Bab 26

117 13 0
                                    

Sambil menunggu Armela dan Belinda keluar dari perpustakaan, Sisi duduk sambil melamun di kursi yang ada di dekat perpustakaan, dia memandangi kakinya yang di gerakkannya tanpa irama, sesekali dia melihat pintu perpustakaan yang terbuka berharap itu Armela dan Belinda, namun teman-temannya itu belum juga keluar, kini dia kembali menunduk melihat kakinya yang memakai sepatu kets merah sedang bergerak ke kanan dan ke kiri.

" Sisi!"

Sisi masih menunduk matanya melihat sepasang sepatu dia tahu ada seseorang yang berdiri di depannya dari sepatunya gadis ini tahu siap pria yang berdiri di hadapannya saat ini, kegiatannya yang dilakukannya tadi pun berhenti seketika, dengan berlahan dia mengangkat kepalanya, dan tersenyum samar pada orang yang di lihatnya" Hai," sapa Sisi kaku, Sisi belum bisa bersikap seperti dulu pada Aris.

Kini pria itu duduk di sebelah kanan Sisi." Kamu kenapa di luar? Enggak ikut sama Armela dan Belinda ke dalam?" tanya Aris memandang Sisi yang tak memandangnya malah melihat ke arah pintu perpustakaan.

" Enggak," sahut Sisi masih belum mau memandang Aris yang duduk di sebelahnya.

"Si, apa kita bisa tidak kaku begini?"

"Seiring waktu mungkin bisa, tapi semua perlu proses, Ris."Akhirnya Sisi memandang Aris walau sebentar.

"iya, aku mengerti," Aris mencoba memahami.

"Kita biarin aja semua mengalir, mungkin seiring waktu kita bisa jadi teman kayak dulu, seperti yang aku bilang tadi, butuh proses untuk kita bisa kembali jadi teman baik lagi." Sisi berdiri dan berjalan meninggalkan Aris sendiri, akhirnya gadis itu masuk keperpustakaan menyusul teman temannya untuk menghindari mantan pacarnya tadi.

Aris memandang sejak gadis itu melangkah pergi sampai hilang di balik pintu perpustakaan," Kamu benar, Si. Tidak mudah dari pacar menjadi teman baik, walau kita dulu teman baik, butuh proses," Aris berkata dalam hati lalu bangkit berdiri pergi dari area perpustakaan.

Perasaan Aris pada Sisi belum hilang, gadis ceria itu masih ada dihati dan pikirannya, kenangan bersama Sisi masih tertata rapi dilubuk hati yang terdalam. Aris berharap mereka bisa menata hati mereka masing masing dengan baik agar bisa berteman baik lagi, pria ini sadar semua salahnya meminta Sisi menjadi pacar dan memutuskan Sisi, berdasarkan emosinya tanpa berpikir panjang, sehingga hubungan mereka tidak mempunyai pondasi yang kokoh.

Soreya melihat adiknya sedang menonton televisi, dia mendekati adiknya itu, adiknya bahkan tak menyadari kehadirannya, dia berdiri di belakang adiknya yang memandang kosong ke arah televisi.
Soreya merebahkan dirinya di sofa dan menjadikan kaki Sisi sebagai bantalnya." Kamu melamun beberapa hari ini, kenapa, putus?"

" Iya." Sahut Sisi.

Soreya bangkit dari posisi tidunya dan duduk memandang Sisi yang memandang televisi," kok bisa?"

"Orang nikah aja bisa cerai, kak!apalagi Cuma pacaran!"balas Sisi berbaring, kali ini dia menjadikan kaki kakaknya menjadi bantal.

"Kamu jangan patah hati ya, masih banyak cowok yang lebih baik di luar sana," hibur Soreya pada adiknya ini.

"Iya, aku tahu, kak." Sisi mengarahkan pandanganya ke televisi dan kembali fokus menonton drama Korea yang bisa membuatnya tersenyum bahkan menangis.

" Dek, kaki kakak pegal, duduk ya?"

Dengan cemberut Sisi duduk dan fokus menonton lagi, tak lama dia di tersenyum sendiri karena melihat wajah pria tampan di televisi.

"Ternyata adikku juga pecinta drama Korea?" batin Soreya memandang adiknya yang lagi senyum senyum sendiri.

                               ****

Armela berada di mobil bersama kakaknya, mata gadis itu memandang dalam pada pria yang lagi menyetir, pria itu dapat merasakan gadis yang di sampingnya sedari tadi memandanginya, Armela membuka mulutnya," Kak, semalam kenapa bisa minum? Ada acara sama rekan kerja lagi?"

"Iya, mereka mengajak minum, jadi kakak tidak enak menolaknya," sahut Armed apa adanya, sebisa mungkin dia tak ingin berbohong pada gadis yang sangat di cintainya ini.

"Minuman keras itu enggak baik Kak, lain kali kakak harus bisa menolak," nasehat Armela pada kakaknya dia tidak ingin kakaknya nanti jadi candu minuman keras.

"Iya," Armed menjawab dengan yakin. Dia juga menyesal kenapa dia tidak menolak, hanya karena perasaan tidak enak pada rekan kerjanya.

"Bawa payung!" kata Armed saat Armela turun dari mobilnya memberi payung, karena Awan tampak gelap, suara gemuru pun terdengar keluar dari langit yang tidak cerah.

"Oh, iya." Armela mendekat lagi ke mobil dan mengambil payung bercorak polkadot berwarna biru.

Armela melambaikan tangan sebelum mobil kakaknya melaju meninggalkan dia di kampus, ia berjalan pelan sambil melamun setelah memasukkan payung tadi ke dalam tas.

Sisi yang melihat Armela berrjalan di depannya mengejutkan Armela dengan tiba tiba muncul di hadapan Armela," huha!" seru Sisi ke wajah Armela membuat gadis yang melamun tadi memegang dadanya." Ya ampun. Sisi." Armela mengatur nafas karena di kejutkan tadi buat jantungnya memompa lebih cepat.

"Maaf, kamu sih, melamun sepanjang jalan," kekeh Sisi merangkul pundak Armela, mereka berjalan menuju kelas, sepanjang perjalanan Armela mengomel pada Sisi karena sudah membuat dia kaget, yang di omeli hanya tertawa dan mengucapkan kata maaf berkali kali.

Sampai di kelas pun, efek yang di kejutkan Sisi tadi masih terasa jantung Armela masih berdetak lebih cepat, membuat perasaannya tidak nyaman, tetapi ia tidak menunjukkan pada teman temannya, dia tahu Sisi hanya bercanda.

Perasaan Armela sudah mulai baik, Dosen yang mengajar hari ini memberi materi dan memberi tugas sebelum dia keluar.

" Tugas oh tugas!"seru Sisi sambil buku ke dalam tasnya.

"Ngeluh terus," sindir Belinda tapi tertawa ke arah Sisi.

"Namanya juga kuliah, Si," ucap Armela juga memasukkan bukunya ke dalam tas.

Aris tak berkomentar dia berjalan lebih dulu ke luar dari kelas.

"Aris, tunggu!" seru Carla," bye, semua!" seru Carla lagi pada Armela, Belinda, dan Sisi.

"Bye!" balas Armela, Belinda, dan Sisi bersamaan.

Ketika ingin keluar Sisi menggandeng tangan Armela, dan Belinda mereka berjalan bersama keluar kelas," Kita jalan yuk! Ke mall? Gimana?" Sisi memberi ide pada kedua temannya.

"Aku oke-oke aja, Si, tapi si Armela tuh." Belinda melirik Armela.

"Iya, bujuk kakak kamu, biar kamu di kasih jalan sama kita," ucap Sisi pada Armela.

" Sebentar." Armela menjauh dari dua teman perempuanya, dan melangkah sedikit menjauh menuju ke halaman kampus.

Armela menelpon kakaknya untuk meminta ijin, gadis itu membujuk pria yang di telponnya, dan berjanji untuk tidak pulang terlalu malam. Armed akhirnya menyetujui dan mengatakan agar Armela menghubunginya saat akan pulang, karena Armed akan menjemputnya.
Armela berlari menuju dimana kedua temannya sedang menunggu," Berangkat!" seru Armela riang membuat kedua temanya tertawa senang.

Mereka melangkah menuju parkiran tempat mobil Belinda berada, sambil bersenandung bersama.









                                      ⚘⚘







#ARMELAARMED

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang