5. happiness

303 54 4
                                    

Setelah pulang sekolah, Naveera berjalan menuju lapangan indoor, ia ke sana untuk menemui Jay yang sedang ekskul archery (panahan).

SMA Hybe memang memiliki banyak jenis club ekskul. Selain ada club ekskul yang biasa seperti basket, dance, futsal, dan lain-lain, di SMA Hybe juga ada club ekskul yang jarang ada di sekolah-sekolah lain, yaitu archery dan bowling. SMA Hybe memang seelit dan semahal itu.

Naveera duduk di bangku panjang yang terdapat di dalam lapangan indoor, Jay masih belum menyadari kehadiran Naveera di sana, lelaki itu masih fokus dengan kegiatan memanahnya bersama pelatih dan anggota club lainnya.

"Ada cewek lo tuh," ujar Jake yang juga anggota club panahan bersama Jay.

Setelah itu Jay pun menoleh ke belakang dan terdapat Naveera yang tersenyum tipis ke arahnya. Jay tersenyum lebar saat mengetahui kehadiran Naveera. Jay menyimpan panahannya lalu berlari kecil mendekati Naveera.

"Kenapa, Ra? Tumben banget lo ke sini?" tanya Jay yang kini sudah duduk di sebelah gadis itu.

Naveera menyodorkan minuman kepada Jay, lelaki itu pun menerimanya lalu meneguknya. "Memang kenapa? Gue gak boleh ke sini?" balas Naveera.

"Yee gak gitu, gue kan cuma nanya," ucap Jay sambil menutup kembali botol air mineral yang barusan ia minum.

"Gue ke sini..." Naveera menggantung ucapannya, lalu menoleh ke sebelah kanan, menatap Jay, mata mereka saling bertemu.

Naveera melanjutkan kalimatnya, "...untuk bilang makasih ke lo."

"Untuk apa?" tanya Jay sambil mengernyitkan keningnya bingung.

"Karena tadi lo udah ngebela dan ngelindungin gue di saat Savian dan Jasmine nyudutin gue," jawab Naveera. Jay menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

"Gak perlu bilang makasih, gue tau kok, lo gak akan mulai duluan kalau gak ada yang 'nyenggol' duluan," balas Jay.

"Kenapa lo percaya sama gue padahal lo gak ada di sana pas keributan itu dimulai," tanya Naveera sambil menatap Jay begitu dalam.

"Naveera, gue tau lo orangnya gimana, gue tau lo anak baik, tanpa gue harus liat kejadiannya dari awal pun gue percaya sama lo, Ra. Gue percaya bukan lo yang memulai keributan itu," jawab Jay.

Naveera tersenyum tipis lalu menatap Jay untuk beberapa saat. Ia menatap tepat di mata Jay tanpa berkata apapun. Hingga detik berikutnya, tanpa sadar airmata Naveera menetes begitu saja.

Jay yang melihat Naveera meneteskan airmata pun mendekatkan posisinya dengan gadis itu dan bertanya, "Ra.... Lo kenapa? Are you okay?"

Naveera menundukkan kepalanya sambil mengusap airmatanya. "Ra, sumpah lo kenapa tiba-tiba nangis gini? Gue ada salah sama lo? Gue minta maaf kalau gue ada salah sama lo ya, jangan nangis dong, Ra." Jay menepuk-nepuk pundak Naveera, ia panik karena Naveera tiba-tiba nangis.

"Gue... Gue sedih aja gitu, Jay. Kayaknya cuma lo yang percaya sama gue, bahkan Savian aja gak percaya sama gue sampe gue dikatain toxic sama dia," ujar Naveera disela tangisannya.

"Jujur aja, gue gak apa-apa ngerasain sakit karena cinta gue gak terbalaskan sama Savian, tapi rasanya lebih sakit ketika... ketika Savian udah gak percaya lagi sama gue dan bilang gue toxic, playing victim, dan lain-lain," lanjutnya sambil terisak. Jay hanya mendengarkan sambil terus menepuk-nepuk pundak Naveera.

"Ra..."

"Gue mau lepasin Savian, gue mau move on, gue udah gak kuat, Jay. Tapi kenapa kayaknya susah banget untuk lepasin Savian padahal gue gak pernah ada hubungan lebih dari teman sama dia..."

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang