Bab 1

622 70 34
                                    

Sebelum sekolah, Armed selalu membantu Ibunya membuka warung makan kecil yang ada didepan rumah mereka.

Semenjak Ayah Armed meninggal. Dari usaha warung makan itu lah mereka mendapatkan uang untuk biaya hidup.

Armed juga membantu dengan mengamen sepulang sekolah.

Sriana menyiapkan bekal untuk makan siang putranya, Sriana sangat bersyukur memiliki anak seperti Armed di usianya yang masih sepuluh tahun, namun sangat bertanggung jawab, Sriana yakin Armed pasti sukses nanti.

"Nak, mulai hari ini tidak usah mengamen lagi, kamu harus fokus belajar. Biar bisa sukses nanti." ucap Sriana saat Armed pamit pergi kesekolah.

" Armed ingin membantu Ibu, Armed janji mengamen tidak akan mengganggu belajar. Jadi biarkan Armed membantu Ibu."

" Baiklah, tapi jangan pulang malam. Jangan buat Ibu kuatir ya, Nak." Sriana menepuk pundak Armed.

" Baik, Bu." Armed mencium punggung tangan Sriana dan pergi ke sekolah.

Sriana masih berdiri memandang punggung Armed yang semakin menjauh dan tak terlihat lagi.

Sepulang sekolah, sebelum mengamen Armed mengganti pakaiannya di toilet Sekolah, dan mengamen ke tempat-tempat makan dan tempat orang nongkrong.

Karena sudah sore dan cuaca juga seperti akan turun hujan, Armed mempercepat langkahnya untuk pulang. Armed memang selalu berjalan kaki karena jarak rumah ke tempat Armed mengamen tidak begitu jauh.

Hujan mulai turun. Membuat Armed berlari mencari tempat berteduh.

Armed duduk di sebuah Halte untuk berteduh dan sekalian untuk melepas lelah. Hujan tak kunjung berhenti. Sambil menunggu hujan reda Armed menghitung uang hasil mengamen, selama setengah hari setelah pulang sekolah.

" Hasilnya lumayan," ucap Armed pelan dan tersenyum senang karena, bisa membantu ibunya.

" Hari sudah gelap, ibu pasti kuatir,"pikir Armed.

Sudah lama Armed duduk di halte, dan hujan tak kunjung berhenti atau reda.

Hari semakin malam, mata Armed pun sudah mulai mengantuk ingin segera tidur. Kalau dia hujan hujanan pasti ibu nya marah. Armed terus berdoa agar hujannya berhenti atau setidaknya reda agar Armed bisa segera pulang.

Armed melihat wanita dewasa turun dari taksi, dengan seorang bayi di gendongannya, dan di tangan kirinya membawa tas yang cukup besar, berlari ke arah halte tempat Armed berada.

Wanita itu menelpon seseorang dan melirik Armed sebentar.

"Jadi kau tidak bisa ?"tanya wanita itu dengan wajah sedih.

Armed melihat wanita itu sedih dan kebingungan setelah bicara di telpon. Armed memperhatikan wanita itu.

Wanita itu memandang putrinya yang di gendongannya. Lalu duduk di sebelah Armed.

" Siapa nama mu, Nak?" wanita itu bicara pada Armed.

" Nama saya Armed, Bu," sahut Armed sopan.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Armed sopan.

" Tolong jaga putri ku, aku ingin mencari seseorang. Karena hujan tidak mungkin aku membawanya, aku tidak ingin dia sakit, hanya sebentar aku akan kembali."

" Hanya sebentar, kan Bu? karena saya akan pulang?"

" Iya," Sahut wanita itu lalu tersenyum.

" Baiklah, Bu." Armed menerima bayi perempuan itu di Pangkuannya.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang