16. friends

239 27 1
                                    

"Ra..." panggil Jay sambil mencium puncak kepala Naveera. Jay memang sangat suka dengan aroma apel di rambut gadisnya itu.

Tidak ada respons. Tangan Naveera yang sebelumnya memeluk erat Jay pun perlahan melonggar, dan saat itu juga Jay sadar bahwa Naveera sudah tertidur dan masuk ke alam bawah sadarnya.

Jay pelan-pelan melepaskan pelukannya, lalu membaringkan tubuh Naveera di atas ranjang, kemudian menyelimuti tubuh Naveera dengan selimut yang cukup tebal, supaya pacarnya itu tidak kedinginan, apalagi Naveera ini memang paling sensitif dengan udara yang dingin. AC yang selalu menyala di kamar Jay pun dimatikan karena Naveera tidak kuat dengan dinginnya.

Jay mengelus pipi Naveera dengan lembut. Setelah itu ia bangkit dari posisinya dan mematikan lampu kamar, kini hanya cahaya remang-remang lampu tidur saja yang menerangi kamar itu.

Kemudian Jay keluar dari kamar, dan berjalan menuju ruang tengah. Ia duduk di sofa hitam yang berada di sana, lalu mendongakkan kepala dan matanya menatap ke arah langit-langit ruang tengah.

Yang Jay lakukan saat ini adalah berpikir. Iya, mencoba memikirkan siapa orang yang berani mengganggu Naveera tadi sore.

Untuk beberapa detik Jay tidak menemukan satu nama pun yang terlintas di kepalanya.

Jay pun berdiri, lalu mondar-mandir di ruang tengah itu, sedang mengingat-ingat apakah Naveera pernah cerita tentang siapapun yang pernah mengganggunya.

Tidak pernah. Jay ingat, ia tidak pernah dengar Naveera cerita soal itu, gadis itu juga tidak pernah cerita soal masa lalunya.

Jay mengacak rambutnya, sepertinya ia sedikit frustrasi karena tidak mendapat clue apa-apa.

Beberapa detik berikutnya, satu nama pun terlintas di kepalanya.

Savian.

"Tapi kayaknya Savian gak mungkin sejahat itu," ujarnya bermonolog, mencoba tetap berpikiran positif.

"Tapi ya bisa jadi juga. Savian bisa aja senekat itu, kan," lanjutnya sambil menggigit bibir bawahnya. Pikiran-pikiran negatif mulai terlintas di kepala Jay.

Lelaki itu mengepalkan tangannya. Ia akan menemui Savian dan berbicara dengannya untuk memastikan hal ini.

Ketika Jay ingin mengirim chat kepada Savian, ponsel Jay berdering, ada panggilan masuk dari Jake.

"Halo? Kenapa, Jake?" tanya Jay ketika telepon sudah tersambung.

"To the point aja ya, tadi gue abis dari minimarket, terus gak sengaja liat Savian dipukulin sama pacar baru Jasmine dan kawan-kawannya. Jadi gue minta tolong ke lo untuk dateng ke sini sekarang, kita tolongin Savian, bisa ya, Jay?"

Jay diam untuk beberapa saat.

Setelah Savian mengucapkan kalimat menyakitkan untuk Jay beberapa bulan lalu, apakah Savian pantas untuk dibantu oleh Jay?

"Jay, gue tau lo masih ada konflik sama Savian. Tapi gue minta tolong, kesampingkan dulu soal itu, ya? Savian masih sahabat kita. Kita bertiga juga udah kenal dari lama, Jay. Lo gak akan tega kan liat Savian mati karena dipukulin orang-orang itu?"

Benar, bagaimana pun Savian adalah sahabatnya. Mereka sudah kenal lama, bukan sehari dua hari, tapi bertahun-tahun. Sudah seharusnya saling menolong.

"Shareloc di chat, gue ke sana sekarang," ucap Jay lalu memutuskan panggilannya sebelum mendapat jawaban dari Jake.

Lalu ponselnya bunyi, ada chat dari Jake yang sudah mengirim lokasinya.

Jay: Lokasinya deket dari apartemen gue. Lo tolong Savian duluan, gue nyusul. Lima menit lagi sampe.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang