Bab 29

123 14 0
                                    

Armela memandangi pergelangan tangan kanannya, dia mencoba mengingat di mana gelang itu terjatuh, Armela yakin gelangnya itu terjatuh, tapi di mana? Perempuan intu terus berpikir.

Gelang itu sangat berarti untuknya, itu hadiah ulang tahun dari kakaknya, ia sangat kecewa pada dirinya, bagaimana bisa dia tidak mengetahui kalau gelangnya jatuh, ia berharap bisa menemukan gelang itu lagi, walau itu jauh dari mungkin.

Armela duduk di bangku yang ada di depan kelasnya saat ini, ia menunggu Belinda kembali dari toilet, Belinda yang datang dari toilet, langsung mendekati temanya itu,” Armela! Kenapa, kok pandangin tangan kamu terus? Tangan kamu sakit? Terkilir?” Belinda memborong pertanyaan.

“ Gelangku, hilang!” seru Armela dengan wajah yang tampak sedih.

“ Itu hadiah,” ucap Armela.

“Kamu sudah mencari di kamar kamu?siapa tahu terlepas saat kamu tidur?”

“Iya juga ya?nanti aku coba cari, “ sahut Armela, merespon ucapan Belinda.

Perasaan Armela tidak enak setelah tahu gelang itu hilang, itu juga kakaknya duluan menyadarinya, ia mengelus pergelangan tangannya tempat di mana gelang itu pernah melingkar.

“Memang, kalau benda yang selalu kita pakai hilang, perasaan kita akan menjadi aneh dan tidak enak, karena sudah terbiasa, tapi jangan terlalu kamu pikirkan, kalau gelang itu masih berjodoh dengan kamu, nanti juga ketemu.” Belinda menepuk pundak Armela pelan sambil memberi nasihat.

“ Iya.”

“Kantin yuk! Lapar!” ajak Belinda menarik tangan Armela.

“Mereka udah kelamaan nungguin kita,” ucap Belinda.

“ Yang lama di toilet siapa?” sahut Armela melirik temanya yang masih menarik tangannya, mereka berjalan menuju kantin untuk menemui teman teman mereka.

                           ****

Sona menunggu telpon dari menejer restoran dengan tidak sabar, ia harus segera bertemu dengan Armed, Sona sangat ingin secepatnya bisa bertemu putrinya, ia masih duduk di tempat tidurnya dan menyandarkan badannya di kepala tempat tidur. Ponsel Sona berdering ia mengambil benda yang berbunyi itu dari atas nakas yang ada di kamarnya tepatnya di sebelah tempat tidur, wanita ini langsung menjawab panggilan itu dengan semangat, walau itu nomor asing, ia berharap itu adalah telepon dari menejer restoran yang sedang di tunggunya.

“Selamat siang! Apakah benar ini Ibu Sona?” tanya orang yang di seberang.

“ Iya,  saya Sona. Maaf, saya bicara dengan siapa?”

“Kami dari rumah sakit, ingin menyampaikan bahwa suami Ibu, Bapak Sam, sekarang berada di rumah sakit karena kecelakaan.”

“Apa?” tanya Sona, tubuhnya bergetar dan terasa lemas,  mendengar kabar tentang Sam, walaupun Sam sering menyakitinya, tapi jika pria itu terluka Sona pasti juga bersedih, seperti saat ini.

Sona terduduk di atas tempat tidurnya,“Di rumah sakit mana?”

“ Di rumah sakit Mutiara kasih, Ibu.”

“Terima kasih, mbak.” Sona langsung mengambil tasnya dan memanggil Pak Ujang setelah mematikan sambungan telepon.

Setelah mobil siap, Sona segera masuk ke dalam mobil, mobil yang di kendarai Pak Ujang membawa Sona menuju rumah sakit Mutiara kasih.

Sona melupakan Jose, di ambilnya ponsel dari dalam tas, dan segera menghubungi putranya, tapi tidak di jawab, beberapa kali ia mencoba menelepon putranya itu namun masih gagal, belum ada jawaban.
Perasaan Sona tak karuan, di tambah Jose yang tidak menjawab telponnya semenjak tadi.  Tidak lama ponsel wanita ini berdering, terlihat nama putranya di layar ponsel miliknya, perasaannya sedikit lega.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang