48. relationship

118 7 1
                                    

Sejak kejadian di kolam renang, Jakey jadi lebih pendiam, Karinda mencoba untuk mendekati Jakey dan berbicara dengannya. Namun Savian menahannya, "Rin, mending lu istirahat ya, biar gue yang ngomong sama Jakey dulu," ujar Savian ketika Karinda hendak mendekati Jakey yang sedang duduk sendirian di halaman depan.

"Tapi Sav, gue harus ngobrol sama dia, banyak yang harus gue tanyain," balas Karinda.

"Jakey belum mau ngomong sama lo kalau sekarang, gue pastiin besok lo udah bisa ngobrol sama dia, sekarang biar gue yang urus dulu, percaya sama gue, Rin," ujar Savian.

Karinda menghela nafas, tiga detik berikutnya ia akhirnya mengiyakan permintaan Savian.

Karinda masuk kamar, lalu Savian berjalan menuju Jakey yang sedang duduk sendirian di halaman depan.

"Eh bro, ngelamun aja, mikirin apa sihh??" Ujar Savian ketika sudah duduk di sebelah Jakey.

"Eh Sav, biasalah gue gak bisa tidur..." balas lelaki berparas bule itu.

"Lo masih sering insomnia sejak dia pergi?" Tanya Savian.

"Sebenernya belakangan ini udah membaik, udah bisa tidur nyenyak, tapi ngeliat kejadian tadi bikin gue inget sama dia..." jawab Jakey.

"Lo sayang sama Karin kan sebenernya?"

Pertanyaan Savian membuat Jakey menoleh ke arahnya. "Emang keliatan ya, Sav?"

Savian terkekeh, "Udah gue duga, lo tuh sebenernya sayang sama Karin. Kalo ngga, lo gak akan nangis sampe sesegukkan kayak gitu pas liat Karin gak sadarkan diri, bener gak gue?"

Jakey kembali menundukkan kepalanya, dua detik berikutnya ia menganggukkan kepalanya.

"Kenapa lo gak jujur aja sama Karin? Lo tau, dia suka sama lo, ngejar-ngejar lo, lo juga ngerasain yang sama, tapi kenapa lo malah pura-pura gak suka sama dia?"

"Gue tuh pembawa sial buat cewek yang lagi deket sama gue, gue takut Karin celaka kalo deket sama gue, gue takut kejadian yang menimpa Tayana terulang lagi, gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang lagi, gue---"

Savian menyela, "Lo mau sampe kapan sih nyalahin diri sendiri atas kepergiannya Tayana? Mau sampe kapan juga lo bilang ke diri lo sendiri kalo lo pembawa sial??"

Jakey terdiam, Savian kembali bersuara, "Gue udah bilang berkali-kali kan sama lo, Jek. Soal Tayana, lo udah harus ikhlasin dan stop nyalahin diri sendiri, itu semua murni kecelakaan. Udah cukup, Jek, udah hampir dua tahun yang lalu, lo harus lupain yang buruk-buruk. Buka hati lo, buat kenangan-kenangan menyenangkan sama orang baru."

"Tapi Sav... Gue juga masih sayang sama Tayana, gue belum bisa ngelupain dia, gue cinta beneran sama dia, dia cinta pertama gue, Tayana---"

Savian memegang kedua bahu Jakey, menatapnya dengan tajam dan tegas. " "kalo aku udah gak sanggup bertahan, kamu gak boleh stuck di aku ya, lepasin aku, cari orang baru yang bisa sayangin kamu lebih dari aku, life goes on, Jakey." itu yang Tayana ucapin sebelum Tuhan ambil nyawanya, lo pasti masih inget, kan???"

Jakey menganggukkan kepalanya dengan mata yang cukup merah, menahan tangis dan rasa sakit yang bisa dibilang belum sembuh.

"Itu permintaan terakhir Tayana sebelum meninggal loh, lo gak mau nurutin apa yang dia minta? Tayana bakal sedih karena liat lo terus terjebak sama dia, dan menjalani hidup dengan rasa sakit, rasa bersalah, dan rasa penyesalan yang sebenernya lo ciptakan sendiri, dan yang sebenernya ya gak seharusnya lo begitu."

"Gue gak mau Tayana sedih, tapi dia kecelakaan juga karena gue, gue yang bunuh Tayana..."

Plakk!

Savian kali ini sudah tidak bisa bersabar lagi, ia menampar Jakey agar lelaki itu sadar bahwa apa yang terjadi pada Tayana itu murni kecelakaan.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang