Bab 10

143 20 0
                                    



Armed menghela napas, saat melihat Soreya masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu.

" Biasakan, Mengetuk pintu, sebelum kamu masuk. Soreya."

"Maaf, lain kali aku ketok." sahut perempuan itu duduk di sofa."Apa, Papa ku mengatakan sesuatu pada mu?"

" Tentang apa?" Armed tak beranjak hanya duduk di kursinya.

" Tentang ku?" jawab Soreya.

" Tidak ada."sahut Armed sambil
menggecek Email di laptopnya.

"Berarti Papa bener-bener takut kehilangan karyawannya ini." batin Soreya melirik Armed yang sama sekali tidak memandangnya sedikit pun.

Soreya bertahan duduk di sofa, sambil memandangi semua gerak gerik pria itu sesekali Soreya berfoto di ruangan pujaannya itu.

Armed sebenarnya risih, tapi dia tidak mungkin berlaku kasar pada Soreya karena dia perempuan, dan putri pemilik perusahaan. Jadi Armed memilih membiarkannya, selama tidak mengganggu pekerjaan nya.

"Maaf, Soreya aku ingin pulang!"Armed mendekati Soreya yang berbaring di sofa

"Ya sudah, pulang. Aku masih ingin disini." Balas putri bosnya itu tak peduli.

"Baiklah, kalau itu mau kamu." Armed keluar dari ruangannya.

" Karin, saya mungkin tidak kembali ke kantor," ucap Amed.

"Kamu bisa pulang setelah, kamu pastikan dia sudah keluar dari ruangan saya!" perintah Armed.

"Baik, Pak." balas Karin.

Tak lama Armed pergi, Karin mendengar suara ribut di ruangan bosnya.

Karin membuka pintu ruangan bosnya dan terkejut, matanya membulat sempurna. Melihat foto Armed bersama adiknya tergeletak di lantai, dalam keadaan pecah berantakan.

"Apa yang nona lakukan?" ucap Karin terkejut.

"Sssttttt!" Soreya meletakan telunjuk di bibir nya." Diam. Anggap kamu tidak melihat apa-apa. Atau, kamu kehilangan pekerjaan." ancam Soreya.

" Bersihkan!" perintah Soreya pada Karin.

"Kalau besok Armed bertanya, bilang saja itu jatuh sendiri."Ucap Soreya lalu pergi.

Karin memandang kearah cctv "Apa Non Soreya, tidak tau ada cctv?" ucap nya pelan. Lalu membereskan beling-beling yang berserakan, dan memandang foto Armed dan Armela." Inilah, resiko punya wajah tampan, Armed."Ucap Karin keluar dari ruangan Armed setelah memastikan tidak ada beling yang tertinggal.

****

Seperti biasa Armela selalu nongkrong dikantin bersama teman-temannya"Malu aku belum hilang sampe sekarang." adu Sisi menyinggung kejadian yang di alaminya di kelas tadi.

"Udah, hal seperti itu biasa." hibur Aris.

"Kamu sih, diajak Armela duduk depan enggak mau," omel Belinda.

" Biasanya kan Pak Bagus, kasih pertanyaan sama yang duduk di depan. Siapa yang tau akan berubah," ucap Sisi.

"Solusinya... kamu itu harus belajar, sayang." ucap Aris.

"Wuih! udah panggil sayang aja nih, Ris?" komentar Armela.

"Kata Sisi, kalau enggak panggil sayang, berasa enggak pacaran."Terang Aris buat Sisi jadi malu sama Belinda dan Armela.

"Eh...eh, kalian hari ini ada waktu enggak ke Butik Mama aku?buat pilih baju!" ucap Belinda.

"Aku sih bisa." Sisi langsung bersuara.
Aris mengusap puncak kepala Sisi."udah hilang sedih nya?"ucap Aris lembut.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang