41. attack

183 22 12
                                    

Naveera menatap Darel dengan tatapan penuh harapan, jantungnya berdegup kencang untuk mendengar apa keputusan Darel.

Darel melanjutkan, "... gue memutuskan untuk bantu lo. Gue bakal ada di pihak lo, dan kasih semua bukti kejahatan Clarissa ke lo, Nav. Tapi lo tetep berhak bawa gue ke jalur hukum, gue juga siap bertanggung jawab atas apa yang udah gue lakuin terhadap lo beberapa tahun lalu..."

Darel menatap Naveera dengan tatapan bersalah dan menyesal, kemudian melanjutkan, "... Gue siap nerima hukuman sebagaimana mestinya, Nav."

Tepat saat itu airmata Naveera jatuh membasahi pipinya. Hanya kata 'bersyukur' yang bisa menggambarkan kondisi Naveera sekarang.

Naveera mengusap air matanya dan menunjukkan senyumnya, kemudian ia bersuara, "Lo yakin, Rel..? Lo gak lagi main-main kan?"

Darel dengan yakin menjawab, "Gue yakin dan gak main-main, gue serius mau bantu lo."

Jay mengerutkan keningnya, cukup kaget dan curiga dengan keputusan yang Darel ambil, apakah lelaki itu merencakan sesuatu yang lain, atau mungkin ada yang Darel inginkan lagi dari Naveera.

Jay bersuara, "Lo mau apa? Lo begini pasti ada maunya kan? Kalau lo tetep mau maksa Naveera untuk jauh-jauh dari gue, gak bisa, gue--"

Ucapannya terhenti karena Naveera menyela, "Jay, gak boleh gitu, niat Darel baik kok.."

Darel menatap ke arah Jay yang sedang menatapnya sangat tajam, ia lalu menghela nafas dan membalas, "Gue tau gue brengsek, lo benci gue, gue tau. Tapi lo bisa percaya sama gue kali ini aja, niat gue baik kok mau bantu Naveera, dan gue juga gak akan minta apa-apa lagi dari Naveera, ini murni gue mau bantu karena gue pun udah muak sama keadaan sekarang."

Naveera menoleh ke arah Jay sambil mengelus tangan lelaki itu yang sedang terkepal, mencoba menghilangkan amarah Jay pada Darel yang terpendam secara perlahan.

Naveera mendekati Jay dan berbisik, "Aku tau Darel gimana, dia orang baik sebelum kenal Clarissa. Jadi percaya sama dia kali ini aja ya, please..."

Mereka saling bertatapan, Naveera memberikan tatapan memohon yang membuat Jay luluh. Lelaki itu pun akhirnya menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau ia akan menuruti keinginan Naveera untuk mempercayai Darel kali ini saja.

"Yakinin gue kenapa gue harus percaya sama lo?" Tanya Jay pada Darel. Naveera pun kembali menatap Darel, menunggu apa jawaban Darel untuk pertanyaan yang dilontarkan oleh Jay.

Kemudian Darel mengeluarkan sebuah benda kecil dari saku jaketnya. Sebuah flashdisk berwarna hitam. Lalu ia memberikan flashdisk itu kepada Jay.

"Di flashdisk ini ada banyak bukti-bukti kejahatan Clarissa. Foto, video, audio, ada di sini semua," ujar Darel.

Jay menerima flashdisk itu dan ia perhatikan sejenak, kemudian ia bertanya, "Kenapa lo bisa punya ini semua?"

"Gue diem-diem ngerekam audio ataupun video kalau Clarissa mau ngelakuin kejahatan, sebagai 'senjata' kalau suatu saat dia nuduh gue sepenuhnya atas semua kasus yang terjadi, biar setidaknya ada bukti kuat kalau dalang dari semua ini adalah Clarissa, gue cuma ngikutin perintah dia, kasarnya gue adalah 'budak' dia," jawab Darel.

Dengan cepat Jay membalas, "Tapi lo akan tetap dihukum karena lo partner in crimenya Clarissa, lo juga melakukan kejahatan walau bukan lo dalangnya."

Darel mengangguk paham, "Iya iya, gue tau kok. Tapi setidaknya Clarissa bisa jatoh bareng gue, karena gue gak mau nanggung hukumannya sendirian."

Jay dan Naveera mengangguk paham. Lalu kali ini Naveera yang bertanya pada Darel, "Kenapa lo mau ngelakuin ini?"

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang