalahin diri sendiri, lebih baik kita banyak-banyak berdoa aja semoga Naveera cepet sadar, sembuh, biar dia bisa cerita ke kita tentang apa yang sebenarnya terjadi," ucap Savian. Jay mengusap airmatanya sambil mengangguk pelan.

Beberapa menit kemudian. Tangan Naveera yang berada di genggaman Jay bergerak. "Savian... Tangan Naveera gerak..." ujar Jay sambil menatap Savian.

Perlahan Naveera membuka matanya. Orang pertama yang Naveera lihat ketika membuka mata adalah Jay yang masih setia menggenggam tangannya. "Jay..." ucap Naveera dengan suara pelan dan serak.

Jay mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menunjukkan senyumnya. "Iya, ini aku Jay," ucapnya.

Jay dan Savian menghela nafas lega ketika melihat Naveera akhirnya siuman dan kondisinya lebih baik daripada sebelumnya.

***

Setelah memarkirkan mobil, Jakey dan Karinda turun dari mobil warna silver milik Jakey itu, lalu berjalan masuk ke gedung rumah sakit.

For your information, sebenarnya Karinda sudah suka pada Jakey sejak SMA namun lelaki itu terlalu cuek dan tidak menganggap Karinda lebih dari teman, ya kasarnya Karinda ditolak oleh Jakey, tapi Karinda tidak ingin mundur. Padahal di sisi lain ada Hessa, Kakaknya Naveera, yang juga menyukai Karinda, tapi gadis itu menolak, karena yang ia inginkan hanya Jakey, bukan Hessa. Namun tetap saja Hessa juga tidak akan mundur.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang