36. help

217 28 2
                                    

Pagi itu, tepatnya pukul sembilan pagi, Jay sudah tiba di depan rumah Naveera untuk menjemput gadis itu. Mereka akan bertemu dengan Reisha di Bogor hari ini.

"Udah sarapan, Ra?" Tanya Jay ketika Naveera masuk ke mobilnya.

"Udah, Jay. Kamu udah sarapan belum?" Balas Naveera sambil memakai seatbeltnya.

Jay mengangguk dan menjawab, "Udah kok. Yaudah kita langsung berangkat aja ya?"

Naveera mengangguk setuju dan berujar, "Yuk berangkat."

Jay pun melajukan mobilnya menuju Bogor.

Selama perjalanan hening, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Hanya terdengar suara radio yang bervolume kecil.

"Ra, gak mau nyambungin bluetooth hp kamu ke tape mobil aku? Biasanya kamu puter playlist kamu tiap kita jalan begini hehe," ujar Jay dengan tawa canggung di akhir kalimatnya. Rupanya ia memang belum bisa lupa dengan hal-hal kecil tentang Naveera.

Naveera tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya, "Lagi gak pengen dengerin lagu. Aku mau ngobrol aja sama kamu, boleh?"

"Silakan," balas Jay.

"Kenapa kamu mau ngelakuin ini, Jay?" Tanya Naveera tiba-tiba.

Sekilas Jay menoleh ke arah Naveera sambil mengerutkan keningnya bingung, "Maksudnya?" tanyanya.

Naveera menghela nafas lalu bersuara, "Ya maksud aku, kenapa kamu mau ngelakuin banyak hal untuk aku? Nemenin aku ketemu sama Reisha, bantuin aku nyari bukti, bahkan sampai mau bayarin pengacara untuk kasus ini. Kamu kenapa sampai segitunya, Jay?"

Jay hanya diam dan tidak melepaskan pandangannya pada jalanan di depan sana. "Jay... Kenapa gak dijawab?" Tanya Naveera sambil memperhatikan Jay dari samping.

"Jawabannya masih sama kayak dulu kok, Ra," jawab Jay. Naveera mengerutkan keningnya bingung.

"Jay..."

"Hmm?"

"Are you still love me?" tanya Naveera dengan tatapan sayunya.

Jay menoleh sekilas dan hanya memberikan senyuman tipis. Namun Naveera mengerti apa jawaban Jay. Benar, alasan Jay mau melakukan ini semua karena ia masih mencintai Naveera.

Jay tidak pernah main-main ketika ia bilang kalau Naveera adalah cinta terakhirnya. Jay tidak bercanda ketika ia mengatakan kalau ia sangat mencintai Naveera. Ia sudah jatuh terlalu dalam, dan tidak bisa berpaling ke orang lain. Yang bisa memenangkan hati Jay hanyalah Naveera.

"Tapi kita udah lama putus, Jay," ujar Naveera.

"Terus? Aku salah kalau masih sayang sama kamu?" Balas Jay.

Dengan cepat Naveera membalas, "iya salah."

"Kenapa begitu?" Tanya Jay.

"Aku udah nyakitin kamu, ninggalin kamu. Salah kalau kamu masih sayang dan peduli sama aku," jawab Naveera.

"Ra, kamu harus berhenti nyalahin diri sendiri atau merasa bersalah sama aku," ujar Jay.

"Aku tau kamu gak mau nyakitin aku, aku juga tau kamu gak pernah ada niatan untuk ninggalin aku. Itu semua terjadi karena kamu dipaksa dengan keadaan," lanjutnya.

"Tapi aku... Aku udah nyakitin kamu, aku---"

Jay menyela, "Sekarang aku tanya sama kamu. Kamu melakukan itu semua untuk kebaikan kita kan, Ra? Kamu ninggalin aku juga karena terpaksa kan?"

Naveera diam untuk beberapa saat, lalu ia mengangguk. Jay ikut mengangguk, "Iya memang masalah utamanya ada di Darel sama Clarissa, kamu gak salah, jadi tolong berhenti nyalahin diri kamu sendiri atas apa yang udah terjadi kemarin-kemarin," ujar Jay.

felicity ; enhypen jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang