8. comfort

330 48 2
                                    

Setelah makan dan minum obat, Naveera beranjak dari kasur dan keluar menuju balkon rumahnya, ditemani Jay yang selalu berada di sisinya.

"Ra, udah jam setengah delapan malem, kenapa berdiri di balkon gini?" tanya Jay sambil menatap langit malam yang ditaburi bintang.

"Bosen dari siang di kasur mulu," jawab gadis itu yang juga menatap ke arah yang sama seperti Jay.

"Jangan lama-lama ya, angin malam gak bagus," balas Jay, Naveera mengangguk paham.

Lalu Jay melirik ke arah gadis itu, dan mengangkat tangannya lalu ia letakkan di kening Naveera.

"Badan lo udah gak sepanas tadi," ujarnya sambil menurunkan tangannya.

"Iya, udah agak mendingan, cuma pusing sedikit aja, bentar lagi juga sembuh," ucap Naveera.

"Bagus kalau gitu. Semoga cepet sembuh, karena hari senin ujian kelulusan. Jaga kesehatan lo," ucap Jay sambil menatap gadis itu dari samping.

Naveera pun menoleh dan mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, lo tenang aja."

Mereka kembali menatap ke arah langit malam yang bertabur bintang itu.

"Maaf ya gue nyusahin lo hari ini," ujar Naveera.

Jay membalas, "Nggak kok, Ra, lo gak nyusahin. Malah gue seneng bisa ada buat lo di saat lo butuh gue."

"Gue gak tau harus ngomong apa lagi. Pokoknya makasih banyak lo udah banyak bantu dan ngelindungin gue," ujar Naveera begitu tulus.

"Ra..."

"Gak usah makasih. Gue begini karena sayang sama lo. Lagian lo kan statusnya pacar gue, jadi gue punya tanggung jawab buat ngelindungin lo," ucap lelaki tampan berambut hitam itu.

Hening untuk beberapa saat, hingga akhirnya Naveera bersuara, "Waktu lo sisa seminggu, Jay."

Jay dengan cepat bertanya, "Terus apakah lo udah punya jawabannya?"

Naveera menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Gue masih ragu, belum punya jawaban yang pasti."

Gadis itu menggerakkan tubuhnya untuk menghadap ke arah Jay. Mereka saling berhadapan dan menatap satu sama lain.

"Dua minggu lagi kan kita ada acara perpisahan ke Yogyakarta, lo ikut, kan?" tanya Naveera.

Alih-alih menjawab, Jay bertanya balik, "Lo ikut?"

"Ikut, soalnya acara perpisahan, gue mau bikin kenangan yang menyenangkan di sana," jawab gadis itu.

Jay membalas, "Biasanya gue agak males ikut acara kayak gitu, tapi karena lo ikut... ok gue juga ikut."

"Hmm kalau gitu..." Naveera menggantung ucapannya.

"...gue kasih lo bonus satu minggu, dan gue kasih jawabannya pas di Yogya nanti, gimana?" Naveera melanjutkan ucapannya.

Tanpa berpikir lama Jay menyetujuinya. "Ok, bagus dong berarti waktu gue untuk bikin lo jatuh cinta sama gue diperpanjang," ujarnya sambil tersenyum lebar.

"Tetep aja waktu lo gak banyak. Manfaatin sebaik-baiknya ya. Gue juga bakal mikirin pilihan akhir gue dengan baik. Semoga nanti pilihan atau jawaban gue adalah keputusan yang terbaik," ucap Naveera yang kini kembali menatap ke arah langit di atas sana. Jay menganggukkan kepalanya menandakan kalau ia sangat paham.

Jay juga melihat ke arah langit lagi. "Tadi Mama nanyain lo, Ra."

Seketika Naveera tersenyum lebar. "Oh ya? Apa katanya?"

"Kata Mama, 'Naveera mana? Mama mau ketemu Naveera', gitu, Ra. Gue anaknya aja gak ditanyain apa-apa, cuma nanyain lo," ucap Jay sambil tertawa pelan di akhir kalimatnya.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang