37. mission

173 24 0
                                    

Keesokan harinya, siang itu, Savian ada di kafe yang posisinya tidak terlalu jauh dari kampusnya.

Kemudian ada seorang gadis masuk ke kafe dan memesan minuman di kasir. Sambil menunggu namanya dipanggil, gadis itu pergi untuk mencari tempat duduk dan matanya pun menangkap Savian sedang duduk dengan laptop di hadapan lelaki itu.

Gadis itu pun berjalan ke arah Savian lalu menyapanya, "Halo Savian.."

Savian mengangkat kepalanya dan mata mereka bertemu. "Clarissa..."

"Iya, gue boleh duduk di sini?" tanya gadis berambut coklat itu.

Sebenarnya Savian malas jika harus duduk bersama Clarissa, namun ia buang egonya dan mengizinkan gadis itu untuk duduk di bangku yang terletak di depannya.

"Iya, duduk aja, Clar," jawab Savian.

Savian harus bersikap biasa-biasa saja seolah ia tidak tahu kebusukan Clarissa. Ia melakukan ini untuk kebaikan Naveera juga. Kalau Clarissa tahu bahwa ia sedang diselidiki diam-diam dia juga pasti tidak akan diam saja, ia akan melakukan segala cara untuk menghancurkannya.

"Sav..." panggil Clarissa.

"Hmm?" gumam Savian tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Jay gimana? Udah bisa move on dari Naveera?" tanya Clarissa.

"Kenapa nanya gue? Gue kan gak tau, Clar," jawab Savian.

"Iya juga sih..." ucap Clarissa. Kemudian hening.

Hingga akhirnya Clarissa bersuara kembali dan mengganti topik pembicaraan. "Menurut lo Naveera orangnya gimana?" tanya Clarissa.

Savian mengernyitkan keningnya sambil menatap Clarissa. "Sejauh ini gue liat dia baik kok. Memangnya kenapa?" balas Savian.

"Nggak sih, gue cuma ngerasa gak nyaman aja sama dia. Waktu pertama kali ketemu Naveera dan Jay ngenalin dia ke gue, respons dia gak bagus deh, kayaknya memang dia gak suka sama gue, padahal gue ngajak kenalan baik-baik, gue mau berteman sama dia, eh dianya dingin banget," ujar Clarissa dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

Savian yang mendengar itu langsung paham kenapa Naveera segitu takutnya sama Clarissa, karena memang gadis itu sangat manipulatif, bermuka dua, menjelek-jelekkan orang lain demi menutupi kebusukkan dirinya sendiri.

"Bisa-bisanya dulu gue percaya aja kalau dia orang baik, ternyata manipulatif banget ya, ngeri," ujar Savian dalam hati.

"Gue denger juga Jay diputusin sama Naveera tanpa alasan yang jelas, terus gue denger-denger Naveera selingkuh ya? Duh Jay sebaik itu aja masih aja disakitin..." ujar Clarissa lagi dengan ekspresi yang terlihat menyebalkan di mata Savian.

"Naveera mutusin Jay juga karena lo ngancem Naveera, karena lo mau ambil semua yang Naveera punya, elo yang jahat," batin Savian berkata lagi. Ingin sekali ia berkata langsung seperti itu tapi ia tahan dan tetap terlihat biasa-biasa saja.

"Hmm... Kayaknya itu bukan urusan lo ataupun gue ya, itu urusan mereka berdua, jadi gue rasa lo gak perlu bahas itu deh, Clar," ujar Savian pada akhirnya.

Clarissa menganggukkan kepalanya, dan mencoba mengganti topik. "Jay kemana ya? Gue gak bisa hubungin dia belakangan ini, kenapa ya?" tanya Clarissa.

"Ya mungkin dia sibuk," jawab Savian sambil matanya membaca buku tebal yang ia pegang sekarang.

"Semenjak putus sama Naveera, Jay jadi murung terus deh, gue ikutan sedih liatnya. Kayaknya gue harus bantu Jay move on deh, karena gue rasa Jay pantas dapetin cewek yang lebih baik dari Naveera," ujar Clarissa, yang membuat Savian kesal karena lagi-lagi membahas itu.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang